Rayakan Progres Penulisan Naskahmu!

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis naskah itu perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan kemenangan kecil.

Di tengah usaha merangkai kata demi kata, penting untuk berhenti sejenak dan merayakan setiap progres yang telah dicapai.

Menghargai pencapaian dalam proses menulis bukan hanya memberikan kepuasan emosional, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan semangat untuk terus berkarya.

Saya biasanya merayakan progres-progres kecil penulisan naskah, untuk memyemangati diri sendiri.

Berikut ini beberapa alasan mengapa kamu harus merayakan progres penulisan naskah:

  1. Mengakui Kerja Kerasmu
    Setiap halaman yang ditulis adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi.

Mengakui pencapaian ini membantumu menghargai usaha yang telah kamu curahkan.

Apresiasi diri atas dedikasi yang telah kamu tunjukkan dapat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk melanjutkan proses penulisan.

  1. Meningkatkan Motivasi dan Semangat

Setiap kali kamu mencapai target menulis, seperti menyelesaikan bab atau mencapai jumlah kata tertentu, merayakannya dapat memberikan dorongan motivasi.

Perayaan kecil, seperti menikmati camilan favorit atau berjalan-jalan sejenak, bisa menyegarkan pikiran dan memberi semangat baru untuk melanjutkan penulisan.

  1. Membangun Rasa Percaya Diri
    Merayakan progres membantu meningkatkan rasa percaya diri.

Melihat kemajuan yang telah dicapai memberi keyakinan bahwa kamu mampu menyelesaikan naskah tersebut.

Rasa percaya diri ini penting untuk menghadapi mental blok penulis dan tantangan lain yang mungkin muncul selama proses penulisan.

  1. Menjaga Keseimbangan Emosional

Menulis bisa menjadi proses yang melelahkan secara emosional.

Merayakan pencapaian, sekecil apapun, membantu menjaga keseimbangan emosional dan mengurangi stres. Ini juga memberi kesempatan untuk beristirahat sejenak dan mengisi ulang energi kreatifmu.

  1. Menciptakan Kebiasaan Positif

Dengan merayakan setiap progres, kamu menciptakan kebiasaan positif yang dapat membantu menjaga momentum penulisan.

Kebiasaan ini menciptakan lingkungan yang mendukung produktivitas dan kreativitas, membuat proses menulis menjadi lebih menyenangkan dan kurang menekan.

Cara Merayakan Progres Penulisanmu
Berikut beberapa cara sederhana untuk merayakan progres penulisan naskahmu:

Tetapkan Target Kecil:

Pecahlah tujuan besar menjadi target-target kecil yang lebih mudah dicapai.

Setiap kali kamu mencapai target tersebut, rayakan dengan cara yang kamu sukai.

Berbagi dengan Teman:

Ceritakan pencapaianmu kepada teman atau keluarga.

Mendapatkan dukungan dan apresiasi dari orang lain dapat meningkatkan semangatmu.

Nikmati Aktivitas Favorit:

Berikan hadiah kecil kepada diri sendiri, seperti menonton film favorit, membaca buku yang kamu sukai, atau menikmati makanan kesukaanmu.

Berikan Waktu untuk Diri Sendiri:

Luangkan waktu untuk beristirahat dan melepaskan diri dari penulisan sejenak.

Ini bisa membantu menyegarkan pikiran dan memberi perspektif baru.

Merayakan progres penulisan naskahmu itu merupakan langkah penting untuk menjaga motivasi dan keseimbangan emosional selama proses kreatif.

Dengan menghargai setiap pencapaian kecil, kamu tidak hanya menikmati proses menulis, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan rasa percaya diri.

Jadi, jangan ragu untuk merayakan setiap progres keberhasilanmu dan nikmati setiap langkah dalam perjalanan menulis naskahmu.

Selamat menulis, dan jangan lupa untuk selalu merayakan setiap kemajuan yang kamu capai. Bergembiralah saat menulis.

Ari Kinoysan Wulandari

Bedah Karma Jogja: Pembersihan Energi Kutukan* 🙏

Salah satu pict di ruang Bedah Karma Jogja. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
.
Kemarin saya datang di gedung Koinonia UKDW jam satu lewat, tapi gedung sudah nyaris penuh. Ketemu Bu Ayu Putri, foto-foto njur nyari tempat duduk. Ketemu Zaka, saya ajak duduk, ternyata dia panitia. Saya yang peka entitas non fisik, merasa udara tidak wajar. Silakan dicek lokasi gedung dan sekitaran nggih. Versi saya wajar lhah dekat ruang praktikum dokter yang banyak uji coba tubuh manusia, pasti ada aja jiwa-jiwa yang berkeliaran karena rohnya penasaran 🙏
.
Saya diam saja, tapi tiba-tiba merasa mual dan mau muntah tidak tertahankan. Untung bawa permen mint, saya tidak jadi muntah. Lalu saya mencium aroma bangkai menusuk hidung. Saya nyaris tumbang nggak kuat. Kursi saya tarik menjauh. Saya berdoa agar Tuhan melindungi saya dari jiwa-jiwa penasaran. Saya mengabaikan bau itu dan menggunakan masker. Rupanya entitas ini jail.
.
Ditariknya kerudung saya sampai saya terdongak berkali-kali, padahal di belakang saya nggak ada orang. Saya mulai menyeru agar entitas ini tidak mengganggu. Dia justru memukul-mukul kepala saya. Saya memegangi kepala agar pukulannya tidak langsung mengenai kepala.
.
Saya bertahan dan terus membaca ayat kursi. Eeh pas acara dimulai, pukulannya makin terasa. Di depan, volunteer membahas anggota keluarga yang mati tiap tahun di bulan tanggal sama selama 7 tahun berturutan. Lalu yang kedua, keluarga besar yang kasusnya setipe, perceraian nyaris semua anggota keluarga. Kutukan? Karma buruk? Tumbal? Serem betul. Untunglah ulasan Bunda Arsaningsih sungguh melegakan hati saya.
.
Pas persiapan meditasilah, udara terasa lebih sejuk. Energi Tuhan sudah turun. Saya wes berdoa lagi agar lebih fokus bebas gangguan entitas itu. Mereka memang menjauh, kalah power. Bunda menjelaskan urutan meditasi; pembersihan batin dulu, pembebasan energi kutukan untuk negeri Nusantara, baru kemudian pembebasan energi kutukan masing-masing orang. Prinsip tabur tuai.
.
Pas pembersihan batin, ya ampun saya nangis karena ternyata masih banyak “energi negatif” berurusan dengan bapak ibu, saudara, ipar, kakek nenek buyut dll keluarga besar segaris keturunan. Karena power saat itu besar, jadi yang tenggelam di kedalaman bisa kebuka semuanya. Ampun. Ternyata batin saya yo masih banyak sampahnya. Dan berasa tenan, beban di bahu saya seperti berkurang banyak saat itu.
.
Setelah itu pembebasan energi kutukan negeri Nusantara, saya njering lah. Nangis. Ya gimana, Majapahit itu kan berdirinya ditumbali darah, air mata dan kutukan. Raden Wijaya memperalat Tentara Tiongkok yang mau menggempur Kertanegara (Singasari) karena penghinaan terhadap Mengki (utusan Tiongkok) yang meminta Kertanegara tunduk sebagai negeri bagian (jajahan) dari Tiongkok.
.
Kertanegara menolak, melukai seluruh wajah sang utusan dan memotong rambutnya. Penghinaan itu dibalas oleh Tiongkok dengan membawa 300 jung dengan 300 ribu pasukan bersenjata lengkap ke Tanah Jawa (CMIIW). Tapi di Jawa kekuasaan sudah berubah. Kertanegara sudah dihancurkan oleh Jayakatwang dengan mendirikan Kadiri. Namun hal itu tidak diketahui oleh Tiongkok dan kondisi inilah yang dimanfaatkan Raden Wijaya (menantu Kertanegara) untuk menggempur Jayakatwang dan menghancurkan Kadiri.
.
Kadiri runtuh, pasukan Tiongkok berpesta pora. Saat itulah, Raden Wijaya menggempur habis pasukan Tiongkok yang mayoritas dalam kondisi mabuk. Sebagian besar mati terbunuh. Sebagian mati di pelarian. Sebagian kecil yang selamat dan menetap beranak pinak sebagai orang lokal Nusantara. Setelah peristiwa itulah, Raden Wijaya mendirikan Majapahit; cikal bakal negeri besar Nusantara atau Indonesia kita ini.
.
Dengan begitu kisahnya, saya kok nggak yakin kalau nggak ada caci maki, dendam kesumat, kemarahan, ataupun kutukan dari semua pihak yang terlibat peperangan yang mengerikan, brutal, kejam, penuh darah dan dikalahkan dengan cara diperalat oleh Raden Wijaya.
.
Sejarah pun mencatat, bahwa Majapahit hanya sebentar berada dalam masa damai dan jaya. Perang saudara, perebutan kekuasaan polemik intrik akhirnya menghancurkan Majapahit hingga keratonnya pun hilang sirna penuh misteri.
.
Saya tenang saja pas sesi ini. Ya karena energi Tuhan yang turun besar, power Bunda Arsaningsih besar, jadi saya terdongkrak bisa melanglang ke masa lain dengan benderang. Pokoknya kalau Bunda sudah bilang… terjadilah, wes itu slide di kepala saya langsung ganti peristiwa lain.
.
Beres urusan pelayanan, menabur; nah sekarang menuai. Kalau yang ini, saya nge-blank. Karena nggak pernah mengukur pakai SM (Soul Meter), saya nggak tahu rekaman jiwa saya tuh ada kutukannya atau enggak.
.
Kalau pas di Bali Soul Conference saya bisa yakin, rekaman jiwa saya bersih dari menggunakan kekuatan lain alias menyekutukan Tuhan. Ramalan saja saya nggak percaya kok 😆😅 Dan benar, selama meditasi saya selow aja. Malah bingung ngelihatin peserta-peserta yang histeris kek pas acara rukyah gitu.
.
Nah masalah kutukan ini, saya ya baru mudeng, paham kemarin. Segala kemarahan, caci maki, omongan buruk, doa buruk, itu bisa jadi semacam “kutukan” yang nempel terus kalau nggak kita bersihkan. Kalau sepanjang ingatan, kayaknya saya nggak pernah dikutuk; sekurangnya yang terang-terangan. Kalau yang membatin nggak terucap lisan, nah itu yang saya nggak tahu.
.
Saya ikutin aja tuntunan Bunda Arsaningsih, dan perlahan seperti ada sesuatu yang ditarik dari punggung kanan saya. Satu, dua. Setelah itu, terasanya punggung saya seperti berlubang dan sakit banget. Itu bikin saya nangis. Lhoh, ada ternyata yang mengutuk saya 😭😭
.
Pas sesi meditasi sudah selesai, saya mulai membersihkan muka yang banjir air mata. Merasakan punggung yang nyeri hebat, tapi saya tahu nanti itu berarti pulih total. Energi kutukan yang tidak saya tahu sebelumnya itu, sudah terbersihkan. Alhamdulillah.
.
Tahu-tahu meledaklah tangis saya. Ya ampun, dipeluk Bu Putri Ayu dan Zaka pun kayaknya tangis saya nggak akan usai. Ada bermenit-menit saya nangis kejer, kayak nggak mau berhenti. Ya Tuhan, ini sekalinya seumur hidup saya menangis keras. Limbung, karena beban berat batin saya seperti terangkat nyaris seluruhnya.
.
Beberapa saat saya baru tenang dan berhenti menangis. Memeluk keduanya bergantian dan berusaha menenangkan diri. Alhamdulillah. Bunda Arsaningsih sudah tidak terlihat. Pak Gede juga tidak nampak oleh saya. Saya memutuskan untuk menyalami beberapa sesepuh Soul yang masih ada di ruangan, foto, dan pulang.
.
Mengajak Zaka makan malam, tapi dia masih bertugas. Pikir saya ya sudah, nanti saya bawa pulang saja. Eeh, ketemu Mbak Amri yang searah jalan. Saya bilang mau ke Galeria beli bakso. Kalau mau ikut makan, boleh bareng. Dan begitulah. Kami berpisah usai makan bakso.
.
Sampai rumah, semua pakaian dan apa yang saya pakai untuk acara meditasi itu, langsung saya rendam air detergen plus garam. Biar energi negatif yang masih nempel juga ikutan terbersihkan.
.
Sampai jauh malam, saya nggak bisa tidur karena punggung yang nyeri. Baru setelah saya tenang, hening, meminta Tuhan untuk menyembuhkan, itu terasa ada energi hangat dan lebih nyaman. Jadi saya ulangi berkali-kali sampai tertidur.
.
Sekarang saat saya nulis ini, yo masih terasa sakit punggung saya. Tapi saya wes tenang karena setiap penyembuhan butuh proses dan waktu. Alhamdulillah. Terimakasih Bunda Arsaningsih. Terimakasih Soul Jogja. Alhamdulillah, sungguh Terimakasih ya Allah atas cinta-Mu yang luar biasa indah ❤❤❤

*Disclaimer:
Cerita yang saya tulis ini adalah pengalaman pribadi saat mengikuti Bedah Karma Jogja (9 Juni 2024, jam 14-18 WIB); yang (mungkin) mudah dipahami oleh mereka yang bergabung dengan Soul Community.

Bila anda membaca ini dan tidak mengikuti, atau tidak memahami Soul, mohon membaca dengan hati pikiran jernih dan tidak nyinyireun ke saya. Tidak percaya yo tidak apa-apa, abaikan saja. Karena urusan bersih hati, bersih jiwa, memperkuat mental dan rohani itu beda penanganannya dengan urusan lahiriah dan fisik.

Maturnuwun, Terimakasih. 🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Kegiatan Ibu-Ibu RT 10 CGI

Sebagian ibu-ibu RT 10 CGI. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Di RT tempat tinggal saya ki kegiatan ibu-ibunya banyak banget. Pengajian —ini pun beragam, Posyandu, Cooking Class, Arisan, dll acara dadakan sesuai moment. Yang paling saya ingat ya rutinan bulanan; olga, arisan, plus info-info. Acaranya hari Minggu, jam 7 s/d 9 pagi tapi kadang molor s/d jam 10 an kalau info dan atau topik bahasan bermacam-macam.
.
Arisannya berapa? 10 rb perak. Terimanya 120 rb tiap putaran, satu tahun habis. Wajib ikut satu. Ada ibu-ibu yang ikut dua, tiga, s/d berbanyak arisan untuk nabung. Saya penggembira bae. Tapi kalau pas dapat arisan yo tetap senang, padahal duitnya sendiri 😂
.
RT ini termasuk lingkungan produktif. Masih banyak pasangan muda. Banyak suami-istri yang usianya jauh lebih belia daripada saya. Balita, anak-anak, remaja pun banyak. Kami satu RT ada 35 KK, total warga sekrucilnya ada 150-an jiwa. Jadi hampir tiap rumah ada anak 1,2,3 atau 4.
.
Haish, saya kayak petugas sensus bae 😆😅 Iya, karena mereka menghafal identitas saya gampang: Bu Ari. Tapi saya mikir untuk menghafal nama mereka satu per satu; terutama kalau sebutan suami istri berbeda. Belum lagi bocil-bocil yang versi saya, kayaknya wajah mereka kok mirip-mirip😅
.
Tapi ya menyenangkan tinggal di lingkungan yang ada anak-anak. Ada masanya mereka ramai teriakan. Ada masanya lihat mereka berlarian, sepedaan sana sini, ciblonan di sungai, mandi beributan di halaman, menarik ulur layangan, gabur burung dara, main petasan, dll.
.
Sekurangnya tempat saya, sungguh lingkungan yang hidup. Mayoritas warganya yo baik. Tentu ada satu dua yang kadang bikin heboh. Biasa itu… namanya juga banyak orang. Aktivitas warga dari pagi s/d malam banyak, dan syukurlah tempat saya itu tetap tenang tidak berisik. Alhamdulillah 😍🤩
.
Jadi kalau saudara, ipar, teman dll kerabat saya nanya kenapa saya lebih suka tinggal pulang ke sini, ya karena lingkungannya. Peduli, tapi nggak reseh. Di perumahan, tapi adem ayem saja kami seperti keluarga.
.
Teriring doa semoga semua warga tetep rukun, sehat, bahagia, peduli asah asih asuh sesama layaknya keluarga yang kuat tali persaudaraannya ❤❤
.

Ari Kinoysan Wulandari

Kalau Kopimu Terlalu Pahit

Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Hari ini saya jian pingin sambatan tenan 😂 Ya Allah, capeknya saya 😭🙈

Jam segini baru selesai kelas dengan siswa-siswa yang superaktif. Berasa habis energi saya. 🙏

Sabtu yang mestinya selow-selow, kok malah banyak gaweyan. Pagi tadi wes ngisi kelas. Untungnya rada tenang, karena yang ikut wes penulis kabeh. Jadi saya agak enteng jawabin pertanyaannya.
.
Setelah itu ngecek naskah-naskah tugas kelas; jian pingin misuh-misuh saya. Lha dari 34 mahasiswa, 8 orang tulisannya plek ketiplek sama persis sejudul dan persis materinya kuy lho, karepe piye 🙈
.
Dikira tugas tulisannya nggak dibaca gitu po? Kasih tugas kok sakarepe dhewe. Biyuuu… saya wes menahan diri tenan nggak memaki, nggak misuh, tapi menyuruh mereka menulis ulang. Bikin materi baru. Ben bae kalau pada jengkel. Lha ya situ yang cari gara-gara kalau ini siy.
.
Kopi saya hari ini terlalu pahit. Kayaknya perlu tambahan gula yang agak banyak biar terasa maniz. 😃 Ya sudah, hidup jadi freelancer yo begini. Ada masanya orang libur, saya kudu kerja. Sebaliknya orang kerja, saya liburan.
.
Happy weekend ya. Pokoknya nikmati dan syukuri saja hidupmu dengan bahagia. Karena sepahit apapun itu, kadang orang pun iri dengan hidupmu 🤩🥰

Ari Kinoysan Wulandari

10 Cara Membuat Opening Novel yang Keren

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Membuat opening novel itu perlu ekstra perhatian. Karena opening yang bagus menjadi kunci, apakah pembaca akan meneruskan bacaan atau meletakkan bukunya.

Berikut ini adalah sepuluh cara dan contoh untuk membuat opening novel yang menarik:

1. Mulai dengan Aksi atau Kejadian Menegangkan

Contoh:

“Peluru melesat di antara pepohonan, membuat Lena berlari secepat mungkin untuk menyelamatkan diri. Jantungnya berdetak kencang, telinganya dipenuhi suara tembakan.”

2. Deskripsi Atmosfer atau Lokasi yang Unik

Contoh:

“Di kota kecil yang terletak di pinggir hutan, kabut tebal selalu menyelimutinya setiap pagi. Rumah-rumah tua berdiri seperti penjaga setia yang menyimpan ribuan cerita tersembunyi.”

3. Pengantar Misteri atau Pertanyaan

Contoh:

“Tidak ada yang tahu mengapa pintu rumah tua itu terkunci selama puluhan tahun. Namun, suatu malam, lampu di dalamnya tiba-tiba menyala.”

4. Memperkenalkan Karakter dengan Cara yang Menarik

Contoh:

“Amanda tidak pernah memikirkan bahwa hidupnya yang tenang akan berubah setelah bertemu dengan pria berjas hitam itu di kafe kecil sudut kota.”

5. Menggunakan Dialog yang Menggugah Rasa Penasaran

Contoh:

“Kamu yakin ini keputusan yang benar?” tanya Andi dengan mata penuh keraguan. “Aku harus melakukannya. Ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan mereka,” jawab Rina dengan tegas.

6. Menggunakan Kutipan atau Pepatah yang Relevan

Contoh:

“Mereka bilang, ‘Takdir adalah pilihan.’ Tapi bagi Mia, hidupnya adalah serangkaian kebetulan yang aneh dan tak terduga.”

7. Mulai dengan Mimpi atau Visi

Contoh:

“Dalam mimpinya, Aria selalu melihat sebuah menara tinggi yang terbuat dari kaca, berkilauan di bawah sinar matahari. Tapi setiap kali dia mencoba mendekat, menara itu menghilang.”

8. Memulai dengan Fakta atau Informasi yang Mengejutkan

Contoh:

“Hanya ada tiga orang di dunia ini yang tahu cara menghentikan kiamat, dan salah satunya adalah seorang anak berusia sepuluh tahun.”

9. Menceritakan Peristiwa yang Aneh atau Tidak Biasa

Contoh:

“Pada hari Rabu yang cerah, seekor kucing berbulu biru melintasi jalan utama kota, menarik perhatian semua orang yang lewat.”

10. Penggunaan Suara Narator yang Kuat dan Berbeda

Contoh:

“Dengar baik-baik, anak muda. Ini bukan kisah pahlawan biasa. Ini tentang seorang pengecut yang belajar menjadi pemberani.”

Masing-masing cara ini bisa disesuaikan dengan genre dan gaya penulisan Anda, membantu menciptakan pembukaan yang memikat dan membuat pembaca ingin terus melanjutkan membaca.

Ari Kinoysan Wulandari

Tentang Geblek: “Ini makanan apa, kok asam? Basi ya?”

Setelah makan. Kopi Pari. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Saya ki wes suwe tinggal di Jogja, makan minum semua kuliner Jogja. Tapi lidah saya memang bukan lidahnya orang Jogja. Makanan minuman yang over manisnya, kalau ada pilihan biasanya saya skip. Termasuk kalau over rasa lainnya.
.
Nah geblek ini (makan bulat-bulat putih) di meja itu; termasuk yang saya skip kalau ada pilihan lain. Dizoom aja. Karena kita lupa foto-foto. Ingetnya malah wes bubar makan 😆😅 Bukan gen milenial ya begitu. Makan ya makan aja, foto video itu tugas fotografer😆🙈
.
Kenapa? Karena rasa asamnya yang kadang berlebihan. Rasa asam ini berasal dari pati ketela (singkong) yang jadi bahan dasar geblek. Proses fermentasinya itulah yang menyebabkan rasa asam. Makin lama makin pekat asamnya.
.
Jadi begitu ada yang tanya, “Ini makanan apa, kok asam? Basi ya?” —saya bisa menjelaskan asal usul, bahan, dan proses pembuatan geblek. Nggak suka, nggak makan, bukan berarti saya mengabaikan hal lain tentang kulinernya. Apalagi kuliner khas daerah tertentu, seperti geblek Kulon Progo.
.
Baru setelah tahu bahwa geblek di meja kami bukan makanan basi, mereka yang non Jogja sekitarnya mau memakannya 😀 Saya? Yo tetep makanlah. Makanan halal ini yes 😁😆
.
Di beberapa tempat oleh-oleh khas Jogja, biasanya banyak yang jual geblek. Ada versi mentah dan versi matang. Tinggal memilih. Orang membeli geblek, biasanya untuk selingan di luar oleh-oleh mainstream Jogja; bakpia dan gudeg. Perlu usaha ekstra dari warga dan pemerintah KP untuk menjadikan geblek ini sebagai oleh-oleh utama dari daerah, sekurangnya di daerahnya sendiri.
.
Ahaha, saya pribadi kurang sreg dengan istilah geblek itu. Karena kalau di daerah asal saya; geblek itu berarti orang bodoh, nggak berguna. Mungkin —itu juga mempengaruhi mood saya tentang makanan ini.
.
Apapun pikiranmu tentang geblek, kamu perlu cobain makanan ini ya kalau berkunjung ke Jogja sekitarnya. Biar referensimu tentang oleh-oleh Jogja nggak cuman bakpia dan gudeg. Gak bosen kah makan, lalu beli bakpia atau gudeg teruuuz. Hello, kulinernya Jogja macem-macem lhooo 😁😆😅
.
Ari Kinoysan Wulandari

Kenali Dirimu dengan Baik ❤

Sesaat setelah saya dkk mengikuti Puja Bakti Waisak Borobudur 2024. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Saya muslim, Islam sejak lahir. Bapak Ibu saya Islam taat, dengan tradisi NU dan Jawa yang kental. Saya mengenal syahadat, sholat, zakat, puasa, mengaji dari orang tua. Termasuk kebiasaan puasa sunah Senin-Kamis dll ajaran kebaikan.
.
Bahkan ibu saya karena tumbuh besar di lingkungan priyayi Jawa, masih menambahkan beragam puasa untuk nirakati kami anak-anaknya. Entah itu puasa weton hari lahir, saat kami harus menghadapi hari-hari berat (ujian, tes, seleksi kerja, tugas luar negeri, dll).
.
Saya terbiasa mengikuti ibadah sebagai muslim ya karena dicontohkan begitu. Tapi saya beneran menjadi seorang muslim, memilih jalan Islam karena kesadaran pribadi, saat berusia 18-19 tahun. Setelah perjalanan panjang saya “mencari Tuhan”. Belajar, berguru, bertanya tentang beragam ajaran agama; sampai akhirnya saya memilih Islam sebagai jalan hidup.
.
Kebiasaan untuk turut mendengar, menyimak, belajar kebaikan dari agama lain itu, berlangsung hingga sekarang. Bagi saya, setiap agama memiliki koridor dan aturannya masing-masing. Kunci besar yang bisa dijadikan benang merah adalah setiap agama pasti mengajak umatnya pada tindak kebaikan, agar selamat dunia akhirat.
.
Itu saja bagi saya sudah cukup untuk menghormati penganut agama lain, tanpa diribetkan dengan beragam perbedaan. Prinsip dasar toleransi bermasyarakat, bagi saya sudah cukup untuk memberikan ucapan selamat merayakan hari besar mereka masing-masing.
.
Masa iya misalnya kawan saya Katolik dan Budhis, yang setiap saya lebaran datang berkunjung memberi ucapan selamat, besok-besok pas mereka perayaan hari besar saya (nggak balas) memberi selamat merayakan? Lalu etika saya sebagai teman, di mana letaknya?
.
Kalau bagi sebagian yang lain tindakan itu dianggap bisa mengganggu kualitas keimanannya, ya tidak usah melakukan. Tapi janganlah merusak model toleransi sosial “bermasyarakat” yang sudah ada. Pemahaman setiap orang terhadap agama berbeda-beda. Kualitas iman dan ibadah setiap orang juga beragam. Kenali dirimu dengan baik, lalu bijaklah bersikap terhadap sesama.❤
.
Ari Kinoysan Wulandari