Buku Panduan Penulisan. Pesan buku cetak wa.me/6281380001149. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Bagi sebagian penulis, memiliki banyak karya itu penting. Produktivitas dengan banyak karya, bisa jadi salah satu ukuran produktif menulis. Apakah sampeyan juga ingin produktif menulis dan punya banyak tabungan naskah? Menulislah dengan sistem 30 hari 1 naskah. Ikuti tata cara berikut.
1. Beranilah menulis. Mulailah menuliskan konsep yang akan ditulis dengan detail, baik judul, sinopsis, karakter, konfliks, setting, alur, sudut pandang, ending, dll yang dirasa perlu.
2. Pikirkan IDE yang KECIL, SEDERHANA, tetapi anda SUKAI dan KUASAI. Kebanyakan kesalahan penulis adalah berusaha memikirkan ide yang besar agar tampak hebat, tapi banyak bolongnya karena materi tidak dikuasai.
3. Luangkan waktu khusus setiap hari sesuai kemampuan. Misal naskah 100 halaman dan 1 jam bisa menulis 2 lembar, maka anda perlu 1,5-2 jam setiap hari. Makin sedikit jumlah halaman yang anda hasilkan per jam, makin lama waktu yang dibutuhkan. Sesuaikan dengan kemampuan.
4. Mulailah menulis, berhentilah mengangankan atau membicarakan naskah yang akan anda tulis.
5. Mulailah dari hal yang paling anda anggap penting. Dalam penulisan, tidak ada aturan baku dalam penulisan, yang penting tulisan BAGUS dan MENARIK.
6. Jadilah DIRI SENDIRI, jangan MENJIPLAK GAYA orang lain. Jadi diri sendiri lebih menarik daripada meniru gaya orang lain.
7. SELESAIKAN sesuai TARGET dan kemudian ENDAPKAN.
8. Setelah diendapkan, lakukan EDITING PRIBADI, segala hal yang perlu diperbaiki baik dari judul, isi, ejaan, kelogisan, dll.
9. Lengkapi materi yang sudah siap dan ‘sempurna’ dengan BIODATA PENULIS. Biodata tak usah panjang-panjang, cukup nama, email, prestasi penulisan, dan contact HP bila dirasa perlu.
10. KEMAS NASKAH, berdoa, dan siaplah untuk MENAWARKAN NASKAH. Kalau sudah beres, mulailah menulis lagi dengan cara yang sama untuk bulan kedua, dst.
Cukup mudah kan ya, kelihatannya 🙂 Ya, kita hanya butuh komitmen dan konsisten yang kuat untuk bisa menerapkan dan memiliki banyak tabungan naskah.
Gimana? Sampeyan tertarik mencoba? Ikut mentoring penulisan secara privat dan atau membeli buku cetak, silakan wa.me/6281380001149
Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
“Mbak Ari, umroh haji itu memang panggilan Allah. Tapi usaha dasar kita karena umroh haji itu butuh biaya banyak, sekurangnya kita wajib menabung dulu. Boleh share nggak, Mbak Ari nabungnya seperti apa untuk umroh?”
Lebih kurang seperti itu yang ditanyakan ke saya. Agak repot juga menjawabnya; karena tabungan umroh versi saya itu termasuk tabungan jumlah besar dan jangka panjang. Berikut ini beberapa tips dan trik untuk mempersiapkan dana umroh versi saya:
Pertama, rencanakan kebutuhan anggaran umroh. Misalnya kita memilih kelas ekonomi, taruhlah 30 juta, persiapan dll 5 juta, uang saku dan oleh oleh 5 juta, lain-lain 5 juta, keperluan darurat 5 juta. Total 50 juta. Ini hanya misal ya, sampeyan bisa menentukan sendiri yang paling pas untuk umroh.
Estimasi biaya umroh tersebut sudah termasuk tiket pesawat, akomodasi, transportasi, visa, makanan, dan oleh-oleh.
Buatlah daftar kebutuhan yang diperlukan selama umroh dan perkirakan biayanya secara rinci.
Makin rinci, makin mudah kita bikin alokasi anggaran. Ingat pula, cenderung makin tambah tahun makin besar pula biayanya.
Kedua, kalau sudah tahu anggarannya, hitung berapa duit yang bisa kita sisihkan untuk biaya tersebut setiap bulan.
Nggak harus langsung besar. Kalau misalnya kita bisa sebulan hanya 50 rb atau 100 rb, oke mulai saja. Dan niatkan itu untuk biaya umroh. Nggak boleh diutak-atik.
Biar lebih aman, kalau versi saya buka tabungan non ATM dan khususkan untuk ini.
Ketiga, kalau kita punya tujuan besar kek gini, biasanya akan cenderung untuk cari tambahan penghasilan. Sampeyan bisa menekuni hobi dll kerjaan sampingan untuk nambahin cuan ini. Biasanya kalau ada butuhnya itu, otak kita lebih kreatif cari duit. Pastikan tabung untuk umroh.
Keempat, kurangi kebutuhan yang nggak perlu. Jajan ke resto, ngopi di kafe, belanja belinji di mall, langganan netflix dan konco konconya, member beragam, dll bisa sampeyan sisir lagi mana yang beneran perlu dan mana yang pemborosan.
Serius, ini nggak bisa langsung pangkas. Sampeyan bisa stres nanti. Sebagai contoh, kalau biasa ngopi di kafe sebulan 8-10x, coba kurangi dikit dikit misalnya jadi 5-6x dulu sampai akhirnya menghilang.
Kelima, bonus bonus, duit tak terduga (misalnya tiba-tiba ada yang balikin utangnya), ya masukin ke tabungan umroh.
Keenam, cari program cicilan umroh yang ringan. Bagi pegawai tetap gajian bulanan, ada banyak biro umroh yang menyediakan cicilan ringan dari 500rb sd 1 juta perbulan.
Kalau saya ini nggak cocok karena duitnya nggak pasti. Mo dikata 500rb, kalau lagi nggak ada pendapatan itu jumlah besar.
Ada juga program arisan umroh. Ada program nabung umroh di biro. Dll program. Cari aja yang sesuai dan memudahkan sampeyan.
Ketujuh, konsisten dan disiplin. Kalau sudah niat dan mulai nabung ya komitmen lah. Ben ndang dipanggil.
Kedelapan, untuk menghindari inflasi, ada baiknya kalau duit dalam jumlah tertentu dibelikan logam mulia. Misalnya per 1 gram, 5 gram, 10 gram, sesuai kenyamanan masing masing.
Kalau malas, bisa aja langsung buka tabungan emas. Jadi begitu nabung uang langsung dikonversi ke logam mulia.
Kesembilan, memberdayakan barang-barang di rumah. Kalau ada yang layak jual dan nggak diperlukan, jual saja. Kalau ada yang bisa disewakan, sewakan saja. Intinya tetap sedikit sedikit akhirnya bukit juga.
Sepuluh, berdoa dimudahkan, diperbanyak rezeki untuk umroh. Tentu juga jaga kesehatan dan persiapan ibadah lainnya.
Semoga membantu ya. Intinya, duit untuk umroh itu penting dan utama. Tapi yang paling utama adalah niat kita dulu. Karena kalau sudah niat, biasanya dibukakan jalannya.
Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Mau Jadi Ghostwriter? Wah enak ya jadi ghoswriter, bisa nulis banyak, duitnya banyak, nggak perlu bertanggung jawab ke pembaca karena namanya “nggak muncul” di cover buku. Apa iya begitu? Mari kita lihat bersama-sama.
1. Ghostwriter adalah penulis yang menuliskan sesuatu atas nama orang lain dan nama kita tidak dicantumkan.
2. Tidak ada nama di dalam tulisan yang kita buat itu sering kali jadi masalah ketika tulisan tersebut booming.
3. Naluri untuk mengatakan itu karya saya, cenderung sangat besar untuk mereka yang belum terbiasa jadi ghostwriter.
Padahal ini sudah tercantum dalam kesepakatan ghostwriter tidak boleh menyebut dirinya menulis apa dan untuk siapa.
4. Oleh karena itu pikirkan betul ketika mau jadi ghostwriter, ikhlas, atau nggak rela kalau tulisannya diakui sebagai tulisan orang lain. Kalau tidak ikhlas jangan jadi ghostwriter.
5. Kalau bisa ikhlas baru anda boleh menjajal posisi ghostwriter 😂 Karena sudah tidak pingin nama dan tidak pingin pengakuan bahwa itu karya anda.
6. Karena peliknya urusan nama, kalau saya menyarankan pastikan saja uang yang anda terima dari klien cukup layak mengganti keikhlasan anda. Negokan dengan baik, karena begitu anda lepas anda tak berhak apapun atas naskah itu.
7. Jangan juga egois karena hilang hak cipta, anda jual jasa sangat mahal. Ntar nggak ada yang pakai jasa anda, njur stres pula. Yang penting menurut anda sesuai, ya terima saja.
8. Karenanya mau ada kerjaan ghostwriter, penulisan biografi atau tidak, saya tetap menulis. Sesibuk apapun urusan pas sekolah yang bikin so busy ya harus nulis, karena kalau kita punya naskah cadangan dan bisa terus terbit, kita bisa menaikkan posisi tawar kita.
9. Punya cukup banyak buku terbit juga membuat kita lebih tenang. Kalau royalti tak banyak bisa membantu mendagangkan buku. Hei, royalti penulis hanya 10% potong pajak 15%. Tapi jual buku sendiri, pasti anda dapat 30%.
10. Jadi ghostwriter itu cara cepat punya duit banyak dari menulis, tapi ya itu lah anda harus cukup ikhlas kalau tulisan anda diakui sebagai milik orang lain. Dan ini tidak mudah lhooo 😀
Kalau saya ikhlas saja. Nanti untuk diri sendiri ya tulis lagi karya versi saya.
Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Dunia penulisan di Indonesia bergerak sangat dinamis. Semua bidang pekerjaan hampir dipastikan pernah berurusan dengan dunia tulis menulis. Sekurangnya membuat nota transaksi jual beli pun berurusan dengan tulis menulis.
Namun dalam industri kreatif, penulisan berkaitan dengan karya; cerpen, cerbung, novel, buku, sinetron, film, dokumenter, biografi, dll. Menciptakan karya tersebut, berbasis penulisan yang memiliki banyak tantangan. Mari kita lihat satu per satu.
1. Menulis itu (tidak) gampang. Lebih tidak gampang lagi pada mereka yang tidak disiplin. Segala teori penulisan menjadi sia sia kalau kita tidak menulis.
2. Ada banyak orang yang sebenarnya tidak tahu dan tidak mengerti cara menulis, tapi mereka menulis. Tidak selalu baik, tapi ada tulisan yang bisa dikoreksi untuk menjadi baik.
3. Kebiasaan harus selalu diingatkan, ditagih, diomelin, jelas bukan kebiasaan yang baik untuk seorang penulis. Anda harus melatih disiplin.
4. Tanpa disiplin, kita sulit progress dengan tulisan karena nyaris tak ada yang peduli ketika tulisan itu baru berupa embrio. Anda harus menjadikannya naskah agar bisa dijual.
5. Tantangan terberat penulis: menulis naskah pertama dan mempublish naskah pertama.
Tak peduli semahir apa anda sekolah penulisan, menulis pertama tetap tidak mudah. Butuh tekun dan disiplin.
6. Sebagus apapun tulisan pertama kita, tetep juga diover sana sini kalau di media. Bisa ditaruh dulu, dibawa dulu… Dan bisa 3-4 tahun lho berjuang untuk first publication 😭
7. Urusan teknis menulis sungguh urusan gampang. Anda bisa baca tulis, cukup sudah. Tapi menyelesaikan naskah pertama, terlalu banyak godaan. Kalau anda nggak cukup niat, seringnya naskah tak selesai.
8. Lalu berikutnya proses publikasi pertama, bisa makan hati kalau tak sabar. Dan saya sudah belajar menulis itu kesenangan. Diterbitkan atau belum, tulis saja terus. Apalagi zaman internet gini, yang anda boleh pilih suka suka medianya sebebas anda memilih rasa es krim 😂
9. Jadi yang bikin sulit menulis ya jelas diri kita sendiri. Baru nulis sedikit ributnya ampun 🙈 baru kirim naskah 6 bln sudah beriweuh di mana mana. Lha gimana to, persaingan makin ketat penulis makin banyak. Kalau lebih suka ribut daripada nulis ya anda ditinggal. Karena tak punya naskah baru untuk ditawartawarkan lagi.
10. Kisah jatuh bangun menulis saya sudah banyak saya tuliskan. Tapi kemarin saya dapat cerita penulis script yang laris manis, katanya dulu sampai tiga tahun hidup menyusu pada istrinya (dihidupi istrinya) demi bisa jadi penulis script.
Ditolak di sana sini, dicuekin produser, tidak dipedulikan. Lalu kesempatan berubah ketika ia datang di acara pralaunching film. Dia datang awal sekali, panitia saja belum semua ada.
Membantu orang di situ untuk menyiapkan kursi kursi untuk tamu. Dush, dia tidak tahu produser datang dan malah mempersilakan duduk. Lalu dia ikut membantu kegiatan. Pas acara tahulah dia siapa produser. Dan dia minta waktu 5 menit saja untuk presentasi 1 sinopsisnya. Tapi 5 menit itu jadi 1 jam dan esoknya dia dapat kontraknya dan karya hits.
Lalu semua cerita nya yang ditolak-tolak dulu menjadi diburu-buru produser. Hingga sekarang sudah hampir 30 tahunan dia menulis.
Hidup tenang dan tetap sabar tekun meskipun namanya seperti jaminan sinetron panjang.
Komitmen dan kesabaran sepertinya adalah dua makhluk langka di kalangan penulis pemula. Pinginnya nulis langsung bagus langsung hits. Lupa kalau yang bagus itu ada prosesnya. Yang hits itu pasti ada kisah berliku yang panjang untuk diceritakan.
Bagaimana, kamu masih tertarik menulis dan menghasilkan karya? Ikut kelas mentoring privat atau pesan buku panduan penulisan, wa.me/6281380001149.
Salah satu sisi atap Masjid Nabawi, Madinah. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Indonesia negeri muslim terbesar di dunia. Dari 300an juta penduduk (cmiiw) sekitar 80 persen itu penganut agama Islam (atau sekitar 240 juta). Jumlah yang besar dan berasal dari berbagai ras, suku, latar belakang, organisasi keagamaan, pandangan politik, kelas sosial, pendidikan, warna kulit, dll yang berbeda-beda.
Jelas nggak sama pula pemahaman dan pandangannya tentang Islam. Ada banyak kaum alim ulama, banyak kaum terdidik dengan tradisi Islam kuat (lulusan pesantren-pesantren), banyak yang hafal Quran, dan tentu banyak pula yang awam serta nanggung.
Ada pula yang ekstrem fanatiknya, hingga lupa kalau mereka itu tinggal di Indonesia dengan ragaman penduduk yang berbeda dan nggak semuanya beragama Islam.
Di Indonesia, sudah banyak kasus berlatar agama yang digoreng sana sini hingga memunculkan kekisruhan yang merugikan umat Islam.
Pernah tahu warung atau resto yang rame laris manis, langsung kukut bangkrut begitu diisukan babi atau tikus? Atau dituduh syirik karena pake penglaris dan langsung sepi nyenyet?
Pernah mendengar keributan polemik lebar tentang halal (boleh) mengucapkan selamat natal atau haram (nggak boleh, dilarang)?
Pernah mengerti kasus “diam-diaman” warga sesama muslim gegara sholat Shubuh pakai Qunut dan yang nggak pakai? Atau keributan warga tentang sholat tarawih 11 rakaat (dengan witir) atau 23 rakaat (dengan witir)?
Pernah membaca kasus di pemakaman umum desa, warga muslim menolak pemakaman warga non muslim?
Pernah mendengar kasus warga menyapu, mengepel rumahnya setelah didatangi warga lain yang non golongannya (sesama Islam)?
Pernah tahu ibu ibu yang kecelakaan kesrimpet roda motornya gegara gamis nya over klengsreh lebar terkena angin dan masuk jeruji?
Sering dengar suara suara yang bilang kerja sama atau kerja pada nonmuslim itu duitnya haram, karena mereka sebut nama-nama Tuhan selain Allah.
Sering membaca komenan di sosmed, perempuan pakai bikini/baju renang two pieces di pantai (mayoritas publik figur) malah disuruhnya pakai jilbab menutup aurat?
Sering mendengar perlakuan ekstrem, sarkas atau menghakimi sebagian muslim lain gegara masih makan minum pizza hut, mcdonald’s, fanta, sprite, coca cola, starbuck dll yang dianggap pro zionis?
Dll kasus yang mestinya nggak bikin kisruh kalau kita punya tradisi crosscheck, apa ya istilahnya dalam Islam, tabbayun? (cmiiw) dan menghormati perbedaan karena pandangan dan pemahaman setiap muslim pun berbeda-beda terhadap Islam.
Lha mbok yakin, mayoritas umat Islam Indonesia itu Islam awam, karena keturunan, dan banyak pula yang Islam KTP.
Jadi yang merasa paham-paham Islam itu kalau baiknya kan ya memberi edukasi, membimbing biar muslim lainnya lebih mengerti. Bukannya malah menghakimi atau mutungan, memblokir, memutuskan silaturahmi hanya gegara hal-hal yang sebenarnya dia pun belum tentu tahu dasar-dasar pilihan orang lain.
Saya Islam sejak lahir karena bapak ibu saya Islam. Namun saya beneran memilih Islam secara sadar dan dewasa, setelah pencarian panjang saya akan Tuhan, itu sekira saat saya mau sarjana.
Sejak itulah saya berusaha “berislam dengan benar”, meskipun jelas masih banyak banget kurangnya, bolong-bolong ilmu, nggak paham ini itu, nggak sesuai aturan di sana sini. Saya yakin, Allah lebih tahu bahwa saya berusaha jadi muslim sebaik-baiknya mengikuti tuntunan Al Quran dan Hadis dengan teladan Nabi Muhammad SAW.
Yaa Robb, ampunilah semua dosa saya dan selamatkan saya lahir batin dunia akhirat. Yaa Rasulullah, saya mohon syafaatmu kelak di hari kiamat. Allahumma sholi ‘ala Muhammad wa ‘ala ‘ali Muhammad. Amiin YRA.
Dari banyak belajar, berguru, ikut pengajian, saya sepakat dengan anjuran “mudahkan dirimu dalam beragama”.
Salah satu nasihat yang saya ingat dari almarhum Mbah Moen, lebih kurang, “Kalau nggak kuat puasa Senin Kamis (sunnah) ya nggak usah puasa. Kalau nggak kuat tahajud ya nggak usah tahajud. Kalau nggak bisa sedekah banyak ya nggak usah sedekah banyak. Kalau nggak kuat ngaji (baca Quran) lama ya nggak usah ngaji lama. Kalau nggak mampu haji, ya nggak usah haji. Salah satu cara jadi muslim yang baik itu, milikilah hati yang baik.”
Nasihat sederhana yang isinya dalam banget, tapi terasa mudah dijalankan. Kita sebagai muslim hanya diminta memiliki hati yang baik. Padahal itu kalau dibreakdown atau dijabarkan, berarti kita harus baik dalam semua bidang kehidupan dengan segala aturan dan konsekuensinya.
Atau nasihat Gus Baha, lebih kurang, “Daripada kamu sholat tahajud tiap malam, lalu berdoa, terus sekian lama nggak kabul-kabul, kemudian kamu mempertanyakan keadilan Allah; lebih baik kamu malam hari tidur nyenyak, bangun pagi segar bugar, lalu mensyukuri nikmat Allah bisa tidur nyenyak.”
Nasihat yang mengutamakan kebaikan yang mudah daripada sesuatu yang terlihat baik, tapi njur bikin nggrundel atau mengeluhkan keadilan Allah.
Hidup beragama rasanya, versi saya jadi lebih mudah, lebih ringan. Beribadah sesuai kemampuan masing-masing. Pandangan kemudahan inilah yang dulu kala hingga sekarang tetap membuat saya “jatuh cinta” pada Islam.
Islam versi saya adalah agama yang penuh rahmat dan kasih sayang. Serangkaian aturan yang dirancang Allah untuk jadi panduan hidup yang mudah diikuti oleh setiap individu, dari berbagai latar belakang.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesulitan bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Ayat ini menegaskan bahwa prinsip dasar dalam Islam adalah kemudahan (taysir) dan bukan kesulitan (ta’sir).
Mari kita lihat, beberapa kemudahan dalam Islam yang saya ingat. Kalau kemudahan ini diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan beragama, pasti membawa kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep Dasar Kemudahan dalam Islam
Kemudahan (taysir) adalah salah satu nilai inti dalam syariat Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang memberat-beratkan agama melainkan dia akan kalah (lelah). Maka bersikap luruslah, dekatilah kesempurnaan, dan bergembiralah.” (HR. Bukhari).
Penerapan kemudahan ini bukan berarti melonggarkan hukum atau mengabaikan aturan agama, tetapi menjadikannya seimbang dan relevan dengan kondisi manusia.
Prinsip ini mencakup aspek fleksibilitas dalam hukum syariat yang memungkinkan umat Islam bisa menjalankan agama dengan nyaman tanpa tekanan.
Kemudahan dalam Ibadah
Islam memberikan kemudahan dalam pelaksanaan ibadah, terutama ketika seseorang menghadapi kesulitan.
Contohnya:
Sholat: Jika seseorang tidak mampu berdiri karena sakit, mereka diperbolehkan shalat sambil duduk atau berbaring.
Rasulullah SAW bersabda: “Sholatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka sambil duduk, dan jika tidak mampu maka sambil berbaring.” (HR. Bukhari).
Puasa: Dalam bulan Ramadan, umat Islam yang sakit, dalam perjalanan, atau tidak mampu berpuasa karena alasan tertentu diperbolehkan untuk menggantinya di hari lain atau membayar fidyah.
Wudhu dan Tayamum: Ketika air tidak tersedia atau tidak dapat digunakan karena alasan kesehatan, Islam memperbolehkan tayamum sebagai pengganti wudhu.
Prinsip-prinsip ini menunjukkan betapa Islam memahami keterbatasan manusia dan memberikan alternatif yang praktis untuk tetap menjalankan ibadah.
Kemudahan dalam Muamalah (Interaksi Sosial)
Dalam aspek sosial, Islam mendorong keadilan, kebersamaan, dan fleksibilitas. Beberapa prinsip yang mencerminkan kemudahan dalam muamalah antara lain:
Hutang Piutang: Allah SWT berfirman:
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tangguh sampai dia memperoleh kelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 280).
Jual Beli: Islam melarang segala bentuk transaksi yang merugikan, seperti riba, gharar (ketidakjelasan), dan penipuan.
Namun, prinsip dasar dalam jual beli adalah keadilan dan kemudahan bagi kedua belah pihak.
Pernikahan: Islam menganjurkan kesederhanaan dalam pernikahan untuk memudahkan umatnya menikah.
Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik mahar adalah yang paling mudah.” (HR. Abu Dawud).
Kemudahan dalam Menyikapi Perbedaan
Islam adalah agama universal dengan umat dari berbagai latar belakang budaya, bahasa, dan tradisi.
Dalam konteks ini, Islam mengajarkan toleransi dan kemudahan dalam menyikapi perbedaan:
Ijtihad dan Fatwa: Ketika tidak ada nash (teks Al-Qur’an atau hadis) yang jelas mengenai suatu masalah, ulama melakukan ijtihad untuk memberikan solusi yang relevan dengan kondisi zaman dan tempat.
Toleransi dalam Mazhab: Umat Islam dianjurkan untuk menghormati perbedaan pendapat antar mazhab dan tidak saling mencela.
Hubungan Antaragama: Islam mengajarkan untuk hidup berdampingan dengan damai dengan pemeluk agama lain.
Allah SWT berfirman: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam).” (QS. Al-Baqarah: 256).
Kemudahan dalam Menghadapi Ujian Hidup
Islam juga memberikan kemudahan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan, baik yang bersifat fisik, mental, maupun spiritual.
Beberapa cara Islam membantu umatnya meliputi:
Doa dan Zikir: Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berdoa dan berzikir sebagai cara untuk mendapatkan ketenangan hati.
Pahala atas Kesabaran: Dalam hadis disebutkan bahwa ujian yang menimpa seorang Muslim dapat menjadi penghapus dosa jika dia bersabar dan bertawakal kepada Allah.
Keringanan dalam Syariat: Contohnya, seseorang yang tidak mampu berhaji karena kondisi finansial atau fisik tidak diwajibkan untuk menunaikannya.
Kesalahpahaman tentang Kemudahan dalam Islam
Kemudahan dalam Islam kadang disalahartikan oleh sebagian orang sebagai kebebasan tanpa batas. Namun, penting untuk memahami bahwa kemudahan dalam Islam tetap berada dalam koridor syariat.
Rasulullah SAW bersabda:
“Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Maka barang siapa menjaga diri dari perkara syubhat, ia telah menjaga agamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemudahan bukan berarti melanggar aturan atau mencari jalan pintas yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Implementasi Kemudahan dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut adalah beberapa cara praktis untuk mengimplementasikan prinsip kemudahan dalam kehidupan sehari-hari:
Beribadah sesuai kemampuan: Fokus pada kualitas ibadah, bukan hanya kuantitas.
Menghormati perbedaan pendapat: Jangan memaksakan pandangan pribadi kepada orang lain.
Menghindari sikap ekstrem: Bersikap moderat dalam menjalani agama agar tetap konsisten.
Memanfaatkan teknologi: Menggunakan aplikasi atau media digital untuk memudahkan belajar agama, seperti membaca Al-Qur’an, mendengarkan kajian, atau mengikuti kelas online.
Sungguh saya mengakui, Islam adalah agama yang menawarkan kemudahan. Prinsip taysir ini adalah bukti nyata bahwa Allah SWT menciptakan syariat sebagai panduan hidup yang fleksibel dan relevan dengan kebutuhan manusia.
Dengan memahami dan mengamalkan prinsip kemudahan ini, umat Islam dapat menjalani agama dengan lebih damai, seimbang, dan bahagia.
Mari kita jadikan prinsip kemudahan dalam beragama ini sebagai inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuannya agar kita dapat menjadi individu yang taat beragama tanpa merasa terbebani, serta mampu menghadirkan kebaikan bagi diri sendiri dan orang lain.
Ada banyak perbedaan pandangan, sikap, dan pilihan orang akan aturan Islam. Kalau itu semua ternyata berbeda dengan pandangan, sikap, dan pilihan kita; menurut saya, kalau tidak mengganggu kedamaian bersama; mari kita hargai saja.
Sungguh celakalah kita kalau menganggap diri lebih baik dari orang lain. Karena itu sudah termasuk dalam sikap sombong. Dan disebutkan dalam Islam, tidak akan pernah masuk surga orang yang di hatinya ada sedikit saja sikap sombong. Wallahua’lam.
Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Termasuk hal penting bagi penulis adalah soal disiplin. Kalau tidak ada acuan, pedoman, target yang jelas, biasanya bagi mereka yang awal-awal menulis, sulit untuk memiliki disiplin ini. Mari kita cek point-pointnya.
Mendisiplinkan orang lain jauh lebih mudah daripada mendisiplinkan diri sendiri. Apalagi untuk menulis.
10-30 menit sebenarnya bukan waktu yang lama untuk menulis setiap hari. Namun toh untuk disiplin itu, sulitnya tidak terbantahkan.
Sementara kita sudah membuat kerangka kerja, kalau kita tidak mau disiplin ya tetap saja naskah tidak jadi.
Disiplin diri ini tidak hanya ketika mulai untuk menulis. Namun dalam proses menulis pun tidak sedikit gangguan disiplin muncul.
Saya pun sering tidak disiplin, telat ini, salah itu, tidak tepat ini itu. Toh tidak disiplin yang manusiawi tentu masih bisa ditolerir.
Dan setiap kali saya menyadari, itulah kemanusiaan kita. Disiplin harus dibangun dari diri kita sendiri.
Berapa banyak penulis yang sudah memiliki kerangka kerja yang rapi dan sudah disepakati dengan klien, lalu ketika dalam proses penulisan menjadi mangkir dari draft. Itu terjadi karena dalam menulis, dia memikirkan lagi ini kalau begini mestinya begitu dan seterusnya. Lalu lupa pada kerangka kerja yang disepakati.
Disiplin juga berkaitan dengan masalah revisi. Beuuuh, revisi naskah itu lebih melelahkan dan lebih memusingkan daripada bikin naskahnya.
Kalau anda sudah masuk industry penulisan, revisi adalah hal yang sebisa mungkin dihindari. Toh, tak ada karya yang “sempurna” tanpa revisi.
Sekali anda tidak disiplin dalam revisi atau bahkan tidak merevisi, ya tidak apa-apa.
Naskah anda —kalau buku, mungkin tidak akan diterbitkan atau dipublikasi. Kalau scenario, mungkin direvisi orang lain dan anda tidak akan dipakai lagi. Sesimpel itu kalau di industri.
Disiplin juga berkaitan dengan deadline. Selamanya dalam industry pasti ada yang namanya deadline. Kalau deadline 4 Oktober, sebenarnya itu pasti masih ada 7 Oktober. Namun jadi penulis lebih baik memiliki deadline pribadi. Kalau diminta 4 Oktober, ya deadline lah 1 Oktober.
Anda bisa istirahat satu hari, lalu tanggal 3 Oktober memeriksa salah ketik dan lain lain administrative, baru menyetorkan ke pihak yang berkaitan. Aman dan tenang.
Disiplin juga perlu untuk masalah honor dan uang. Karena sudah terbiasa kerja tidak menentu dengan orang-orang yang sering kali baru juga; saya tidak terbiasa meminta uang muka.
Oke, begitu hitung hitungan disepakati dan naskah selesai, maka saya akan memberitahu klien untuk mengirim uang seluruhnya dan atau sesuai kesepakatan.
Baru naskah akan saya kirim dan proses revisi kami selesaikan. Jadi, tidak ada alasan kita tidak dibayar klien.
Kalau mereka tidak bayar, ya tidak apa-apa. Saya tidak mati karena orang yang mangkir janji.
Naskah bisa disetor untuk model kerja lainnya. Uang royalty yang sering tidak seberapa, tetap harus dikelola dengan disiplin.
Karena kalau anda tidak peduli dengan yang sedikit, bagaimana anda bersyukur dan Tuhan akan kasih yang besar?
Sejatinya penulis memang harus disiplin dalam banyak hal. Termasuk urusan kesehatan. Ketidakadaan jaminan dan kepastian semestinya membuat masing masing sadar, bahwa mengatur hidup sebaik baiknya adalah tugas yang tidak bisa dianggap ringan.
Namun kalau terbiasa ya mudah saja, lempeng saja. Tidak ada yang sulit kalau kita melakukan dengan kesadaran pribadi.
Tanpa disiplin, ada peluang seperti apapun bagusnya anda tidak akan bisa memanfaatkan.
Karena peluang di industry penulisan selalu berkaitan dengan naskah yang jadi. Lah, kalau anda tak punya naskah jadi karena tidak disiplin, apa yang mau ditawarkan?
Bukan ranah dan wewenang saya pula untuk mendisiplinkan anda. Karena sudah dewasa dan memiliki kesibukan yang berbeda.
Hanya perlu konsisten saja menulis itu. 10-30 menit setiap hari. Lalu naskah selesai.
Tak usah ngotot seperti yang banyak dituntut mentor penulisan sehari harus menulis sekian halaman. Bahkan menulis ebook dua hari jadi, lhah itu menulis apa? Copas dari mana saja?
Nulis cerpen saja (6-10 hlm), dua hari belum tentu jadi. Terus disuruh pernyataan segala hari ini tanggal itu mo jadi penulis, lha yang begitu itu yo nggo opo kalau versi saya. Untuk apa itu?
Prose menulis bukan sesuatu yang harus dideklarasikan ke khalayak.
Baru kalau anda sudah punya karya itu harus dideklarasikan ke mana-mana, agar mereka beli dan kantong anda gendut dengan royalty.
Bukan proses menulisnya. Bukannya apa-apa, bisa bisa justru ide ide anda yang dishare di public itu dicuri orang. Anda belum selesai tulis, yang setipe sudah beredar luas di pasaran.
Disiplinlah. Karena itu yang bisa menyelamatkan eksistensi sebagai penulis yang baik dan professional.
Pesan buku atau ikut kelas mentoring privat? Silakan wa.me/6281380001149.
Salah satu sisi di Masjid Nabawi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Saya senang, happy dengan pelayanan umroh yang diberikan oleh Dewangga. Berikut ini pengalaman saya:
Layanan Administrasi Proses administrasi sangat lancar. Tim Dewangga sangat membantu, profesional, dan ramah dalam menjelaskan persyaratan, jadwal, serta memastikan dokumen saya lengkap sebelum keberangkatan. Bahkan menyerahkan paspor, buku vaksin pun ada tanda terimanya
Sepertinya Dewangga perlu meminta data kesehatan (general check up) setiap jamaah agar yang berangkat ini nantinya tidak merepotkan kawan-kawan sekamarnya atau kalau sudah tahu nggak sehat, yo bawa pendamping to.
(Ini nggak harus keluarga yang ikut umroh. Bisa minta Dewangga mencarikan agar menemani dari pagi sampai malam, biasanya include paket kursi roda).
Jangan teman-teman sekamar suruh jadi perawat dadakan. Kita niy semua mau ibadah dan ini jelas ibadah fisik yang melelahkan.
Dewangga saya pikir juga perlu menyebar form dan dicek yang isinya siapa saja jamaah yang tidurnya ngorok, nggak bisa pake AC, nggak bisa lampu mati, nggak bisa kena bau minyak pijat (kayu putih, zaitun, dan koncokonconya) biar dikelompokkan dengan sesamanya.
Versi saya, sungguh kemarin itu ujian betul tidur dengan orang yang ngoroknya kelewat kenceng, harus kepanasan karena pake AC 25 C saja ribut kedinginan, lampu harus benderang… Ya Gusti, mohon tambah kesabaran saya; masih ketambahan riwil nggak bisa nyium aroma minyak pijat. 😁🙏
Manasik Kalau bisa manasik 1x saja seminggu sebelum berangkat. Manasik 2 hari sebelum keberangkatan bikin lelah duluan.
Kalau perlu dibuat video saja; lalu dibagikan ke jamaah. Pas manasik tinggal tanya jawab, praktik pakai ihram, dll yang kunci.
Bukan 4 jam dengerin ceramah (manasik 1) dan 2 jam nyaris mengulang sebagian isi manasik 1 (manasik 2).
Jamaah yang jauh jauh itu perlu dipikirkan; karena jauh itu berarti biaya, tenaga, waktu.
Pesawat Perjalanan menggunakan maskapai Scoot versi saya wes standarlah. Makan minum snack cukup memadai. Pramugari/a ramah dan cepat membantu.
Jadwal penerbangan tepat waktu, dan fasilitas di dalam pesawat sesuai standar. Selimut pulang pergi boleh dibawa pulang.
Ya jangan mengharap seperti layanan Singapore Airline, beda kelas ini mah😄😁
TL nya Ustad Jordan juga memastikan proses check-in, bagasi, dokumen, dll berjalan lancar. Jamaahnya saja ada yang memble geje gak jelas gakmau nurut saran TL. Bikin ribet semua orang.
Berharap Dewangga lebih aware soal ini:
Memberi info detail ke jamaah di penerbangan rerame seperti umroh ini sebaiknya 3 tas maksimal: bagasi pesawat, bagasi kabin, tas tangan. Bukan malah bawaan pating crentel banyak tas kresek, ketinggalan hilang pulak. Bikin semua kehilangan waktu 3 jam; terlewat waktu sholat malam, sholat Shubuh di Masjid Nabawi.
Penerbangan (apalagi jarak jauh) wajib pake sepatu. Sendal jepit sesuai aturan penerbangan sudah tidak diperbolehkan. Kalau discreening pas mau naik pesawat dan sepatu di bagasi bawah, sungguh merepotkan. Harus beli sepatu, bisa telat atau ditolak terbang.
Minta jamaah perhatikan nomor duduk, bukan ngeyel pakai tempat orang. Tiap nomor itu ada huruf hurufnya, bukan asal duduk sesuai angka saja.
Di toilet pastikan terkunci bukan teriakan ribut pas kebuka orang karena nggak bisa ngunci pintu toilet.
Jemaah perlu diinfo: air putih bisa diminta gratis selama penerbangan; bukannya 9 jam nahan haus dan dehidrasi karena mikir air pun bayar. Di penerbangan tertentu, bahkan boleh minta semua minuman yang disajikan kapan saja free.
Hotel dan Makan Hotel yang disediakan sangat strategis, dekat dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Kamar bersih dan nyaman. Menu makanan yang disajikan bervariasi dan cocok untuk selera jamaah Indonesia, baik dari segi rasa maupun kehalalan.
Ini jempol 4 untuk Dewanggga. Karena saya merasa bolak balik Masjid ke Hotel ringan saja. Dekat dan nyaman. Kiri kanannya pun banyak jualan aneka makanan kecil. Wes happy lah saya. Beli es krim, jus, manisan buah pun tinggal ke samping hotel 😁
Fotografer Iki lho fotografernya mestinya kan nggak usah nanyain siapa yang mau difoto. Ya tugasnya to memotret satu persatu (39 jamaah), lalu yang foto keluarga atau pasangan (bila pergi bersama), dan foto grup. Dan jangan didominasi grup seleb aja di kloter itu. Jadi pas foto dishare di grup yang muncul ya fotonya orang-orang itu-itu aja. Lainnya ambyar nggak muncul.
Di sini saya nggak komplain karena masih terbantu ada Ustad Jordan dan Ustad Sule yang berkenan memotretkan. Tapi kan itu terbatas. Dan saya yo harus tahu diri kalau mereka berdua pas selow. Maturnuwun untuk keduanya. 🤩🙏 Karena ini mestinya tugas Fotografer bukan gaweyan TL dan Muthowib.
Tour Leader dan Muthowib Tour leader dan muthowib (pembimbing ibadah) sangat kompeten. Mereka selalu siap membantu jamaah, memberikan penjelasan yang jelas, dan memastikan ibadah kami berjalan lancar. Empat jempol untuk Ustad Jordan dan Ustad Sule. Sabarnya luar biasa. ❤️🙏
Untung beliau berdua nggak seekstrem Pak Rusli (TL di Singapore), kalau ada yang ketinggalan, silakan naik taksi, bayar sendiri, bereskan sendiri. Daripada mengorbankan seluruh peserta rombongan.
Kalau belum pernah ke LN ki mbok ya manut TL nya, menyimak penjelasan nggak malah sakarepudele dhewe merugikan banyak orang; tanpa rasa bersalah tanpa minta maaf pun. Jarene wong Jogja, njelehi tenan.
Wisata Destinasi wisata diatur menarik dan informatif. Penjelasan guide, muthowib di setiap tempat sangat memperkaya pengalaman. Cuman ini grupnya kasepuhan, banyak orang tua jadinya saya merasa mendengar banyak keluhan capek dan beributan terus kapan sampai hotel (pas di Singapura).
Sebaiknya Dewangga membuka program khusus Umroh saja, tidak ada tambahan wisata. Kalau perlu city tour di Makkah Madinah pun ditiadakan. Murni ibadah. Biar tetua itu bisa milih yang ini. Eh saya pun kalau ada yang begini, akan memilih ini. Jadi bisa full ibadah nggak mikir wisata, karena spiritnya beda. Bisa 9 hari: 2 hari perjalanan, 3 hari di Madinah, 4 hari di Mekkah.
Handling Bagasi Proses handling bagasi sangat terorganisir. Saya nggak perlu khawatir tentang pengangkutan koper, karena semuanya sudah diurus dengan baik oleh tim Dewangga. Bahkan pas di Mekkah bagasi saya sudah langsung di depan kamar.
Yang bikin ribet ya mereka yang beranak pinak bawaan tas kresekan pula, salah ambil, salah ini itu. Haish, memang “mau mendengar” penjelasan TL itu juga butuh kesadaran. Nggak malah sambil lalu njur merepotkan banyak orang.
Bagi saya; keseluruhan, pengalaman umroh bersama Dewangga luar biasa. Pelayanan mereka benar-benar memperhatikan kenyamanan dan kebutuhan jamaah. Saya pribadi merekomendasikan Dewangga, bagi siapa saja yang ingin melaksanakan ibadah umroh dengan tenang dan khusyuk. Harga terjangkau dengan layanan prima.
Maturnuwun, Terimakasih Dewangga dan seluruh timnya. Maturnuwun Ustad Sule, Ustad Jordan. Sampai ketemu lagi.
*Ya Allah, saya bermohon sungguh untuk dipanggil umroh lagi secepatnya. ❤️🙏
Untuk sahabat-sahabat Kinoysan; terimakasih sudah menyimak tulisan saya. True story umroh bersama Dewangga saya cukupkan sekian. Pastikan juga Teman-teman berniat umroh ya, agar segera dipanggil ke Baitullah. Siapa tahu kita bisa umroh atau haji barengan. Amin YRA.