Pola Pikir Sukses Menulis

Menulis naskah panjang lebih dari 500 hlm perlu pola pikir sukses menulis, terutama konsistensi untuk merampungkan naskah.

Ada banyak orang yang ingin menulis, tapi tidak juga menulis; atau sebagian sudah menulis tapi tidak pernah menyelesaikan tulisannya.

Apa yang salah? Tak ada yang salah, selain kurangnya komitmen dan niat. Mungkin anda perlu sedikit mengubah pola pikir anda untuk bisa “sukses menulis”.

Yang saya maksud “sukses menulis” di sini bukan “mempublikasikan tulisan” anda, tetapi “menyelesaikan tulisan” anda sehingga ada judul, isi, sampai ending yang terbaca sebagai “naskah yang utuh”.

Berikut ini hal-hal yang bisa kita perhatikan agar bisa sukses menulis. Pengalaman setiap penulis berbeda-beda, mungkin banyak yang tidak sama dengan penulis lain.

  1. Miliki rasa terbuka, penasaran, dan terlibat dalam sesuatu yang akan anda tulis.
  2. Terima segala bentuk kritik dan belajar tentang penulisan dari sumber yang terpercaya. Jangan belajar menulis pada orang yang nggak punya karya.
  3. Kenali rasa takut anda saat menulis dan berusahalah untuk mengatasinya. Setiap tulisan pada awalnya buruk, tulisan yang baik itu proses berulangkali.
  4. Buat alasan yang layak kenapa anda mesti menulis.
  5. Menulislah dengan dengan rasa syukur, bukan hanya “harus menulis”. —Alhamdulillah, saya bersyukur setiap kali mulai menulis, karena saya akan menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi diri saya, dan syukur-syukur bagi orang lain.
  6. Pikirkan manfaat tulisan anda bagi pembaca. Bisa jadi, tulisan kecil yang anda buat, anda bisa menyelamatkan masa depan atau hidup seseorang.
  7. Cintai “menulis” dan “membaca”. Ini paket yang tidak terpisahkan.
  8. Membuka diri dalam banyak pengalaman baru. Hal baru membuat kita kaya dalam menulis. Jangan takut masuk kelas untuk belajar hal-hal di luar penulisan. Selain pengalaman, pasti dapat teman dan relasi baru.
  9. Cintai alat-alat tulis anda –komputer, laptop, netbook, tablet, dll. Beri nama, urus mereka baik-baik; termasuk kamus, alat perekam, kamera, handycam, kertas-kertas, bolpoin, meja kerja, dll. yang anda gunakan untuk menulis. Kalau alat-alat baik, nulisnya lancar jaya.
  10. Percayalah bahwa anda seorang penulis dan mungkin perlu mengatakan pada orang lain, “Saya penulis.” —-kalau yang ini saya ogah, karena di Indonesia pekerjaan “penulis” belum dicantumkan sebagai pekerjaan yang “diakui” selain dimasukkan dalam kolom “wiraswasta”. Kalau saya sebut penulis, saya harus menjelaskan macam-macam ke yang bertanya. Ah, sudahlah. Yang penting bukunya, karyanya banyak dan laris manis, heheheh….
  11. Miliki jadwal tetap untuk menulis. Percaya atau tidak, keteraturan itu membuat otak kita “siap” di waktu yang ditentukan. Kalau sudah punya jadwal tetap, patuhi.
  12. Bugar, sehat, kreatif. Jadi, usahakan punya kebiasaan hidup sehat dan olahraga. Jalan pagi dengan kaki telanjang bagus untuk kesehatan, meski hanya 15 menit.
  13. Jadi diri sendiri dalam versi terbaik. Nggak usah ikutan gaya menulis orang lain.
  14. Tidak memaksakan diri. Kalau nggak bisa menulis banyak, ya sedikit saja. Kalau sibuk banget, ya menulis saja 10-30 menit per hari.
  15. Jangan menyerah. Jangan menyerah. Jangan menyerah. —sebelum tulisan kelar satu naskah yang utuh. Karena tulisan utuh itulah yang bisa kita eksekusi; dipublish, dijual, digunakan untuk portofolio, dll. Kalau sudah selesai, barulah kita mulai menulis lagi.

Intinya siy, menulis memang bukan pekerjaan mudah. Tidak hanya lelah fisik, tapi juga mental batin. Itu sebabnya kalah tidak berangkat dari hobi atau kesenangan, menulis sungguh terasa berat. Pastikan anda senang sebelum gegayaan mo nulis naskah panjang.

Be Happy, Be A Good Writer.
Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Apakah Menulis Perlu Modal?

Sehat Tanpa Obat dengan Manggis. Pesan buku bisa wa.me/6281380001149.

Rasanya tidak ada pekerjaan yang tidak memerlukan modal. Pun demikian dengan pekerjaan menulis. Pada dasarnya pekerjaan menulis tidak berbeda jauh dari pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Profesi penulis justru menuntut lebih banyak modal dibandingkan pekerjaan-pekerjaan “yang tampak”. Untuk melakukan pekerjaan penulisan, sekurangnya diperlukan modal awal sebagai penulis.

Berikut ini 10 modal yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi penulis. Anda bisa menambahkan sesuai pengalaman anda sebagai penulis.

1. NIAT

Dalam bidang apapun niat itu sangat penting. Termasuk untuk menjadi penulis. Niat yang kuat itulah yang menjadi motivasi penting bagi seseorang untuk sukses. Biar kita memiliki niat yang kuat untuk menulis, kita harus mempunya tujuan yang jelas.

Apakah tujuan kita menulis: apakah berbagi ilmu dan pengalaman, apakah tujuan finansial, apakah menjalani profesi dan berkarir, dll. Ketahuilah motivasi itu agar niat kita untuk menulis selalu kuat.

2. MINDSET SUKSES
Banyak penulis yang sukses dan survive karena mindset sukses yang dibangunnya. Ia yakin dan percaya diri bahwa ia bisa menulis dengan baik, banyak, dan diminati oleh berbagai pihak yang memerlukan jasa penulisannya.

Penulis bisa mengirimkan karyanya tidak hanya ke media. Tapi ke berbagai pihak yang memerlukan, perusahaan swasta, perseorangan, BUMN, institusi, dll. Intinya, menulis untuk banyak pihak.

3. SIAP DITOLAK
Banyak penulis baru yang hanya siap naskahnya diterima. Padahal, realitanya ada banyak penerbit dan media yang sukarela menolak naskah-naskah penulis baru.

Siapkan diri dan siapkan mental lebih banyak. Naskah ditolak itu biasa kok. Sekarang saja, saya masih sering menghadapi penolakan (timing yang tidak pas, visi misi penerbit tidak cocok, urusan produksi yang sulit, dll).

Jadi, santai saja. Ditolak bukan berarti naskah kita buruk, bisa jadi belum bertemu jodohnya yang pas saja

4. SEMANGAT JUANG
Menulis itu bukan pekerjaan santai-santai yang mudah. Bahkan, menurut saya ini pekerjaan luar biasa keras. Karena kita harus mengoptimalkan pemikiran dan fisik kita untuk bisa menulis dengan baik.

Secara pribadi, kalau disuruh memilih antara berdagang dan menulis di waktu yang sama untuk tujuan finansial, maka saya akan memilih berdagang. Dagang lebih mudah dan praktis.

Sementara menulis, proses penulisan naskah pun sangat panjang dan melelahkan. Belum lagi kalau menunggu terbit dan hasilnya. Jadi, hanya orang-orang yang memiliki semangat juang kuat yang bisa jadi penulis.

5. DAYA IMAJINASI
Sebetulnya urusan punya daya imajinasi ini tidak hanya pekerjaan penulis, tapi hampir semua pekerjaan memerlukan daya imajinasi. Namun penulis, terutama penulis fiksi identik dengan daya imajinasi.

Karena ia harus membangun tulisan dengan imajinasinya sehingga kisah menjadi dramatis, komedis, taktis, dan tetap menyenangkan banyak pihak. Daya imajinasi bisa dilatih dengan banyak membaca, banyak menonton.

6. INOVATIF
Rasanya, tiap karya baru yang dihasilkan penulis harus inovatif sehingga terus diminati. Penulis yang statis, menuliskan hal yang sama berulang-ulang, lama-lama akan ditinggalkan pembacanya. Jadi, berkarya harus inovatif dan penuh perubahan sehingga selalu menyajikan hal-hal yang baru.

7. GEMAR MEMBACA
Jelas, gemar membaca adalah modal utama bagi setiap penulis. Karena ini modal utama selain menulis. Membaca dan menulis harus dilakukan setiap hari agar penulis memiliki pemikiran yang bernas dan update. Perbaiki kemampuan membaca agar kita bisa lebih banyak menyerap ilmu dari luar.

8. KEMAMPUAN INTELEKTUAL DAN AKTUAL
Penulis sangat dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan aktual yang besar. Dengan kemampuan intelektualnya, ia bisa menganalisis setiap kejadian dengan baik dan dilakukan dengan berbagai sudut pandang.

Sedangkan kemampuan aktual adalah tuntutan lain karena penulis dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman. Perubahan yang terjadi setiap detik harus diikutinya agar bisa menulis karya yang up to date.

Tanpa kedua hal ini, rasanya sulit untuk bisa menulis dengan baik dan diminati banyak pihak. Kemampuan ini berkaitan dengan wawasan ilmu pegetahuan, logika, daya nalar, dan visi penulisannya.

Artinya, seseorang yang bisa menulis berdasarkan fakta yang ada di lapangan, bisa dibuktikan kebenarannya, tidak asal menulis dan bisa memberikan solusi bagi pemecahan masalah yang sedang dibahas.

9. KEMAMPUAN TEKNIS
Kemampuan teknis ini berkaitan dengan tata kerja penulisan. Selain itu juga harus mampu menulis dengan komputer dan mampu mengoperasikan internet.

Intinya, kemampuan teknis ini adalah segala hal teknis baik penulisan maupun pengerjaan naskah dengan baik sehingga dapat diterima oleh pihak yang berkepentingan.

10. MUDAH BEKERJA SAMA
Dengan perkembangan dunia seperti sekarang ini, hampir semua lini pekerjaan memerlukan jasa penulisan, maka tuntutan untuk menjadi pribadi yang mudah diajak kerja sama menjadi keharusan.

Banyak penulis yang karyanya luar biasa bagus, tapi karena sulitnya diajak kerja sama (entah karena masalah deadline, fee, sistem kerja, dll) menjadi tidak eksis dan tidak dikenali sebagai penulis. Jadi, siapkan diri untuk lentur dan fleksibel saja dalam kerja sama.


Ada pepatah sederhana dalam bahasa Jawa yang ada baiknya diikuti, tuna satak bathi sanak; yang artinya biarlah untung sedikit asal bertambah saudara. Yach, mungkin tidak terlalu baik untuk industri kapitalis, tapi bisa kita ikuti. Karena dengan bertambah saudara di masa depan bertambah pula jalan silaturahmi dan jalan rezeki kita.

Itulah 10 modal pokok yang harus dimiliki oleh penulis. Setiap orang pada dasarnya memiliki modal tersebut untuk menjadi penulis.

Semuanya kembali pada niat dan kesungguhannya masing-masing. Tiap orang dapat mengolahnya sebaik mungkin sehingga dari hari ke hari kemampuannya semakin meningkat.

Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Ide-Ide Tulisan

Baik karya kecil atau besar, sederhana atau rumit; semuanya berasal dari ide.

Ide adalah kunci pokok penulisan. Tanpa ide kita nggak bisa menulis apa-apa. Dari mana ide diperoleh? Bisa dari mana saja. Yang paling penting untuk diingat, ide nggak bisa dicari, tetapi harus ditemukan. Berikut ini beberapa hal yang perlu kita ketahui berkaitan dengan ide.

  1. Ide harus menarik, penting, dan bermanfaat.
  2. Ide tidak harus selalu baru, mungkin hanya perlu inovasi dan modifikasi dari yang sudah ada.
  3. Ide bisa lahir dari pengalaman, pengamatan, dan imajinasi. Salah satu saja sudah cukup banyak untuk menulis.
  4. Ide bisa diperoleh dengan bertukar pikiran, membaca, silaturahmi, olahraga, menari, berwisata, main musik, atau bahkan sekedar mendengar berita dan mengintip social media.
  5. Jangan alergi dengan kegiatan di luar penulisan, ide umumnya lebih banyak dari dunia di luar penulisan.
  6. Jadilah orang yang terbuka dan mudah membaur dengan segala kalangan. Di sana ide bertebaran dengan bebas dan tinggal menunggu kita tangkap.
  7. Setiap ide yang muncul kapan saja, sebaiknya didokumentasikan. Terserah caranya. Bisa ditulis tangan, bisa diketik, bisa direkam, bisa dipotret, bisa divideokan…. yang penting jangan sampai kehilangan ide hanya karena tidak mendokumentasikan.
  8. Cek-cek bank ide. Tiap bulan bersihkan yang tidak penting, simpan ide yang bisa diubah jadi naskah dan diuangkan.
  9. Kalau bener-bener nggak punya ide, jangan memaksa diri. Tinggalkan saja urusan penulisan, mungkin perlu istirahat, wisata, atau sekedar bermain dengan binatang piaraan atau silaturahmi.
  10. Saat mulai menulis, prioritaskan ide yang disukai orang, yang kita kuasai, yang gampang menulisnya, dan banyak atau mudah referensinya.

Percayalah, kalau sudah jadi penulis…. akan begitu banyak ide, bahkan rasanya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, 12 bulan setahun terasa begitu cepat untuk menyelesaikan ide menjadi satu buku/film yang bagus. Biar ringan, prioritaskan ide yang simpel. Tulis yang gampang saja. Biar karyanya cepet banyak dan produktif.

Yang mau tahu lebih banyak soal ide bisa ngecek dan baca di buku ini:
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Beginilah Sebaiknya Ending Cerita

Ending Cerita Rakyat biasanya sudah ada pakemnya.

Dari banyak bagian cerita, menulis ending kadang menjadi hal yang sulit. Ending sering menjadi ingatan panjang atau dilupakan begitu saja oleh pembacanya. Oleh karena itu, membuat ending perlu perhatian ekstra. Mari kita cek-cek tentang ending.

  1. ENDING atau akhir cerita sering menjadi bagian yang ditunggu-tunggu oleh pembaca atau penonton film. Jadi, jangan sia-siakan harapan mereka. Berikan ending yang sangat surprise atau tidak terpikirkan oleh mereka.
  2. ENDING merupakan bagian fiksi yang sangat penting. Ini dapat menjadikan cerita bisa ditulis atau menghentikan tulisan kita.
  3. JK Rowling menulis ending serial Harry Potter sebelum buku pertamanya diterbitkan. Cara ini membuatnya yakin bahwa seluruh peristiwa yang terjadi sebelumnya haruslah menuju ending dan membimbingnya untuk menulis serial yang panjang tersebut.
  4. Menulis novel bisa dimulai dari ending terlebih dahulu. Sebagian besar penulis melakukan hal ini, karena dengan demikian ia tahu apa tujuannya menulis. Menulis novel dengan ending lebih dulu, biasanya juga membuat lebih semangat karena “seolah-olah cerita sudah selesai”.
  5. Pada saat merancang ending, kita harus yakin dan membuat ending yang efektif sesuai dengan plot serta planning cerita dari awal.
  6. Pada umumnya ending terdiri dari tiga jenis, yaitu HAPPY ENDING (bahagia), SAD ENDING (sedih), dan CLIFF HANGER (menggantung, terbuka, diserahkan pada persepsi pembaca atau penonton).
  7. Setiap penulis bisa memilih jenis ending yang paling disukainya. Tidak masalah apakah happy ending, sad ending, atau cliff hanger, yang penting penyajiannya istimewa. Bisa diambil dengan ungkapan-ungkapan yang istimewa atau peristiwa yang luar biasa.
  8. Kadang-kadang naskah yang sudah selesai berbulan-bulan, masih dibiarkan oleh penulisnya karena merasa belum mendapatkan ending yang pas dan sesuai.
  9. Ending mungkin hanya bagian kecil. Namun dampaknya luar biasa. Ending sering menjadi bahan pembicaraan dan diskusi dibandingkan dari keseluruhan cerita dalam sebuah novel. Jadi, berikan porsi yang lebih banyak untuk menggarap ending agar mendapat ending yang terbaik.
  10. Cara membangun ending yang efektif:
    Ini hanya contoh format untuk penulisan cerita fiksi yang sederhana, anda bisa mengembangkan sendiri.

OPENING:
Tiga orang pendaki memutuskan untuk mendaki Puncak Mount Everest karena hanya gunung ini yang belum mereka taklukkan.

BUILD UP:
Mereka mulai mendaki tanpa mengatakan kepada siapapun, karena mereka tahu hal itu berbahaya dan pasti akan dilarang oleh keluarga mereka.

DILEMMA:
Satu pendaki jatuh, tetapi dapat diselamatkan dari kematian. Sayangnya, dia terluka parah dan kakinya patah.

EVENTS:
Tiga pendaki terpaksa menghabiskan malam dengan tidak nyaman di gunung. Suhu dan cuaca memburuk. Pendaki yang terluka dan patah kaki, semakin parah sakitnya.

ENDING:
Happy Ending
Salah satu pendaki memiliki suar untuk meminta pertolongan dan ketiga pendaki dapat diselamatkan oleh tim penyelamat.

Sad Ending:
Helikopter datang menyelamatkan mereka, tapi sudah terlalu terlambat. Pendaki yang terluka meninggal.

Cliff Hanger:
Pendaki yang terluka menyuruh kedua pendaki lain turun mencari bantuan. Yang terluka tinggal sendirian dan berusaha menahan sakit. Apakah dua pendaki yang turun akan kembali dan menolongnya?

Nah, kalau ingin cepat mahir membuat ending, anda bisa berlatih membuat ending dari cerita tersebut. Menulis adalah masalah praktik dan berlatih. Teori penulisan hanya pendukung agar kita tidak salah jalan.

Happy Writing, Be a Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tips Memperbaiki Novel

Novel yang terbit di penerbit mayor biasanya sudah melewati proses perbaikan berulang kali.

Setelah naskah novel selesai, endapkan dulu, lalu lakukan perbaikan atau editing pribadi. Hal-hal yang perlu dicek:

  1. Salah ketik; sepele tapi suka bikin sebel editor. Jadi, tolong jangan ada salah ketik.
  2. Judul; apa sudah keren dan bikin penasaran? Kalau belum, carilah bantuan untuk memperbaikinya.
  3. Cerita logis atau tidak; misalnya ketemu pertama kali jatuh cinta, itu logis; tapi ketemu pertama kali langsung bilang cinta, itu tidak logis.
  4. Terlalu banyak kebetulan…. hayo, ngaku saja, pasti banyak yang begitu; tokoh nggak saling kenal tahu-tahu ketemu di mall, tahu-tahu ketemu juga di rumah teman; dalam novel tidak ada yang kebetulan harus berprinsip IF – THEN, jika A maka B, dst.
  5. Alur kedodoran; misalnya di halaman pertama diceritakan si tokoh baru kelas satu SMA, tanpa ada penjelasan atau apapun tahu-tahu lulus SMA. Harus jelas, harus cepat alurnya, tidak boleh lompat-lompat.
  6. Dialog; jangan sampai (larangan banget) tokoh satu sama lainnya ngomongnya sama. Periksa juga gaya bahasa yang digunakan.
  7. Adegan per adegan; apakah benar-benar penting dan memajukan cerita atau cuma omong-omong pepesan kosong. Adegan per adegan yang bagus bisa dibangun dari konflik yang bagus.
  8. Karakter tokoh harus realistis; heeei banyak-banyaklah melihat dan membaca orang, tidak ada seorangpun di dunia ini yang sempurna.
  9. Setting; hayo, sekali lagi cek apakah realistis, bisa diterima, termasuk kalau setting novelnya dunia fantasi. Cek juga point of view atau sudut pandang penulisannya, harus konsisten.
  10. Opening, inti, ending…. apakah sudah sesuai; kalau sedih buatlah aura sedih, kalau gembira buatlah aura gembira, kalau komedi buatlah tertawa dari awal sampai akhir.

Nah, ternyata cukup banyak juga kan yang harus dicek saat EDITING PRIBADI. Menulis memang nggak gampang-gampang amat 😀 tapi pasti menyenangkan kalau selalu bahagia.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tiga Model Opening Cerita

Jodoh Cinta terbitan Malaysia.

Opening Cerita memegang peranan penting dalam karya fiksi. Keberhasilan cerita jenis apa saja, dimulai dari openingnya. Opening yang bagus, akan mengikat pembaca untuk menyelesaikan bacaannya.

Opening yang keren akan membuat penonton menyelesaikan film yang ditontonnya. Biasanya dalam proses penilaian naskah pun, opening sangat menentukan. Banyak editor atau juri yang langsung menghentikan proses pembacaannya ketika openingnya tidak jelas, mbulet, tidak ketahuan konflik atau tokohnya.

Sekurangnya ada tiga model untuk membuat opening cerita. Anda bisa mengikuti mana saja yang paling cocok. Kadang-kadang penulis “yang mahir” bisa menggabungkan ketiganya dalam satu moment yang tepat.

Dialog
Ini cara yang paling gampang karena kita langsung mengetahui tokoh-tokohnya.

“Kevin, perlambat laju kapal!” seru Kapten Steve Joe. Kevin segera menuruti perintah Sang Kapten.

Tindakan
Suara peluit melengking membuat seluruh awak kapal melompat untuk menjadi yang pertama. Mereka berlarian dari arah yang berbeda. Satu sama lain sesekali bertabrakan berusaha mencari jalan tercepat. Waktu makan memang selalu menjadi acara paling heboh dalam kapal pencari harta karun milik Kapten Steve Joe.

Deskripsi
Siang itu, laut berkilau seperti perak ditimpa sinar matahari. Gelombang laut menjilati lembut badan kapal yang terayun pelan. Angin bertiup datar dengan aroma menyegarkan. Bendera kapal yang berlogo segitiga emas berkibar lemas seolah ingin istirahat. Bendera tua yang menjadi saksi lamanya kapal tersebut mengarungi lautan. Camar laut berputar-putar di sekitar kapal. Situasi yang tenang dan damai. Tak ada seorang pun yang tahu petualangan yang akan dihadapi Kapten Steve Joe dan anak buahnya.

Nah, bagaimana dengan opening cerita anda? Mana yang anda pilih, semua terserah anda. Mana saja yang terbaik menurut anda bisa digunakan.

Happy Writing, be a Good Writer 🙂
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Apakah Wajib Menulis Menggunakan Outline?

Penulisan yang paling sederhana sekalipun akan lebih mudah menggunakan outline.

Apakah wajib menulis menggunakan outline? Jawabannya jelas tidak wajib. Ada sejenis penulis yang otaknya sudah dengan detail menyimpan outline tulisannya. Jadi dia tidak “bikin” outline fisik lagi.

Sementara penulis yang lain, merasa menggunakan outline itu wajib. Sudah ada outline saja, masih ke sana ke sini nulisnya; apalagi blank tanpa persiapan.

Nah, mari kita cek pentingnya menggunakan outline saat menulis. Sekali lagi, outline tidak wajib; tapi kalau mau tulisan selesai lebih cepat; buatlah outline yang rapi.

  1. Jangan percaya kalau ada penulis yang mengatakan kalau ia tidak memerlukan outline atau draft kasar untuk penulisannya 🙂 Kalaupun ia mengatakan seperti yang setipe “tidak pakai outline” itu pasti karena ia sudah terlatih menulis secara proporsional dan biasanya penulisan yang “tidak terlalu sulit” atau “sederhana”. Dengan demikian, ia cukup kuat menyimpan semua draft penulisan dalam ingatan atau memori otaknya.
  2. Sebelum membuat outline, patuhi aturan ini: miliki keberanian menulis buruk karena itu proses menuju menulis yang terbaik.
  3. Bagi yang terbiasa menulis, outline sering sudah cukup untuk menjadi “proposal” kepada pihak ketiga. Tentu saja dengan presentasi yang benar.
  4. Selesaikan membuat outline secepat mungkin. Kita dapat melihat gambaran lengkap cerita. Ini akan membuat kita lebih semangat.
  5. Mantapkan outline semaksimal mungkin. Dengan begitu, kita tidak tergoda mengubah-ubah cerita pada saat menulis.
  6. Outline memberikan kepada kita bentuk “pasti” dan “terlihat”. Kita mudah menambah bagian yang kurang dan mengurangi bagian yang berlebihan.
  7. Outline adalah penyelamat kita dalam penulisan. Setiap kali kita mulai bawel “ke sana sini” maka outline akan mengingatkan kita, ke mana cerita hendak dibawa.
  8. Outline membantu kita untuk memikirkan tentang struktur yang benar dalam cerita, bagaimana opening, konflik, karakter, ending, dll.
  9. Dengan outline, kita dapat membayangkan cerita dari awal sampai akhir, sekaligus memikirkan berapa lama kita akan menulisnya.
  10. Outline akan menolong ketika kita menulis dalam waktu yang panjang. Kita tak perlu menyimpan “cerita” dalam ingatan kita. Cukup melihat kembali outline dan bisa kembali menulis.

Happy Writing, Be A Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: