Berbagi Rasa Tentang SERTIFIKASI PENULIS

Gambar hanya sebagai Ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari

Saya menuliskan ini, karena menjawab pertanyaan salah satu warga grup WA Penulisan yang saya buat. Tentang Sertifikasi Penulis yang lagi banyak komentar (lagi) belakangan ini. Antara pro dan kontra dengan sejuta alasan dan pendapat masing-masing. Sah-sah aja, berbeda pendapat itu soal biasa. Apalagi di dunia kreatif. Beberapa hal yang ingin saya catatkan di sini:

1. Sertifikasi Penulis itu bukan issue ya. Ini sudah ada sejak sebelum 2018. Sejak itu semua pihak yang berkepentingan dan berkaitan, beributan dan konflik intrik polemik pun terbangun dengan adanya Sertifikasi Penulis dll pekerja kreatif; yang nggak murah tapi celakanya tidak mengcover mereka yang beneran mumpuni di bidangnya.

2. Saya mengikuti Sertifikasi Penulis tahun 2020 dan karena hanya 3 tahun masanya, serta karena tidak ada apapun yang saya peroleh dari Sertifikasi itu, saya tidak mengikuti lagi. Lha duit jutaan lebih (demi kertas yang versi saya nggak nambah untung) mending duitnya saya pake piknik 😀🙏

3. Bahwa saya tidak sepakat dengan Sertifikasi itu urusan pribadi. Karena toh inisiator, penggiat, pelaku, pekerja, dan mereka yang dapat ratusan milyar dari proyek Sertifikasi itu yo kawan kawan saya juga. 😀Bahkan mereka bergembira bahagia karena terima duit-duit sebagai bagian dari kinerja Sertifikasi itu; mulai dari asesor, pengajar pra kerja, admin admin, penyelenggara, mentoring, dll. Cari aja cerita-cerita bahagia mereka karena duitnya segunung dengan penyelenggaraan sertifikasi itu. Bagi saya pribadi, berbeda pendapat dan haluan itu soal biasa. 😀

Anda boleh kok nggak ikut Sertifikasi kalau bekerja penuh menulis di industri kreatif yang nggak berurusan dengan pemerintah. Karena ya sungguh konyol berbagai hal yang berkaitan proyek penulisan dengan pemerintah kudu wajib Sertifikasi. Termasuk mereka yang ikut beragam penulisan buku sekolah, PT, buku referensi yang didanai pemerintah. Lha kalau nggak punya Sertifikasi? Ya nggak usah ikut 😂🙏Tapi duitnya 20 an juta per buku Bu Ari… Nah kalau begitu yo meluwa ikutlah Sertifikasi. Nggak usah ribut. 🙏

5. Versi saya selembar Sertifikasi tidak mengcover semua dari mereka pekerja kreatif yang mumpuni. Lha saya pas tes saja asesornya nulis buku baru beberapa dan saya yo embuh nggak tahu kok… piye jalll… (hanya karena dia itu punya Sertifikasi asesor yang chargenya juta-jutaan itu) 😆🫢Ini juga terjadi di dunia skenario, editor, kameramen, sutradara, dll. 😀🙏Jadi santai saja kalau nggak mau ikutan Sertifikasi. Yo jangan provokasi menolak beribut. Karena setidaknya ada Sertifikasi mengurangi karya-karya yang di bawah standar yang dibiayai pemerintah. 🙏Coba baca aja buku buku yang dirilis pemerintah untuk SD, SMP, SMA, pun PT di masa lalu 😂😁kualitasnya masih embuh dan itu milyaran dananya. Semoga dengan Sertifikasi itu rada mengurangi kebobrokan literasi kita.

6. Jadi saya nggak membahas apapun ketika beributan isu banyak yang menolak Sertifikasi… ya karena ini. Kalau kamu perlu ikutlah, kalau nggak yo wes sini piknik atau nulis saja sama saya 😀🙏

7. Di waktu saya mengikuti Sertifikasi itu, saya pikir nantinya kami ini akan secara otomatis mendapatkan porsi pekerjaan penulisan dari pemerintah bekerja sama dengan Penerbit sesuai major atau bidang yang disertifikasikan. Ternyata enggak tuh.

Mereka yang mo ikutan proyek penulisan pemerintah, masih kudu seleksi administrasi, coaching, dll proses yang jelas lebih ribet daripada sekedar menulis dan menerbitkan buku. Dapat dananya berapa? Range antara 8 sd 50 juta per buku (CMIIW). Tentu saja peminatnya yo membludak melihat angka perolehannya untuk tiap naskah; dibanding katakanlahdi Jogja 1 naskah bisa hanya dihargai 1.5 juta saja. Hei, tapi itu jelas bukan kerja seminggu, berbulan-bulan dan beribet proses yang nggak sederhana. Gayanya saja mereka kayak plesiran piknik di hotel dengan dana pemerintah, yang diambil juga dari bagian pajak-pajak royalti dan buku-buku saya 😀🙏

8. Asesor asesor yang versi saya hanya sekedar punya karya dan ikutan tes dengan charge jutaan itu, mestinya diganti dengan mereka yang direkomendasikan oleh Industri Kreatif, baik Penerbit , PH, dll yang berkaitan; tentang siapa yang layak jadi asesor dan bukannya asal ikut Sertifikasi Asesor 😆🫢Ngenes tenan jadinya kualitas kreativitas kita kalau hanya berdasarkan ujian inyik-inyik bayar lalu bergelar asesor.

Percayalah, gawe disertasi saya di S3 Linguistik FIB UGM itu jauh lebih ekstrem sulitnya daripada sekedar ujian asesor lalu mereka merasa berhak meluluskan atau tidak meluluskan mereka yang mau Sertifikasi Penulis. Nalar logikanya pun nggak jalan di otak saya.

Sekali lagi pro kontra itu biasa. Saya sebagai pribadi nggak memerlukan Sertifikasi Penulis; tapi kalau Penerbit, Media, PH, Sponsor, Klien tempat saya bernaung kerja memerlukan keberadaan Sertifikasi Penulis itu untuk kelangsungan proyek tertentu, pasti saya akan ikuti. Tentu mereka harus sembodo mbayari. Semoga menambah wawasan. Ora usah ribut gegara selembar Sertifikasi. Sertifikasimu bejibun kalau kamu nggak menulis, nggak punya karya yang dijual massal secara bebas; pada hakikatnya di industri kreatif kamu tidak dianggap sebagai penulis, atau pastinya kamu bukan seorang penulis. Naaah….!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Promosi Buku di Sosial Media

Series Panduan Penulisan yang Praktis. Pesan buku cetak bisa wa.me/6281380001149

Promosi buku di media sosial (medsos) adalah strategi yang sangat efektif untuk mencapai audiens yang lebih luas dan membangun komunitas pembaca yang aktif. Sering kali kita sebagai penulis buku merasa enggan untuk mempromosikan karya sendiri.

Hal yang paling sering terdengar saat saya mengajak para penulis buku untuk mempromosikan karya, mereka menolak dengan beragam alasan. Mereka beralasan kalau posting buku atau karya mereka di sosmed, minim tanggapan, nggak ada like, tanda cinta, apalagi komentar. Bahkan sering kali dilewatkan begitu saja.

Padahal sejatinya nggak ada identitas jejak yang tertinggal itu bukan berarti mereka (kawan-kawan dan followers kita di sosmed) itu nggak baca. Mereka mungkin nggak memerlukan atau postingan itu nggak berkaitan dengan sama kepentingan mereka. Tapi dengan promosi, menshare kenalkan karya kita, sekurangnya itu akan mereminder kawan-kawan dan followers bahwa kita itu ada lho. Dan kita nggak sekedar hidup, tapi juga punya karya. Itu…!

Saya pribadi nggak berambisi bahwa setiap postingan akan direspon dengan baik. Tugas saya selesai ketika sudah memposting, menuliskan sesuatu yang versi saya harus dishare. Termasuk promosi buku.

Masalah apakah nanti direspon, ada transaksi, ada permintaan-permintaan lain; itu sangat tergantung pada rezeki masing-masing. Usaha wajib, doa harus, rezeki itu urusan Tuhan yang bagi-bagi. Tapi toh, semua pasti percaya bahwa rezeki itu selalu ada sebab musababnya karena kita semua manusia biasa. Bukan manusia sekelas nabi yang setiap doa terangkat langsung dijawab sempurna.

Jadi, ini ada beberapa tips yang biasa saya lakukan untuk promosi buku di sosmed. Santai saja, nggak usah punya target ini itu. Ntar hidupmu tambah mumet. Nulis saja sudah nggak mudah, hidup banyak urusan, lha kok ketambahan target njelimet. Kapan bahagiamu?!

1. Buat Postingan yang Menarik

Rencanakan postingan yang menarik dan bervariasi. Sertakan cuplikan buku, kutipan menarik, dan informasi unik tentang proses penulisan.

Gunakan visual yang eye-catching seperti desain grafis, video pendek, atau ilustrasi untuk menarik perhatian pembaca potensial.

2. Gunakan Hashtag Khusus:

Ciptakan hashtag khusus untuk buku Anda. Hal ini membantu dalam melacak interaksi dan memudahkan pembaca untuk berpartisipasi dalam percakapan tentang buku tersebut.

Manfaatkan hashtag yang populer di komunitas buku atau industri penerbitan untuk meningkatkan jangkauan dan kehadiran buku Anda di platform medsos.

3. Bangun Komunitas Pembaca:

Buat grup atau halaman khusus di media sosial untuk membahas buku Anda. Hal ini memungkinkan pembaca berbagi pendapat, memberikan ulasan, dan saling bertukar ide. Yang bisa saja anda lakukan. Sekali lagi, nggak usah memaksa. Tapi kalau niat serius, pasti ada banyak postingan tentang buku.

Lakukan acara live chat, tanya jawab, atau diskusi online secara berkala untuk berinteraksi langsung dengan pembaca. Ini wes sering saya lakukan saat mengisi workshop, talkshow, diskusi buku, bedah buku, dll.

4. Manfaatkan Platform Visual:

Gunakan platform visual seperti Instagram atau Pinterest untuk berbagi visual menarik tentang buku Anda. Posting gambar sampul, ilustrasi, dan foto terkait buku dapat memancing minat pembaca.

Buat teaser trailer buku atau video singkat yang memberikan gambaran tentang isi buku dan mempromosikannya di platform seperti YouTube atau TikTok. Tentu kalau Anda punya akun nya ya… Kalau nggak punya, yo ndak apa-apa. Saya juga nggak ada akun ini.

5. Lakukan Giveaway atau Kontes:

Promosikan buku Anda dengan mengadakan giveaway dengan cara peserta harus melakukan beberapa tindakan seperti mengikuti akun, membagikan posting, atau menandai teman. Ini dapat membantu meningkatkan visibilitas buku Anda di media sosial.

Selenggarakan kontes menulis atau fan art terkait buku untuk melibatkan pembaca secara kreatif dan membangun komunitas yang lebih kuat. Pokoknya pilih-pilih cara yang Anda bisa dan tentu saja Anda harus senang melakukannya.

6. Berkolaborasi dengan Influencer atau Blogger Buku:

Identifikasi dan ajak kerja sama dengan influencer atau blogger buku yang memiliki pengikut yang relevan dengan audiens target Anda.

Minta mereka untuk memberikan ulasan atau mengadakan sesi tanya jawab tentang buku Anda. Rekomendasi dari sumber yang terpercaya dapat meningkatkan kepercayaan pembaca.

7. Gunakan Pengiklanan Berbayar:

Manfaatkan iklan berbayar di platform medsos, seperti Facebook Ads atau Instagram Ads, untuk meningkatkan visibilitas buku Anda di antara audiens yang lebih besar.

Sesuaikan target iklan Anda agar mencakup demografi dan minat yang sesuai dengan pembaca potensial. Ini karena iklan berbayar, hitung-hitung pengeluaran dan pemasukan Anda dari transaksi jual beli buku ya…

8. Perbarui secara Konsisten:

Aktiflah di media sosial secara konsisten dengan posting yang terjadwal. Jangan hanya mempromosikan buku, tetapi juga bagikan konten yang relevan dengan minat pembaca Anda, seperti berita industri, ulasan buku, atau tips menulis.

Tanggapilah dengan cepat terhadap komentar, pertanyaan, atau ulasan dari pembaca. Interaksi yang aktif dapat meningkatkan keterlibatan dan kepercayaan.

Hayaaa…. Responden saya hampir nggak ada kalau saya posting buku dll yang berkaitan; toh tetap ada transaksi-transaksi buku dll sekitarnya. Tapi kalau piknik, dolan, makanan, horror, dll kisah drama kehidupan, tahu-tahu responnya banyak… ya kita ambil di tengah-tengah agar semua senang. Win win solution.

9. Gunakan Analytics:

Manfaatkan alat analitik yang disediakan oleh platform medsos untuk melacak kinerja kampanye promosi Anda.

Evaluasi metrik seperti interaksi, jangkauan, dan konversi untuk memahami apa yang berhasil dan membuat penyesuaian yang diperlukan di masa mendatang. Ini agak mumet, Anda bisa belajar dari pakar. Saya mengerti tapi agak kesulitan kalau harus menjelaskan pada orang lain.

10. Lakukan yang Bisa:

Ada banyak cara orang untuk mempromosikan buku atau karyanya di medsos. Mumpung medsos kita free dan boleh posting apa saja, meski dengan beragam aturan dan ketentuan dari platform yang harus kita patuhi.

Lakukan yang bisa. Pilih-pilih yang menurut Anda bisa dan mampu dilakukan dengan beragam kesibukan yang lain. Hal terpenting adalah anda mempromosikan buku atau karya anda, sesuai dengan gaya dan cara masing-masing. Tanpa itu, percayalah sedikit demi sedikit keberadaan kita bisa hilang begitu saja.

Pun, Anda nggak harus memaksa untuk memakai semua jalur promosi. Karena terlalu banyak promosi, akan menambah charge atau pengeluaran. Akan baik-baik saja kalau buku anda laris manis, tapi kalau tidak, anda bisa nyesek sendiri lalu patah semangat dan nggak mau promosi lagi.

Prinsip saya untuk semua hal yang harus saya lakukan: sedikit demi sedikit dan terus menerus saja. Sebisanya. Semampunya. Terlebih kalau promosi anda tidak disokong dana pihak lain, alias kudu bayar dhewe.

Dengan merencanakan dan melaksanakan strategi promosi di media sosial dengan cermat, Anda dapat membangun kehadiran buku Anda secara efektif, meningkatkan penjualan, dan memperkuat hubungan dengan pembaca.

#arikinoysanwulandari #ariwulandari #arikinoysantips #promosibuku #sosmed

Please follow and like us:

Hari Buku Nasional: Buku Pesanan atau Buku Pribadi?

Sebagai penulis profesional, keseharian saya jelas tidak bisa dilepaskan dari segala kegiatan tulis menulis. Beragam aspek dan pihak yang berkaitan dengan penulisan pun tidak bisa saya tinggalkan. Mulai dari book drafting, pembacaan referensi dan data, penelitian lapangan, wawancara, observasi, fotografi, ilustrasi, deadline, template, klien, media, penerbit, PH, buyer, editor, dll. Menulis sudah mendarah daging di dalam nadi saya.

Menulis sebagai pekerjaan tentu berbeda dengan menulis sebagai hobi. Menulis naskah pesanan itu kadang tidak seasyik menulis secara mandiri materi yang disukai. Saya menyadari bahwa yang paling saya senangi adalah menulis fiksi. Tentu jenis naskah fiksi dalam beragam versi bentuk, seperti cermin —cerita mini, cerpen —cerita pendek, cerbung —cerita bersambung, novelet, novel, skenario.

Menulis fiksi membebaskan saya dari beragam referensi yang sering kali memusingkan. Meskipun tentu saja, menulis fiksi tidak boleh serampangan; tetapi berdasarkan pengalaman dll cerita orang pun, sudah boleh atau sah digunakan sebagai materi cerita fiksi.

Namun dalam perjalanan waktu dunia penulisan, tidak selalu berpihak pada penulis. Saat kita masuk industri kreatif, kita harus sadar bahwa peluang dan kompromi menjadi sangat penting. Dengan kondisi itulah, penulisan saya pun menjadi tidak terprediksi. Menulis buku nonfiksi populer dan referensi, biografi, beragam profil dari perseorangan, komunitas, korporasi, pidato, artikel, esai, dll karya populer menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam keseharian kerja.

Lelah? Ada masanya iya.

Bosan? Ada waktu iya banget.

Pingin berhenti saja? Kadang-kadang.

Sulit? Beberapa kali iya.

Yach, itu adalah kondisi-kondisi yang kurang menyenangkan saat menulis naskah-naskah pesanan. Dan saat-saat seperti itu, berhenti saja menjadi pilihan yang mudah. Meninggalkan pekerjaan penulisan, mungkin lebih gampang daripada memesan makanan via aplikasi online.

“Diam Sejenak dan Bacalah Buku. Nikmati Tiap Halamannya dengan Sukacita.”

 

Bagi saya, dengan beragam jatuh bangun dunia penulisan ya, berusaha mengatasi semua kesulitan dan tantangan yang ada. Paling prinsip yang tetap saya pegang dalam mengerjakan naskah pesanan apapun; saya harus senang materinya, deadline yang wajar, dan pembayaran yang sesuai dengan standar profesional. Sekurangnya, dengan ketiga hal itu saya tetap bisa bekerja dengan wajar dan menghasilkan karya terbaik.

Hal yang paling “menantang” dalam proses kinerja seperti ini, kalau ada perasaan sakaw menulis. Tidak ada waktu, tapi kepala saya penuh sekali dengan pemikiran dan ide-ide materi fiksi. Dan ini benar-benar mengganggu kalau tidak segera ditulis. Maka, kalau sudah seperti itu biasanya saya meninggalkan saja pekerjaan sejenak dan menulis pemikiran tersebut dari awal sampai akhir. Selengkapnya. Serampungnya versi saya.

Berapa lama hal itu saya lakukan? Saya membatasi maksimal “nyelow-nyelow” seperti ini adalah tiga hari dalam kerja sebulan. Jadi, tidak sampai membuat saya pening karena pikiran-pikiran yang menghantui dan tidak membuat saya kehilangan materi atau ide yang bagus. Ingat, pikiran manusia itu pengingat yang lemah. Harus direkam, harus dicatat. Kalau tidak pasti ilang.  Lalu menulisnya kapan? Ya nanti kalau saya pas tidak ada kejaran deadline naskah pesanan.

Mengapa saya mendahulukan naskah pesanan? Ya karena naskah-naskah seperti itu yang begitu selesai, publish, atau rilis, uangnya akan segera dikirim. Beberapa pihak yang sudah bekerja sama dalam waktu yang lama, terbiasa menghitung dan melakukan pembayaran di depan untuk masa tertentu. Tentu saya harus memprioritaskan hal ini dibandingkan menulis buku secara mandiri.

Sistem antrian naskah di penerbit mayor hingga tiba waktunya menerima royalti itu bisa bertahun-tahun; dengan situasi dan jumlah royalti yang tidak pasti. Kadang tidak ada, ada sedikit, ada banyak, dan selalu tidak bisa diprediksi. Jadi, perlu ekstra kerja di bagian yang sudah pasti uangnya kalau ingin hidup tetap terjamin baik dari sisi penulisan. Yach, itu wes lagu biasa bagi freelancer.

Hari ini 17 Mei, biasa kita ingat sebagai Hari Buku Nasional. Kalau ditanya jumlah buku yang saya baca, tentu saya bisa menjawab SANGAT BANYAK. Beragam buku sejak saya umur lima tahun bisa baca tulis, sudah saya baca hingga saat ini. Terlebih kalau harus menulis buku nonfiksi atau buku referensi, wes jelas kudu baca banyak buku.

Kalau ditanya jumlah buku yang saya miliki, saya baru bisa menjawab TIDAK BANYAK. Mungkin dari dus-dus dan rak rak buku itu isinya hanya sekitar 2000 an judul; yang sudah mulai saya bersihin lagi buat dikirim ke beragam pihak. Baca buku versi saya tidak harus memiliki buku. Pinjam di perpustakaan dengan membayar iuran tahunan jauh lebih efektif. Kalau bukunya nggak ada di perpus, baru deh mikir beli. Kalau bukunya semacam referensi wajib, ya kudu dikoleksi. Kadang membeli dua atau tiga eks untuk berjaga-jaga. Karena buku dipinjam jarang yang kembali pulang 🙁

Kalau ditanya berapa buku yang saya tulis, maka saya akan bilang BELUM BANYAK. Sekira 120 buku terbitan nasional di penerbit mayor, bagi saya masih terlalu lamban untuk menjawab ribuan pemikiran di kepala saya yang muncul setiap saat. Menggunakan berbanyak asisten, tidak selalu membuat saya senang dengan karyanya.

Akhirnya, saya menyadari ada karya yang memang harus dikerjakan secara soliter. Buku-buku pribadi yang diterbitkan secara mandiri harus saya tangani secara privat mulai dari book drafting sampai naskah selesai. Itu pun saya kadang masih iyig mengawal naskahnya sampai jadi agar tidak kecolongan produksinya lepas kendali atau tidak sesuai. Dan yach, ini lebih rieweuh, tapi selalu ada kegembiraan dari setiap kali karya publish.

Hari Buku Nasional, setidaknya kita bisa mengingat kita termasuk orang yang seperti apa terhadap buku. Sekurangnya hari ini mengajak kita untuk lebih peduli pada buku. Kalau orang sering menyebut buku jendela ilmu, bagi saya buku justru menjadi ajang rekreasi yang menyenangkan —saat saya belum bisa ke tempat-tempat baru yang indah di berbagai belahan dunia.

Buku juga telah mengajak saya lebih banyak memaklumi pemikiran orang-orang. Setiap buku, sejatinya tidak lahir dari kekosongan. Di sana ada pengalaman, ada pembacaan, ada harapan, ada renjana kalbu, ada inspirasi, ada tata cara, ada pandangan dll intelektual seorang penulis. Membaca banyak buku, secara tidak langsung mengajak saya untuk lebih toleran, lebih banyak menghargai dan menghormati pemikiran yang berbeda, lebih berempati pada hal-hal yang tidak sebaik perkiraan saya, lebih banyak membuka wawasan, dll.

Bagaimana anda memandang buku? Bebas sesuai dengan pemikiran masing-masing.

Bagi saya sebagai seorang penulis, yang terpenting belilah buku-buku yang asli. Karena ini jadi nyawa ribuan penulis dan penerbit. Tulislah buku-buku yang baik. Karena kita tidak pernah tahu, siapa saja yang membaca buku kita. Bacalah buku sebanyak anda ingin menulis. Ingin banyak menulis buku? Bacalah buku dulu sebanyak-banyaknya.

Selamat Hari Buku Nasional 17 Mei 2022.

#haribukunasional #ariwulandari #arikinoysanwulandari #kinoysanstory

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Fokus Merampungkan Tulisan

Menulis itu memiliki tantangan tersendiri. Terlebih menulis naskah yang panjang. Perlu materi, sarpras, waktu, energi, konsentrasi, dan suka cita yang melimpah. Tanpa dukungan yang prima, menulis panjang bisa jadi hanya impian yang sulit untuk diwujudkan.

Jangankan bagi mereka yang tidak berprofesi sebagai penulis, mereka yang penulis profesional pun (tidak selalu) mudah merampungkan naskah. Godaan, gangguan, dan tantangannya saat proses menulis itu beragam. Apakah deadline tidak bisa membantu? Tenggat waktu sangat mendorong seseorang bekerja cepat, tetapi tidak selalu dalam hal merampungkan penulisan.

Oleh karena itu, kalau sudah memutuskan untuk menulis panjang: misalnya 500 halaman, sudah memiliki gambaran materi, sudah menyiapkan materi secara keseluruhan, deadline sudah ada, sarpras sudah memadai, waktu dan energi prima, lakukan saja. Segera menulis. Tidak perlu berencana nanti, besok, dll.

Tulip Merah

Menulis dengan fokus merampungkan. Tidak usah menoleh-noleh. Tidak usah berpikir ini baik atau buruk, cocok atau tidak, sesuai dengan standar kelayakan tulis atau belum, dll. Berhentilah memikirkan tentang “kualitas” saat menulis draft pertama. Rampungkan secepat mungkin yang anda bisa.

Setiap orang punya waktu sama, 24 jam per hari. Namun kesibukan dan problematika kehidupannya berbeda. Anda wajib tahu, berapa alokasi waktu yang anda sediakan untuk menulis setiap hari demi tujuan anda. Kalau sudah ketemu besaran waktu dan saatnya, tetaplah menulis di jam yang sama. Ini biar naskah anda segera rampung.

Singkirkan semua gangguan yang mungkin terjadi pada saat anda menulis. Baik itu sosmed, telepon, keriuhan, anak-anak, cucu cicit, keributan tetangga, suara berisik pembangunan komplek, dll. Anda yang tahu, anda yang bisa mengatasinya.

Bila naskah sudah rampung, rasa lega akan memenuhi hati dan jiwa anda. Tidak peduli kualitasnya masih jauh dari harapan, tapi naskah itu sudah selesai. Anda bisa mulai memperbaiki, membenahi, menambah mengurangi, mengecek kesalahan-kesalahan, dll yang anda rasa harus diperbaiki.

Di sinilah objektivitas anda diuji. Anda harus bersedia mengatakan oh, bagian ini kurang dalam; bagian itu kelebihan; ini karakternya kok tahu-tahu hilang; ini dialognya kok kepanjangan; dst. Kalau hati anda terbuka; saya yakin anda bisa memperbaiki naskah semaksimal mungkin.

Kalau tidak bisa objektif dan merasa tulisan sudah terbaik, bagaimana? Cari aja editor freelance untuk memeriksa dan memberikan masukan. Yach, ini berbayar siy. Tapi saya yakin, menggunakan jasa editor justru bisa menambahkan masukan dan perbaikan yang lebih banyak daripada kita sekedar membaca secara mandiri.

Bagi anda yang memerlukan jasa editor freelance yang baik dan terpercaya dengan harga terjangkau, bisa wa.me/6281380001149. Saya akan menghubungkan anda dengan para editor freelance yang kerjanya cepat, praktis, dengan hasil sangat prima.

Tulip Ungu

Atau kalau anda tidak mau membayar editor, sekurangnya carilah first reader yang anda percayai pendapat dan masukannya. Minta mereka membedah karya anda untuk diperbaiki. Tentu ini tergantung dari masing-masing penulisnya ya. Ada penulis yang merasa cukup dengan editing pribadi atau self editing. Namun ada yang merasa perlu ada pihak lain yang membantu, selain pertimbangan objektivitas ya karena ada dana yang tersedia.

Lalu bagaimana kalau sudah mendapatkan masukan? Putusan revisi atau perbaikan ada di tangan anda. Mau anda revisi atau tidak, itu hak anda. Tapi kalau dari awal anda sudah meniatkan cari masukan, yo diperbaiki to. Percayalah, pembacaan orang lain sering lebih baik daripada penilaian versi kita. Santai santai saja. Memperbaiki memang perlu waktu yang sering lebih lama daripada proses menulisnya. Kalau ini menjadikan buku bestseller dan bisa merambah ke mana-mana, ya kenapa tidak.

Kalau sudah beres, selesailah sudah naskah anda. Sekurangnya anda punya satu naskah yang oke. Siap diperjualbelikan. Siap diperdagangkan. Entah itu mau anda publish ke media, penerbit, atau versi lain sesuai keperluan. Anda sudah bisa tenang. Kalaupun ada program publish harian, anda sudah punya naskahnya dan tidak perlu ngos-ngosan setiap hari.

Salam kreatif,

#happywriter #happylife #tipsfiksi #tipsproduktif #arikinoysantips

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Apakah Menulis (Harus) Sunyi?

Pertanyaan tentang penulisan yang saya terima, sering beragam dan kadang-kadang di luar dugaan. Apa yang menurut saya wajar, bagi orang lain bisa jadi tidak demikian. Segala sesuatu yang saya anggap biasa, bagi orang lain ternyata tidak begitu. Seperti pertanyaan ini; mengapa saya tidak pernah memberikan informasi kapan mulai bekerja (menulis), proses kerja selama penulisan, dan tahu-tahu jadi? Apakah menulis harus sesunyi itu?

Kapan saya mulai bekerja, ya pasti yang tahu saya dengan pihak yang berkaitan. Apakah waktu ini, jenis pekerjaan penulisan, harus saya share ke sosmed? Tentu tidak.  Banyak orang menganggap saya bebas posting, artinya bisa banyak hal saya share di sosmed termasuk remeh temeh urusan pribadi —selama menurut saya tidak akan menimbulkan problem (paling-paling dijulidin), ya tidak apa-apa. Tapi sebenarnya saya termasuk orang yang sangat hati-hati menshare sesuatu di sosmed.

Terlebih kalau berkaitan dengan hal yang masih “samar-samar” , “rahasia”, “belum pasti”, “belum jelas”, “tidak mengerti detail”, ya lebih baik sunyi. Termasuk kapan saya mulai bekerja. Karena itu berkaitan dengan waktu penyelesaian tulisan. Percayalah, waktu penyelesaian penulisan itu bisa mulur mungkret tergantung banyak hal di lapangan . Terlebih saya tidak mau ditanya, kerjaannya apa, ini itu nya bagaimana —yang malah menambah pikiran. Penulisan sering membutuhkan konsentrasi ekstra tidak terganggu hal-hal yang tidak berhubungan.

Proses penulisan seperti apa, saya rasa semua penulis sudah tahu. Bahkan kalau mereka bukan penulis pun, saya yakin mereka mengerti bahwa proses menulis itu tidak cukup gampang. Jadi, yach saya biasanya menshare proses menulis kalau sudah selesai. Termasuk dalam penulisan biografi terbaru, ya saya ceritakan atau share saat wes rampung. Anda bisa melihat dalam catatan saya sepuluh seri untuk membacanya. Lengkap dari awal kerja, negosiasi, harga, wawancara, proses menulis, tantangan, publikasi, sampai kesan saya.

http://arikinoysan.com/blog/2021/12/15/biografi-rektor-uns-1/

Silakan merunut link tersebut sampai bagian yang ke sepuluh 🙂 Saat buku sudah publish atau karya sudah tayang, wes tidak rahasia lagi kalau saya ditanya ini itu. Tidak ada kekhawatiran materi akan diambil, dishare tanpa bertanggung jawab, dll penyalahgunaan yang bikin nyesek serasa asma akut. Hak ciptanya sudah ada. Tidak menutup kemungkinan dari comot-comot copas, pembajakan; tetapi sekurangnya perlindungan kekayaan intelektual sudah dilakukan sesuai prosedur hukumnya.

Bahkan, saking hati-hatinya saya berkaitan dengan data tulisan; pada saat proses meminta pengantar biografi dari petinggi-petinggi negara pun; saya dengan tegas meminta pada Sekretaris Rektor untuk mengirim dalam versi cetak bersegel. Demi menghindari kebocoran yang mungkin terjadi pada saat proses pembacaan.

Sudut Sunyi, Belitung

Jadi, kalau saya lebih suka menshare segala sesuatu pas karya wes jadi; ya karena share inilah yang aman. Share ini justru bagian dari promosi. Proses kerjanya sudah berlalu. Sudah dilewati. Sudah selesai. Tidak lagi ada rahasia darinya yang khawatir diambil orang.

Bagi yang tidak sepakat, ya tidak apa-apa. Setiap penulis punya gaya dan cara kerja yang berbeda-beda. Saya sudah sedari belia berada di dunia kreatif. Industri ini rawan sekali “pengambilan secara paksa”. Dan kalau belum ada hak cipta sebagai klaim absolutnya, semua bisa ambyar sia-sia.

Sebagai contoh saya gambarkan; ketika saya dan tim sedang menggarap persiapan  sinetron (sudah hampir 80%) untuk memulai; beberapa orang tim kreatif lapangan menghadiri acara pesta dan makan-makan. Lalu orang dari PH lain bertanya asal, “Nggarap apa?” maksudnya sedang mengerjakan proyek apa. Dengan enteng mereka ini menyebut judul ABCDE. Pesta berakhir. Semua pulang pesta seolah tidak ada apa-apa yang terjadi. Tahukah anda kehebohan yang terjadi selanjutnya?

PH sebelah sudah langsung memasang slot tayang di TV dengan judul yang sama. Tiga hari kemudian tayang. Dan kami yang sudah siap-siap berbulan-bulan ini? Tidak bisa mengklaim bahwa itu milik kami, judul yang kami persiapkan. Produser saat itu begitu murka. Pemecatan besar-besaran dari kalangan tim kreatif lapangan dilakukan hari itu juga. Semua orang yang semeja saat makan-makan itu dipecat tanpa kompromi.

Dan selanjutnya Produser mencantumkan di dalam klausul kontrak kerja; baik untuk artis, tim kreatif, tim lapangan, karyawan kantor, dll yang bekerja di PH itu tidak boleh menyebutkan apapun tentang pekerjaan yang sedang dilakukan sebelum rilis resmi dari PH. Siapa saja yang melanggar, dikenai sanksi perdata dan pemecatan langsung.

Itu adalah pengalaman pahit bagi saya, meskipun saya tidak terlibat. Saya lho sudah bekerja berbulan-bulan demi mempersiapkan tayangan itu. Dan lebih pahit lagi ketika ternyata tayangan itu menjadi the best five hampir selama masa durasi tayang 5 tahun nonstop. Nyeseknya tidak hanya seperti orang kena serangan asma akut.

Pengalaman itu mengajarkan saya untuk lebih hati-hati. Apalagi zaman sosmed begini. Sekali sesuatu sudah ada di sosmed, saya menganggap larinya tidak bisa dikendalikan lagi. Kita tidak pernah tahu siapa saja yang mengaksesnya dari seluruh dunia. Lebih baik diam, daripada menyesali sesuatu di belakangnya nanti. Lebih baik nonstatus di sosmed; daripada menulis atau memposting sesuatu yang akan meribetkan banyak orang.

Semoga memberikan tambahan sudut pandang. Berbeda adalah fitrah kita. Termasuk dalam tata cara kerja. Jangan mempertanyakan cara kerja orang, kalau anda tidak sedang mempekerjakan dan membayarnya dengan sangat layak.

#happylife #happywriter #carakerja #sunyi #arikinoysantips #kinoysanstory

Ari Kinoysan Wulandari

 

 

 

Please follow and like us:

Webinar Ari Kinoysan 2021

Ini adalah webinar gratis yang diselenggarakan berbagai pihak berkaitan dengan penulisan dan buku-buku 🙂 Silakan cek satu per satu, kalau kurang jelas dan ingin memperdalam dengan praktik penulisan, bisa ikut kelas-kelas berbayar: wa.me/6281380001149 🙂

Ini adalah acara internal PBSI UNY, kuliah dengan praktisi atau praktisi mengajar di kampus. Bahasannya tentang editing naskah. Karena internal, rekaman tidak dishare ke publik. 🙂

Ini adalah acara Ratnaningsih Menulis, saya jadi pembahas untuk memberikan ulasan tentang tulisan tersebut. Sabtu, 09.00 -12.00 WIB.  Link youtube Kagama Channel: https://www.youtube.com/watch?v=ClcB676fMv8

Sebagian Slide Penulisan Kreatif

Ini waktu saya memberikan kuliah Penulisan Kreatif untuk Mahasiswa Sejarah Unair, Surabaya. Hari Kamis, 21 Oktober 2021, jam 07.00 sd 08.40 WIB. Bisa diakses:  https://www.youtube.com/watch?v=PCQZ3Jd2uJQ 

Ini acara live IG tentang Fiksi Abadi dengan Penerbit Andi dalam acara Gramedia Online Book Fair.  Jumat, 1 Oktober jam 15.00 sd 16.00 WIB.   Bisa diakses https://www.instagram.com/tv/CUevFwnlKoY/  

Ini Langkah Praktis Menjadi Penulis Fiksi Yang Produktif. Jumat, 17 September 2021 jam 13.00 sd 15.00 WIB. Bisa diakses https://www.youtube.com/watch?v=eTWYaspEkfE  

UGM Virtual Career Class, Rabu 4 Agustus 2021 Jam 13.00-14.00 WIB. Bisa diakses https://www.youtube.com/watch?v=JcAV7jRgEzs pada durasi 3 jam 33 menit 🙂

 

Menulis secara Kreatif adalah bagian penting dari penulisan yang wajib dikuasai oleh siapapun yang ingin masuk ke industri penulisan. Ini saya belum ketemu link nya. Nanti saya susulkan kalau sudah ada ya 🙂

Ini bahasan yang seksi karena banyak orang yang sebenarnya jago menulis nonfiksi, tapi ngotot pingin banget nulis fiksi. Padahal kalau wes nulis nonfiksi dan laris, nerbitin fiksi di penerbit major jadi lebih gampang. Kamis, 1 April 2021 jam 13.30 – 15.30 WIB. Link https://www.youtube.com/watch?v=EK0rQ_wEJ8 

Link youtube: https://www.youtube.com/watch?v=p9kOgUgwhT4

Kagama Writing, Menulis Kisah Sehari-hari yang praktis dan gampang agar bisa menulis dengan produktif. Link: https://www.youtube.com/watch?v=62v0GLgsYVU

Link youtube: https://www.youtube.com/watch?v=MJpkHvbR1wQ

Ini acara untuk perkenalan CWitan, akun saya @arikinoysan. Bagian ini saya juga belum menemukan link nya. Kalau ada teman yang tahu bisa info ke saya di wa.me/6281380001149.

Mengenal Khasiat Herbal Nusantara; buku-buku herbalnya antara lain,  #HerbalNusantara #HerbalBali #HerbalKalimantan #HerbalPapua #SehatCantikNatural #SehatdenganManggis #45LulurAlami #ManfaatKhasiatSehatdariDapur Link youtube: https://www.youtube.com/watch?v=KZZ-33Af1s4

Ini saya membahas “disertasi” lagi, setelah beberapa saat tidak pernah berurusan dengan karya-karya ilmiah. Link belum saya temukan. Pada waktu itu karena masih awal program FIB Seminar Linguistik sepertinya juga belum diformat untuk langsung live streaming youtube. Akan saya susulkan kalau sudah ada linknya.

 

 

 

 

 

Please follow and like us:

Penilaian Naskah di Penerbit


Setiap hari ratusan, mungkin bisa ribuan naskah baru yang diterima oleh penerbit. Semakin besar penerbit, biasanya naskah yang diterima semakin banyak dan semakin lama pula proses penentuan atau penilaian.

Apa saja siy sebenarnya yang dinilai oleh penerbit berkaitan dengan naskah yang kita kirimkan? Uraian berikut kiranya dapat membantu.

Tim Redaksi
Pada umumnya, tim redaksi di penerbit melakukan penilaian dengan melihat hal-hal berikut.

1. Konsep yang diajukan; apakah sesuai dengan visi misi penerbitan atau tidak. Misalnya penerbit konsepnya buku-buku rohani, anda mengirim buku masakan, jelas ditolak.

2. Sistematika penyajian; harus sesuai dengan konsep yang disampaikan.

3. Bahasa; yang baik, benar, taat azas, sesuai dengan keperluan.

4. Pembahasan; apakah mendalam, cukup, atau hanya menempel di permukaan.

5. Kebaruan dan trend masalah. Ini sangat penting. Masalah kebaruan ini tidak mesti segala hal yang baru, tetapi bisa saja hal lama tetapi masih diperlukan oleh pembaca dan target market.

6. Format penulisan; apakah formatnya biasa, luar biasa, sangat menarik, dll.

7. Pesaing; adakah buku sejenis yang sudah beredar di pasaran.

8. Editorial; apakah tulisannya rapi, atau banyak sekali kesalahan-kesalahan pengetikan, ejaan, plagiat atau tidak, dll yang bersifat teknis tulisan.

9. Nama penulis; walaupun tidak ada aturan penulis lama dan penulis baru, senior dan yunior, tapi biasanya redaksi akan mendahulukan mereka yang sudah punya nama atau sudah biasa berurusan dengan redaksi.

10. Sistem kerja sama; ada beberapa penerbitan yang mulai mendahulukan penulis-penulis yang mau membiayai percetakan bukunya sendiri. Jadi, kalau anda mengikuti sistem penerbitan konvensional, sabarlah.

Panduan Penulisan Fiksi


Tim Produksi
Jangan berpikir, naskah diterbitkan di penerbit hanya urusan redaksi. Semua tim terlibat. Termasuk tim produksi.

Tim ini biasanya melakukan penilaian dengan melihat hal-hal berikut.

1. Mudah dan bisa diproduksi dalam waktu cepat.

2. Biaya produksi terjangkau, sesuai standar penerbit.

3. Bisa dijual dengan harga bersaing.

4. Kemasan bisa cantik dan eye catching dengan budget standar.

Tim Pemasaran dan Promosi
Di beberapa penerbitan, tim pemasaran dan promosi kadang digabungkan jadi satu, tetapi ada juga yang memisahkan.

Biasanya tim ini yang “paling bawel” dan “paling ribet” soal naskah yang mau diterbitkan. Karena mereka yang berada di depan, ujung tombak penerbitan, yang setiap bulannya dikenai target penjualan, sehingga sering dianggap tim yang paling “sulit” untuk menerima naskah. Meskipun sebenarnya urusan “sulit” tersebut sangat relatif dan kembali lagi pada naskah yang kita tulis serta kita kirim ke penerbit.

Biasanya, tim ini melakukan penilaian pada:
1. Naskah tersebut layak jual.

2. Ketiadaan pesaing.

3. Formatnya harus berbeda dengan buku yang sudah ada, bila ada pesaing.

4. Harganya bersaing.

5. Penulisnya “bermutu”.

Buku Panduan Penulisan


Nilai Plus untuk Penilaian Naskah
Point atau nilai plus yang bisa ditambahkan agar naskah cepat diterima dan diterbitkan:

1. Naskah yang diperlukan masyarakat luas.

2. Anda sebagai penulis menjamin naskah tersebut dipesan atau dibeli dalam jumlah besar.

3. Ada sponsorship atau kerja sama biaya cetaknya.

4. Sedang trend.

Nah, semoga ini membantu. Jadi penulis jangan bawel. Kalem-kalem saja, sabar, dan tidak usah terlalu ribut dengan naskah anda.

Sepanjang pengelolanya jelas, penerbitnya masih ada dan bisa dikontak, saya tidak pernah ambil pusing berapa lama naskah saya antri di penerbit. Karena toh pada akhirnya akan mendapat kabar juga, baik diterima atau ditolak.

Daripada ribut menunggu proses penilaian yang ngujubileh panjangnya itu, bukankah lebih baik kita menulis lagi.

Merancang buku baru, mungkin untuk penerbit lain. Kita tidak jengkel, dan justru produktif. Tahu-tahu buku kita banyak saja yang beredar 😊

*Jadi Penulis Fiksi
*Jadi Penulis Nonfiksi
*Jadi Penulis Skenario
*Jadi Penulis Produktif
#BukuPanduanPenulisan
.
.
Ari Kinoysan Wulandari

 

Please follow and like us: