Menulis memang nggak selalu gampang. Bahkan saat naskah sudah selesai pun, ada saja hal yang bikin penulis galau. Ini nggak cuman di kalangan pemula aja siy, kadang penulis profesional atau yang sudah banyak menulis pun mengalaminya.
Kegalauan itu biasanya muncul dari pertanyaan pertanyaan seperti di bawah ini.
Tulisanku sudah bagus atau belum?
Teori yang kugunakan sudah benar atau masih salah?
Kalau menerbitkan buku ini pakai uang atau tidak?
Kalau ke penerbit/PH, aku mesti ketemu siapa?
Kirim naskahku ke mana ya? Cocok nggak ya mereka?
Naskahku kok mirip-mirip dengan yang sudah ada di pasaran? Gimana dong?
Kayaknya aku mesti berguru niy biar pede… tapi biaya nya berapa ya?
Duuh, kok aku nggak bisa bikin gaya bahasa seperti penulis si A… gaya tulisanku kok buruk gini?
Kok tulisanku jadi ke mana-mana siy? Padahal aku sudah pake sinopsis lho….
Terasa relate banget dengan keseharian kita saat menulis kan? Nah, berikut ini tips anti galaunya 😀🙏
Minta tolong baca teman baik atau ikutkan kelas bedah karya, biar TAHU PENDAPAT ORANG atas tulisanmu.
Dalam menulis, semua teori BENAR asal tulisan BAGUS dan MENARIK.
Tidak pakai uang kecuali kamu menerbitkan secara INDIE, MANDIRI, SELF PUBLISHING.
Editor atau script editor inilah yang berurusan dengan lalu lintas naskah di Penerbit atau PH.
Ke mana saja Penerbit atau PH yang kamu rasa cocok, alamatnya searching di google atau di buku JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG KOK! dan JADI PENULIS SKENARIO? GAMPANG KOK! ada komplit. Sekarang jumlah mereka jauh lebih banyak daripada yang tercantum di dua buku tersebut.
Banyak buku yang mirip, asal punya kamu LEBIH BAGUS orang akan tetep beli. PEDE sajalah…. kamu sudah do the best untuk tulisanmu.
Pede itu dari diri sendiri, nggak mesti berguru. Tapi dengan berguru pada ahlinya, kita mencegah jatuh pada lubang yang sama. Biar orang lain saja yang pengalaman jatuh, kamu bisa memilih jalan yang lempeng.
Ya jelas nggak bisa, karena kamu bukan si A. Jadilah dirimu sendiri. Cari ciri khas sendiri. Setiap penulis itu unik dan istimewa dengan gaya tulisan masing-masing.
Karena kamu suka ngedit saat menulis. Jangan mengedit saat menulis. Ikuti saja program yang sudah kamu buat.
Karena kamu nggak pakai sinopsis untuk menulis 😀🙏 Kalau pun sudah ada sinopsis, tapi pikiranmu nggak fokus ke sinopsis pada waktu menulis. Artinya menambah ini itu, sehingga melenceng jauh dari sinopsis awal.
Oke, semoga tips ini membantu. Happy weekend, happy writing. Tulisan yang paling baik adalah tulisan yang diselesaikan dengan jujur. ❤️
Pas saya ikut kelas etnofotografi dan foto kuliner, saya menemukan kesamaan pandangan: yang terpenting niatmu 😀 Masalah alat, keahlian, itu menyusul. Jadi kalau kamu memotret sesuatu mung nggo update status sosmed, yo hapemu itu wes cukup.
Kecuali potret-potret untuk tujuan komersial, iklan produk, dll. Nah kuwi alatnya kudu memadai dan syukur-syukur ter-update. Printilan beragam alat pendukung untuk membuat fotonya layak, bagus, menarik tur memikat itu juga kudu disiapin. Tukang motretnya yo kudu paham prinsip-prinsip fotografi dan operasional penggunaan alat-alat beserta pendukungnya. Pokoke kudu tenanan yes. 😃🤗
Sama juga kan prinsipnya dengan menulis 🤔 Kalau kamu menulis untuk sekedar hobi, yo ndak usah ngeyel mo produktif seperti penulis profesional. Itu jian cita-cita yang nggarahi mumet tur ngelu 😂 Santai-santai ajalah, kalem bae. Bikin satu buku satu tahun wes cukup. Kamu masih bisa bekerja di bidangmu dengan tenang, tur yo iso pamer duwe buku baru 😆 Wes bisa disebut penulis juga kan? Dan mereka yang begini ini, ya ampun bangga dan hebohnya bisa memenuhi jagat sosmed berhari-hari. Wes gakpapa, bagi saya pokmen menambah luas dunia literasi, itu oke saja.
Nah sekarang kamu sendirilah yang bisa milih dan nentuin masalah target penulisanmu. Bagi saya, apapun tujuanmu menulis; yang penting tetap semangat menulis sampai merampungkannya. Biar bisa terbit, bisa pamer, bisa narsis, bisa eksis 🙏💪 Sekurangnya mulailah dengan menulis yang baik untuk update status di sosmedmu. Lha ya kan mumpung-mumpung sosmed di Indonesia ora bayar 😂😆
Tahun lalu, Ramadan adalah rekor puasa terburuk sepanjang hidup saya. Selain karena perempuan terkena menstruasi 5-7 hari yang tidak boleh berpuasa, jatuh bangun kesehatan saya membuat puasa saya praktis kurang dari setengah bulan. Itu pun harus sedikit eyel-eyelan dengan dokter yang sebenarnya meminta saya total nggak puasa. Saya bilang, saya tetap akan berniat puasa; kalau ternyata nggak sanggup ya membatalkan. Ya begitulah, banyak puasa saya yang tumbang di tengah harian. Semoga Allah ampuni saya dan tetap mencatat kebaikan amal meskipun sedikit 🙏
Dan puasa yang jadi ibadah paling mudah bagi saya ketika kekurangan makan (daripada laper nggak jelas, sekalian aja puasa) berubah menjadi ibadah yang ekstrim beratnya ketika di mana-mana berjumpa makanan enak melimpah. Di kantor dengan rapat rapat yang nggak lepas dari makan dan snack, di media, di penerbit, PH apalagi yang doyan pesta, belum undangan makan jumpa klien, dan tentu saja kulkas rumah dan meja-meja yang selalu penuh makanan, terus merasa duit ada mo beli apa aja boleh; hiliiih ini puasa beneran jadi nggak mudah.
Utang puasa Ramadan saya itu pun beneran saya cicil satu hari per satu hari. Itu pun harus ngomong sama dokter, karena kesehatan saya yang masih up down begitu. Yo wes lah, saya terima ikhlas dengan semua kondisi tubuh saya yang sedang riwil.
Dan tahun ini begitu utang puasa saya lunas, alhamdulillah, saya wes mulai siap siap untuk Ramadan. Alarm saya yang wes biasa jam 03 wib teng, sudah saya ganti 02.30 wib. Biar leda lede saya di tempat tidur tidak mengganggu jadwal kalau nanti sahur dll. Bekal mental dengan tradisi ngaji, sedekah, dll itu pun sudah mulai saya tambah.
Logistik… ya gegara semua ibu teriakan harga sembako naik, saya ikutan menuhin tempat yang sudah ada di rumah. Kulkas, wadah beras, minyak, garam, dll. Tanpa menambah porsi. Tapi kulkas saya belum penuh, karena niatnya saya mo beli ikan dan daging frozen olahan yang tinggal panggang, kukus, atau goreng saja.
Ben praktis dan nggak beli online food dadakan karena jelang buka atau sahur itu pasti rame dan ribet antrian pesanannya. Terus karena buru buru rame gitu, kadang masakannya jadi nggak enak 😆
Yaelah, ternyata banyak bahan frozen yang wes diborong emak-emak. Termasuk daging ikan dan cs frozen an di toko langganan saya. Saya pun pesan kalau barang ini itu sudah ada agar info WA. Biar saya tinggal bayar dan ambil.
Ealah, Kakak saya yang dari Manado ki datang dan begitu mendarat terus ke hotel, cuma WA pendek. Ri, aku sudah di Jogja. Karena Manado Jogja itu perjalanan transit dan pasti lelah, saya yo nggak banyak nanya. Pagi pagi tadi dia bilang lagi. Ri, alamatmu kirim. Niy oleh-oleh harus masuk kulkas dulu.
Karena pagi ribet ini itu, saya balas singkat. Dan tahu nggak yang dibawain itu apa? Ikan- ikan kaleng olahan Manado yang jelas superenak dan ikan asap ukuran besar yang wes dipotong-potong. Masih banyak oleh-oleh lainnya; klappertaart, kacang, dan katanya beberapa jenis oleh-oleh masih di perjalanan karena dibawa anaknya. Ampuun, kulkas saya pun mendadak penuh.
Eeh, saya yo tahu kakak saya akan ke Jogja karena anak bungsunya wisuda. Tapi apa saya minta ini itu oleh-oleh? Enggak sama sekali. Karena saya tahu ribet capeknya perjalanan transit. Apalagi bawa makanan basah, wes lah repot.
Tentu juga masalah biaya. Saya tahu persis, tidak semua orang yang bepergian itu duitnya turah-turah atau berlebih. Jadi saya mengunci mulut rapat-rapat tidak pesan minta apapun.
Kecuali mereka bilang, Ri bagasiku kosong sekian kilo. Mo nitip, pesan apa. Itu baru deh, saya bilang. Dan tentu saya pesan yang tidak merepotkan atau memberatkan. Termasuk juga bersedia dengan cepat mentransfer uang bayar pesanan itu tanpa menunda.
Dengan kejadian hari ini dan banyak kejadian setipe yang saya sudah tidak bisa menghitungnya, saya wes malas untuk ngotot ngototan. Kemarin sebenarnya begitu di toko langganan itu barang frozen habis, saya bisa saja sekalian ke toko lain demi mendapatkan daging dan ikan.
Tapi karena wes sore, lelah dengan meeting meeting sejak pagi, saya memilih seleh saja. Pesan info keberadaan barang ke tokonya dan pulang. Tenan, capeknya ampun. Sampai pesan pesan WA sedari pagi pun ada yang saya respon lepas Isya. Maafkan.
Jadi ya segala sesuatu itu sudah disetting sama Allah. Seperti yang saya alami. Saya mau beli daging dan ikan olahan, tapi barang habis, agar saya tidak beli. Kondisi saya juga lelah agar tidak ada tenaga untuk ke toko seberang sana. Karena kakak saya wes bawa oleh-oleh ikan basah dan kalengan itu –yang saya tidak tahu dan itu lebih dari cukup untuk persiapan Ramadan. Ngerti sendiri kan hasil ikan dari laut Bunaken dan sekitarnya? Besar-besar dan enak-enak. Beda lah dengan ikan- ikan tangkapan dari laut Jawa😀🙏
Itu juga yang membuat saya setelah banyak umur, emoh bersitegang gegeran ini itu dengan pihak lain. Karena sesuatu yang jadi rezeki, milik saya pasti akan sampai pada saya. Saya kejar mati matian jungkir balik pun, kalau bukan milik atau rezeki saya yo nggak akan kena.
Karena saya tidak tahu di mana dan seperti apa rezeki saya, tapi rezeki itu semuanya tahu dengan pasti di mana saya berada. Sungguh Allah lebih tahu segalanya yang terbaik buat kita. Ora usah ngeyel. 😀🙏
Di antara candi-candi yang ada di Tulungagung, barangkali Candi Sanggrahan inilah yang paling populer. Mungkin karena namanya yang gampang diingat, mungkin juga karena kisah di balik candi ini yang penuh cerita dari kalangan orang-orang besar Majapahit.
Sesuai namanya Sanggrahan –yang pernah disebut dalam Kitab Negara Kertagama, Sanggraha yang berarti tempat peristirahatan di daerah Ngrowo –nama kota Tulungagung di masa Majapahit, karena berawa-rawa sering banjir kalau musim penghujan; candi ini secara umum dikenali sebagai tempat peristirahatan para pembesar Majapahit yang berkunjung ke daerah ini. Tempat ini juga merupakan tempat istirahat para pengusung jenazah Gayatri Rajapatni (istri Raden Wijaya) yang akan diperabukan di Boyolangu, Tulungagung.
Namun Candi Sanggrahan ini bukan sekedar tempat peristirahatan. Karena dari bangunan yang ada, terdapat jejak tempat pemujaan, saluran air, ruang-ruang, patung-patung Budha, jejak perabuan; yang semuanya itu mengidentifikasikan tempat ini semacam “rest area” yang lengkap.
Candi yang terletak di desa Sanggrahan, Boyolangu, Tulungagung ini dibangun pada masa Majapahit, sekitar tahun 1350 Masehi. Bagi mereka yang berkunjung ke sini tahunan silam, candi yang sekarang sudah bagus karena pemugaran.
Proses pemugaran candi di Indonesia memang tidak mudah. Selain masalah dana, mencari bentuk asli candi pun tidak gampang. Terlebih bila batu dan arca pendukung sudah banyak yang hilang. Pemugaran Candi Sanggrahan termasuk yang “sulit”.
Bila data masih tertera dalam catatan sejarah, mungkin lebih mudah. Toh kitab-kitab kuno tidak selalu detail menggambarkan bentuk asli candi di Indonesia yang jumlahnya ratusan itu 🤩 Sungguh mahakarya leluhur yang luar biasa.
Candi ini secara umum bersih, baik secara fisik maupun energinya. Keberadaannya terletak di areal terbuka, akses ke lokasi pun mudah. Kalaupun ada jejak perabuan jenazah, tidak tercatat kisah buruk yang memberi energi negatif. Warga sekitar juga tidak pernah menceritakan atau mendengar kisah mistis di areal candi ini. Ya karena fungsinya sebagai rest area, orang datang dan pergi. Tidak ada beban energi buruk di sini.
Bagi saya pribadi, datang ke sini biasa saja. Berkunjung ke Candi Gayatri terasa lebih horor. Pamor kebesaran seorang Ratu Agung Majapahit, tetap memiliki energi besar yang bikin rakyat biasa pun merinding. Yach, itu versi saya siy. Tiap orang berbeda tingkat kepekaan energinya. 😃🙏
Nah kalau kamu ke Tulungagung, wisata Candi Sanggrahan ini hanya salah satu daya tarik. Ada banyak wisata lainnya; seperti pantai-pantai, situs-situs, museum Wajakensis, kuliner, kerajinan marmer, tekstil, pabrik cokelat, kacang sanghai, dll. Kota ini di masa Majapahit adalah kota “spiritual”. Semua pembesar Majapahit yang beragama Budha ya harus beribadah di kota ini. Apalagi kalau naik pangkat, harus sowan ke sini. Karena sesepuh Majapahit, Sang Ratu Gayatri berdiam di kota ini.
Tidak heran kalau banyak jejak sejarah Majapahit di negeri asal marmer-marmer dan batu pualam yang supercantik ini. Pun tidak heran kalau kota ini masih punya banyak dukun, paranormal, sesepuh, kyai dll sebutan untuk beragam ahli spiritual yang tidak lepas dari dunia klenik dan mistik orang Jawa 😀
Candi Dadi ini merupakan situs sejarah dan tempat ritual keagamaan yang terletak di Desa Dadi, Kecamatan Wajak, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Candi ini merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang patut dijaga dan dilestarikan. Candi yang berada di daerah perbukitan dan pegunungan ini memiliki keunikan khas dalam hal sejarah, arsitektur, dan keindahan alam di sekitarnya.
Candi Dadi diyakini berasal dari abad ke-14 Masehi yang dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Majapahit. Candi Dadi merupakan salah satu peninggalan sejarah dari masa kejayaan agama Hindu-Buddha di Jawa Timur. Sebagian ahli sejarah meyakini bahwa Candi Dadi jauh lebih tua dari masa Majapahit. Mereka memperkirakan kalau candi ini berasal dari zaman Kerajaan Kediri sekitar abad ke-11 Masehi.
Sebagian ahli sejarah meyakini bahwa candi ini didirikan sebagai tempat ibadah agama Budha atau sebagai tempat peringatan kegiatan keagamaan yang sakral. Namun ada juga yang berpendapat bahwa candi ini hanyalah sebagai penanda wilayah atau titik penting dalam sistem navigasi pada masa lampau.
Candi Dadi memiliki arsitektur yang unik dan menarik. Candi ini terdiri dari satu candi utama yang berbentuk persegi empat dengan atap candi yang khas. Meskipun sebagian besar strukturnya telah rusak akibat usia dan faktor alam, tetapi setelah proses pemugaran, bagian-bagian tertentu dari candi ini masih dapat dilihat dengan jelas. Termasuk relief-relief yang menghiasi dinding candi. Relief-relief ini menunjukkan kemegahan dan keindahan seni ukir pada masa itu, serta menceritakan berbagai cerita dan kehidupan masyarakat Majapahit pada masa lampau.
Selain keindahan arsitektur candi, di sekitar Candi Dadi ini dikelilingi oleh keindahan alam yang memukau. Lokasinya yang terletak di lereng gunung dan perbukitan, menjadikan candi ini memiliki pemandangan yang menakjubkan. Terutama pada saat matahari terbit atau terbenam. Banyak pemburu sunrise dan sunset yang berjibaku menunggu terbit dan tenggelamnya matahari di daerah ini. Suasana sejuk dan hening di sekitar candi juga menambah nilai estetika dan spiritualitas bagi pengunjung yang datang.
Candi Dadi memiliki arsitektur yang khas dengan bentuk yang relatif kecil dibandingkan dengan candi-candi lain di Jawa Timur. Ciri khasnya adalah atap candi yang berbentuk piramida yang terdiri dari beberapa tingkat, dengan ukiran relief yang indah menghiasi dinding-dindingnya. Meskipun telah mengalami berbagai kerusakan, keindahan arsitektur candi ini tetap memukau.
Salah satu hal yang membuat Candi Dadi begitu menarik adalah aura mistis yang terasa begitu kuat di sekitarnya. Konon, beberapa cerita rakyat lokal menyebutkan bahwa candi ini dihuni oleh roh-roh halus yang menjaga kesucian tempat ini. Beberapa pengunjung bahkan mengaku merasakan kehadiran entitas gaib saat mengunjungi candi ini pada malam hari. Saya enggan menceritakan pengalaman gaib di seputar candi ini, daripada nanti kamu tidak mau menengok warisan budaya leluhur ini.
Sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga, penting bagi kita untuk menjaga dan melestarikan Candi Dadi. Upaya pelestarian dapat dilakukan melalui berbagai cara. Misalnya dengan pemugaran struktur candi yang rusak yang dilakukan oleh pemerintah melalui pihak terkait. Pemerintah juga membuka jalur akses yang nyaman bagi pengunjung. Selain itu, masyarakat di sekitar candi juga berpartisipasi mengembangkan fasilitas pendukung yang dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan pengunjung.
Candi Dadi di Tulungagung adalah salah satu peninggalan sejarah dan keagamaan yang memiliki nilai budaya, sejarah, dan arsitektur yang tinggi. Keindahan dan keunikan candi ini, baik dari segi arsitektur maupun alam di sekitarnya, membuatnya menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik di Tulungagung.
Selain keberadaan Candi Dadi, daerah Wajak juga popular dengan adanya situs manusia purba Wajakensis atau sering disebut juga Manusia Wajak. Manusia Wajakensis adalah manusia purba yang ditemukan di situs arkeologi Wajak, Kabupaten Tulungagung. Mereka diperkirakan hidup sekitar 1,5 juta tahun yang lalu pada masa Pleistosen Awal hingga Pertengahan. Penemuan manusia Wajakensis ini menjadi penting karena memberikan gambaran tentang keberagaman spesies manusia purba di Indonesia.
Potensi wisata Candi Dadi sering kali juga dihubungkan dengan wisata arkeologi manusia purba Wajakensis ini. Tulungagung, mungkin hanya sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur. Namun keindahan alam dan rekam jejak sejarah kota ini, sangatlah penting di kancah pembicaraan sejarah dan arkeologi dunia. Daerah yang terkenal dengan keindahan alamnya ini, juga sangat popular dengan kuliner khasnya yang disebut ayam lodho. Biasanya orang kalau berkunjung ke daerah ini, ya wisata sejarah-arkeologi dan kulineran. Bagaimana? Apa kamu tertarik untuk menengok Candi Dadi yang unik ini?
Candi Miri Gambar, ini merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang memukau. Candi ini terletak di desa Miri Gambar, Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Meskipun tidak sebesar Candi Borobudur atau Candi Prambanan –dan tidak sepopuler keduanya; Candi Miri Gambar memiliki daya tarik tersendiri dengan arsitektur yang anggun dan latar belakang sejarah Majapahit yang adiluhung.
Candi Miri Gambar diperkirakan dibangun pada abad ke-14 Masehi, masa pemerintahan Majapahit. Bangunan ini pada awalnya didedikasikan untuk kegiatan ibadah agama Hindu. Namun kemudian beralih fungsi menjadi tempat ibadah agama Buddha. Seiring dengan perjalanan waktu, candi ini seolah ditinggalkan dan terlupakan begitu saja.
Candi Miri Gambar memiliki arsitektur yang menakjubkan meskipun sudah mengalami kerusakan akibat usia dan cuaca. Candi ini terdiri dari bangunan utama, candi pendamping, serta gapura yang merupakan pintu masuk ke kompleks candi. Arsitekturnya mencerminkan gaya arsitektur Jawa Timur dengan khas cakrik Majapahit pada masa lampau.
Sebagai situs bersejarah, Candi Miri Gambar memiliki nilai religi dan budaya yang tinggi. Pada masa lalu, candi ini digunakan sebagai tempat peribadatan dan juga sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat sekitar. Hal ini tercermin dari relief-relief yang menghiasi dinding candi yang menceritakan kisah-kisah keagamaan.
Namun kisah-kisah yang terukir pada relief candi ini tidak semuanya tentang ibadah. Ada kisah panji yang asli Nusantara, kisah hubungan lelaki perempuan –yang cukup eksplisit dan erotis –meskipun tidak seekstrim gambaran di Candi Sukuh atau relief Candi Borobudur pada bagian dasar (Kamadhatu; relief Karmawibhangga; bagian yang ditimbun tanah, tidak diekspos ke luar), kisah binatang, dan simbol-simbol mata tiga yang konon diyakini sebagai perwujudan keberadaan Dewa Syiwa.
Keberadaan, fungsi, sejarah, dan seluk beluk candi ini masih memerlukan penelitian yang akurat dan mendalam agar dapat mendeskripsikan secara komprehensif. Yang pasti kondisi candi ini sudah cukup baik, setelah dipugar besar-besaran semenjak tahun 2018 sd 2021. Pada saat ditemukan nya, candi ini lebih mirip tumpukan batu daripada wujud candi. Setelah pemugaran, barulah sekurangnya dapat tergambar wujud asli bangunannya.
Candi Miri Gambar menjadi bagian penting dari sejarah dan warisan budaya Indonesia. Upaya restorasi terus dilakukan untuk mempertahankan keaslian dan keindahan candi ini. Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur candi sambil belajar tentang sejarah dan kebudayaan Jawa Timur.
Selain keindahan arsitektur candi, lokasi Candi Miri Gambar yang berada di lereng gunung juga menambah pesona alamnya. Pengunjung dapat menikmati keindahan alam sekitar sambil menjelajahi kompleks candi. Jadi berkunjung ke candi ini bisa mendapatkan banyak manfaat wisata. Dan tentu saja biayanya murah meriah.