Manajemen Penulisan Kreatif ini memuat bahasan mulai dari penulisan kreatif dan manajemennya, cara mengenal karakter diri penulis, tujuan penulisan, jenis-jenis tulisan, memulai menulis, mengatur waktu dan menetapkan deadline, memilih partner kerja yang sesuai, menyingkirkan hambatan penulisan agar naskah dapat selesai tepat waktu.
Dalam buku ini juga terdapat gambaran tentang editing naskah, tata cara publikasi, promosi atau iklan secara mandiri dari penulis, dan mengembangkan kemampuan menulis. Tidak hanya itu, terdapat juga menghitung tarif jasa penulisan yang sesuai, membuat kontrak penulisan, mengatur keuangan, perlu atau tidaknya manajer penulis, dan mengenal karakter klien.
Tawaran kerjasama kepada penulis, baik sebagai penulis pendamping, ghostwriter, atau editor freelance — dapat anda pertimbangkan yang paling sesuai.
Sebaik-baik penulis berkarya, selalu saja ada kritik dan haters. Buku ini memberikan tips praktis menghadapi kritik dan kebencian tidak berdasar. Selain itu, yang terpenting adalah langkah praktis menggunakan manajemen penulis kreatif, program penulisan naskah satu tahun dan penggunaannya untuk penulisan naskah fiksi maupun nonfiksi.
Siapapun dapat menggunakan program penulisan tersebut dengan mudah, terutama bagi anda yang ingin menulis naskah buku solo atau dengan nama anda pribadi. Pesan buku wa.me/6281380001149
Judul: Prinsip-prinsip Penyuntingan Naskah Penulis: Dr. Ari Wulandari, S.S, M.A. Penyunting: Lintang Kusuma ISBN: 978-623-8246-45-8 Penerbit: LitNus
Sinopsis: Penyuntingan atau editing biasa dilakukan oleh seorang penyunting atau editor. Penyuntingan naskah meupakan hal yang penting dalam publikasi atau penerbitan berbagai karya tulis, baik karya ilmiah maupun karya populer.
Oleh karena itu, memahami prinsip-prinsip penyuntingan naskah ketika selesai menulis, menjadi hal yang penting bagi setiap penulis. Mereka yang menekuni dunia penulisan sepantasnya mengetahui prinsip-prinsip penyuntingan naskah. Dengan demikian, ia dapat secara mandiri memperbaiki naskahnya.
Penyuntingan naskah secara mandiri oleh penulis akan mengurangi kesalahan dan memperkecil tingkat ketidakterbacaan naskahnya. Pada gilirannya, penyunting akan mudah membantunya mengeksekusi naskah untuk terbit. Proses penyuntingan pun berjalan dengan lebih mudah dan lebih cepat.
Materi buku ini berisi tentang hal-hal prinsip tentang penyuntingan naskah. Materi ini wajib diketahui oleh mereka yang berkecimpung di dunia penulisan, mulai dari mahasiswa, guru, dosen, penulis, hingga penyunting. Bahasannya mulai dari definisi penyuntingan, substansi penyuntingan, penyuntingan naskah sebagai ilmu dan keterampilan, aspek penyuntingan, prinsip kerja penyunting dan mitra kerjanya, proses kerja penyuntingan naskah, seputar kalimat dan paragraf, penggunaan EYD, hingga hal-hal yang berada di luar naskah, seperti urusan penerbitan, masalah plagiasi, penerjemahan, pengalihan hak cipta, hingga perubahan bentuk karya buku menjadi sinetron, web series, film, dll.
Dari materi tersebut, setiap pembaca diharapkan dapat memahami prinsip-prinsip kerja penyuntingan naskah dengan lebih baik. Dengan pengetahuan dasar penyuntingan naskah yang memadai, sekurangnya akan membantu kinerja penyunting dan mempermudah proses seleksi dan publikasi naskah.
Ini adalah tips khusus yang biasa saya gunakan untuk tetap eksis sebagai penulis dan terus menerus mau menulis, demi menghasilkan karya-karya baru.
1. Menjadikan menulis sebagai gaya hidup (life style). Menulis seperti kebutuhan kita akan makan. Kalau tidak makan kita lapar dan harus makan. Kalau tidak menulis, ada yang kurang.
2. Menuliskan apa saja yang bikin hati galau saat itu juga. Menulis termasuk terapi psikologis yang membuat orang lebih sehat, fokus, tidak mudah pikun, dan awet muda.
3. Tidak ada kata “mentok” untuk menulis. Selalu ada cara untuk menulis. Yang “mentok” biasanya pikiran kita. Apalagi sekarang, ada banyak fasilitas dan aplikasi yang bisa kita gunakan untuk membantu proses penulisan.
4. Tidak usah memikirkan teori penulisan secara berlebihan, menulis saja yang penting terbaca dan selesai. Tulisan buruk yang diselesaikan lebih bagus, daripada tulisan baik yang masih ada di “awang-awang” atau belum ditulis.
5. Biasakan mengendapkan tulisan yang sudah selesai, mengeditnya beberapa hari kemudian, dan segera mengirimkannya ke pihak yang dituju begitu selesai. Kalau tidak, kita akan tergoda untuk memperbaiki terus dan tidak akan pernah selesai.
6. Miliki mental baja. Kalau ada media, penerbit, PH menolak karya kita, hujani mereka terus menerus dengan karya kita sampai akhirnya mereka bosan untuk menolak kita. Hehe… tapi ingat, jaga kondisi tetap sehat agar bisa terus berkarya.
7. Jalin hubungan baik dengan semua pihak yang berurusan dengan industri kreatif. Kita tidak pernah tahu gunanya “satu nama” sebelum mengenalinya dengan baik.
8. Pada tiap karya yang kita kirimkan, pastikan CV dan contact kita sudah tertera dengan rapi, jelas, dan bisa dihubungi dengan mudah. Ada banyak karya bagus dicuekin karena CV dan alamat penulisnya ternyata antah berantah tidak jelas.
9. Jangan lupa mengarsip setiap karya yang sudah dipublikasikan, termasuk berbagai atribut/perlengkapan yang digunakan selama proses berkarya (notes, referensi, rekaman, peraga, dll). Mungkin nanti bisa pameran tunggal kan seru.
10. Kalau sudah terima honor, royalti, jangan dihabiskan. Investasikan sebagian untuk belajar, sekolah, kursus penulisan di Griya Kinoysan University, membeli buku-buku baru, nonton film-film terbaru, ikut acara-acara industri kreatif, piknik dan tentunya mentraktir saya, hehe… yang terakhir becanda, mumpung masih tahun baru ❤️🙏
Salah satu pekerjaan penulisan yang cuannya cukup berasa, itu jadi ghostwriter. Ya, penulis hantu atau penulis bayangan. Sejatinya menulis, tapi tidak muncul di permukaan. Artinya, nama penulis itu hilang ditelan kegelapan dan tidak boleh woro woro atau klaim-klaim dia menulis ini itu bila sudah sepakat jadi ghostwriter pihak tertentu.
Jadi, alih alih sekedar mikirin cuannya yang tambun, yuk simak dulu lebih kurangnyam Biar kamu nggak nyesel dan paham betul apa hak dan tanggung jawabnya seorang ghostwriter.
1. Ghostwriter adalah penulis yang menuliskan sesuatu atas nama orang lain dan nama kita tidak dicantumkan.
2. Tidak ada nama di dalam tulisan yang kita buat itu sering kali jadi masalah ketika tulisan tersebut booming.
3. Naluri untuk mengatakan itu karya saya, cenderung sangat besar untuk mereka yang belum terbiasa jadi ghostwriter. Padahal ini sudah tercantum dalam kesepakatan ghostwriter tidak boleh menyebut dirinya menulis apa dan untuk siapa.
4. Oleh karena itu pikirkan betul ketika mau jadi ghostwriter, ikhlas, atau nggak rela kalau tulisannya diakui sebagai tulisan orang lain. Kalau tidak ikhlas jangan jadi ghostwriter.
5. Kalau bisa ikhlas baru deh kamu boleh menjajal posisi ghostwriter 😂 Karena sudah tidak pingin nama dan tidak pingin pengakuan bahwa itu karya anda.
6. Karena peliknya urusan nama, kalau saya menyarankan pastikan saja uang yang anda terima dari klien cukup layak mengganti keikhlasan anda. Negokan dengan baik, karena begitu anda lepas anda tak berhak apapun atas naskah itu.
7. Jangan juga egois karena hilang hak cipta, kamu terus jual jasa sangat mahal. Ntar nggak ada yang pakai jasa menulis kamu, njur stres pula. Yang penting menurut kamu biayanya sudah sesuai, ya terima saja.
8. Karenanya mau ada kerjaan ghostwriter, penulisan biografi atau tidak, saya tetap menulis. Sesibuk apapun urusan pas sekolah yang bikin so busy ya harus nulis, karena kalau kita punya naskah cadangan dan bisa terus terbit, kita bisa menaikkan posisi tawar kita.
9. Punya cukup banyak buku terbit juga membuat kita lebih tenang. Kalau royalti tidak banyak, kita juga bisa membantu mendagangkan buku. Hei, royalti penulis hanya 10% potong pajak 15%. Tapi jual buku sendiri, pastilah dapat untung 30%.
10. Jadi ghostwriter itu cara cepat punya duit banyak dari menulis, tapi ya itu lah yang terpenting kamu harus cukup ikhlas kalau tulisan kamu diakui sebagai milik orang lain. Dan ini tidak mudah lhooo 😀 Kalau saya ikhlas saja. Nanti untuk diri sendiri ya tulis lagi karya versi saya.
Kenapa kita perlu mengatur duit? Ya kali kalau duit kita nggak berseri nomornya, kita bebas pakai semaunya. Perlu tinggal ambil, gesek, transfer, dll. Lha kalau duitnya tiap bulan mung UMR saja, sementara kebutuhan bejibun; ya kudu pinter-pinter mengatur duit; dan tentu saja mencari tambahan penghasilan biar tidak kolaps dengan utangan setiap bulannya. Apalagi bagi freelancer yang jelas nggak menentu penghasilannya. Kudu ekstra mengatur dengan cermat dibandingkan mereka yang gajian tiap bulan.
Manajemen duit itu bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Mengatur duit bukan hanya tentang menghitung pengeluaran, tetapi juga merencanakan masa depan finansial. Beneran lho, kalau kita secara finansial memadai, cukup, hidup sekurangnya lebih tenang. Saya bukan ngajarin orang untuk matre, tapi realistis itu wajib. Tidak semua hal bisa diselesaikan dengan uang, tapi percayalah semua masalah lebih gampang beres dengan adanya duit.
Inilah kira-kira yang bisa kita pertimbangkan kalau kita mau bikin manajemen duit yang bagus. Manajemen duit juga membuat kita tahu persis berapa pendapatan riil kita dan ke mana saja larinya duit-duit kita. Jangan hanya mengira oh duitku masih banyak; padahal itu besaran paylater, kartu kredit, dll bentuk utang —yang salah kaprahnya sering dianggap sebagai “pendapatan” kita.
Pakaian app tentang pencatatan uang. Boleh pilih mana saja yang kamu suka. Cari aja yang gratis. Ini biar mudah dan syukur syukur ada hitung kalkulasi tiap hari, minggu, bulan, tahun.
Catat semua pemasukan, bahkan sekecil puluhan ribu pun catat. Karena itu minta bank juga nggak boleh.
Catat semua pengeluaran, tetap dan tidak tetap. Keluar duit apapun urusannya, itu pengeluaran. Biar nggak ngomong, barusan gajian kok duit udah habis lagi. Barusan terima honor duit kok sudah nggak nampak lagi, dll.
Jangan utang berlebihan di luar kemampuan. Saya bukan anti utang. Boleh saja. Asalkan bijak dan nggak membebani keuanganmu tiap bulan. Tapi untuk diri saya sendiri, ekstrim jangan utang. Mampu beli, belum mampu cari substitusinya yang sesuai kemampuan.
Dana darurat itu wajib. Ada banyak hal yang sering tidak terduga. Kiri kanan ada yang meninggal, apa iya kamu nggak layat? Datang melayat tentu nggak dengan tangan kosong kan?
Tabungan dan investasi. Mau berapapun pendapatan, sisihkan untuk ini. Karena ini membuat hati lebih enteng. Saya percaya Tuhan kasih rezeki tanpa batas. Tapi kalau kamu punya “duit” yang anteng tidak dipakai ini, kerja, ibadah pun lebih tenang. Coba aja tanya mereka yang hidupnya dikejar kejar utang, bisa tidur nyenyak kah kalau DC berkeliaran ke rumah setiap saat? Rusuh. Jangan tanya rasanya, saya sudah pernah mengalami saat orang tua bangkrut.
Manajemen duit bikin kita melek urusan “keuangan”, seperti rasio bunga bank, potongan biaya administrasi, pajak, risiko investasi, dll yang membuat kita bisa memilih mana yang terbaik dan cocok untuk urusan duit kita.
Emosi orang yang duitnya anteng itu lebih stabil. Nggak gampang marah, nggak emosional, tenang, dan lebih sabar. Ya karena mereka sudah tahu, hidupnya sudah “terjamin” dalam sisi finansial. Kerja tenang, ibadah khusyuk, dolan riang, belajar yo happy, kehidupan sosial ya baik. Semua jadi lebih nyaman.
Manajemen duit juga bisa membuat kita menentukan sejak dini, besaran dana pensiun yang kita perlukan. Lha ya, umur bertambah, kemampuan keahlian bertambah, tapi pasti fisik menurun. Sudah kodrat alam. Jadi ya siap siap saja dana untuk ini. Saya tidak berencana pensiun dari menulis, tapi membangun kestabilan dana saat saya tidak lagi prima, itu jelas dari muda. Bukan nanti nanti.
Prinsip manajemen duit sebenarnya, hiduplah sesuai kemampuan. Jangan kebanyakan gaya, karena pasti jadi beban hidup. Ingat, beban hidupmu tidak dibiayai oleh gengsimu. Mereka yang solid secara ekonomi, biasanya sudah tidak memerlukan pengakuan-pengakuan “wah keren ya”, “wah kaya ya”, dll setipe pujian atau sanjungan semu dari orang lain. Mereka juga malas untuk sekedar kelihatan “branded” demi gengsi atau pansos.
Tujuan kita kerja itu menjadi kaya, bukan untuk terlihat kaya. Jadi tetapkan standar kaya versimu masing-masing, dan atur penuhilah standarmu itu dari kerjaan yang menghasilkan pendapatan.
Share ini bersifat personal. Kamu nggak harus kok begini kok begitu. Tiap orang beda pandangan. Tiap orang beda pemikiran. Jadi santai saja kalau aturan uangmu beda dengan saya. Selamat Mengatur duit duitmu agar hidupmu happy selalu.
Hal yang sangat krusial dalam kelangsungan hidup seseorang adalah manajemen hidup. Salah satunya adalah manajemen duit. Menjadi freelancer dalam waktu yang sangat lama, membuat saya “ketat” mengatur duit saya. Saya jelas tipikal orang yang berusaha dan gampang membantu, tetapi tidak setiap orang yang datang “nembung duit” atau “utangan” wajib dibantu.
Karena ini sering jadi pangkal masalah keuangan. Janjinya pinjam sebulan, molornya lima tahun pake nagih nagih pula. Jadi untuk beginian, saya lebih gampang skip aja. Kalau punya dan bisa ya saya bantu, kalau nggak paling saya diprenguti, dicuekin, diblokir, atau dikata-katai pelit. Lha mbok sakarepmu. Nilai pahala amalan berbagi saya tidak bergantung pada sematan sebutan dari mereka yang nggak kita kasih utangan.
Karena sadar freelancer itu duitnya tidak jelas, besaran, waktu, dll. Saya mengatur duit dengan point-point yang saya anggap cocok untuk diri saya. Orang lain belum tentu sesuai.
1. Begitu mendapatkan uang honor dari beragam kerjaan, saya langsung membagi dua. Separoh untuk hidup, separoh untuk tabungan.
2. Duit rentan dicomot comot, maka yang separoh untuk tabungan, saya alihkan logam mulia. Ini paling mudah, karena dapat honor sedikitpun bisa dikonversi emas. Anda bisa cari bentuk yang sesuai: saham, deposito, reksadana, tanah, rumah, ruko, apartemen, dll.
3. Separoh dana aktif itulah yang saya gunakan untuk hidup sehari hari dengan manajemen tersendiri. Saya terbiasa hidup sederhana. Tetap sejahtera dan happy. Penghasilan pas kecil atau besar, ya baik baik saja 😍😊
4. Hindari utang, baik kepada teman, saudara, kerabat. Kalau terpaksa ngutang, jangan ngemplang. Ada uang, bayar sebesar yang dipinjam. Kalau punya cicilan yang tertib bayarnya daripada krna penalti atau charge denda.
5. Tegas berkata tidak untuk pengutang, terutama yang nggak urgent. Kalau ada yang krusial untuk makan, sakit, sekolah; saya berikan semampunya biar tidak jadi pikiran dan nggak mengganggu keuangan.
6. Ketahui “keinginan” atau “kebutuhan”. Jangan iri lihat temen segeng beli barang branded. Kalau mampu dan butuh, beli. Kalau nggak jangan maksa kredit karena pingin. Kalau masa paceklik, kreditmu tak dibayari teman-temanmu 😃
7. Punyai hobi agar tidak konsumtif. Syukur hobi produktif menghasilkan, sehingga pendapatan makin besar.
8. Saya percaya sedekah menolak bala. Syukur menambah berkat. Lakukan sedekah dan syukur tiap hari. Kebaikan akan menyelamatkan kita pas krisis 😍
Besaran pengeluaran dari total pendapatan yang kamu gunakan bisa diatur dengan model 10-20% untuk sedekah dan berbagi, 10% untuk dana darurat, 10% untuk tabungan, 40-50% untuk keseharian, 10% untuk invest ilmu, 5% untuk hobi, 5% lain-lain. Besaran persen tiap jenis bisa beragam, sesuai keperluan. Saya pun kadang harus mencocokkan dan mengatur lagi setiap bulan, terutama kalau ada hal besar yang memakan biaya banyak.
Seberapapun uang, bisa diatur. Yang sulit dalam manajemen duit itu, kalau nggak ada duitnya…. naaaah 🤣 Makanya kerja biar duitnya ada yang bisa diatur 😁😁
Kalau kamu, bagaimana urusan manajemen duitmu 🤔 Bisa nabung dan invest tiap bulan?
Menjadi freelancer itu tidak selalu mudah. Menulis untuk mendapatkan uang dan survive, itu juga jadi persoalan tersendiri. Tidak semua penulis terbiasa “menawarkan” keahliannya. Lebih banyak sunyi tersembunyi. Dalam beberapa hal saya sepakat bahwa menulis akan ketemu jalannya sendiri. Tapi saya lebih setuju, bahwa rezeki lebih sering harus dijemput dengan usaha kita.
1. Buku karya kita adalah bukti yang tak terbantahkan. Karenanya mau anda jadi ghostwriter, jadi penulis buku biografi, tetep wajib punya buku yang nangkring di toko buku. Biar bikin promosi atau proposalnya gampang.
2. Selain itu kalau punya buku, kita juga gampang ngasihnya. Terus calon klien juga bisa baca-baca cocok tidaknya dengan gaya tulisan kita.
3. Cara menawarkan jasa kita bisa dengan beragam cara. Mengirimkan surat perkenalan dan proposal via email sering dianggap sebagai cara yang mudah.
4. Namun kalau pas di pertemuan tertentu jumpa dengan calon klien, bilang dan tawarkan saja. Mereka pasti senang.
Oh ya, rata rata orang penting senang jumpa penulis karena mereka sering tak sempat menulis.
5. Saya, dengan latar etnis Jawa yang melekat dengan budayanya —yang tidak terbiasa dengan memamerkan diri seluruh kemampuannya, termasuk jarang menghubungi orang untuk menawarkan ini itu jasa yang kami sediakan.
6. Bukan karena tidak mau begitu, tapi karena masih banyak pe er gaweyan yang belum selesai. Menambah orang, belum tentu cocok cara nulis dan kerjanya.
7. Tapi sesekali saya akan menghubungi orang orang yang saya anggap potensial. Kalau sudah ada klien, ya tidak serakah mencari terus karena bikin naskah pesanan klien itu cukup lelah. Kalau serakah ntar malah bubrah atau tidak jadi.
8. Saya tidak tahu anda model penulis yang mana. Yang jelas menawarkan jasa itu penting. Karena klien dengan naskah pesanannya yang bikin penulis cukup punya duit. Bukan dari buku buku royalti kita.
9. Yang penting sopanlah menawarkan. Jangan ngotot. Klien yang memang serius pasti akan cari kita. Apalagi kalau cocok model tulisannya.
10. Yeach. Tapi ini butuh lebih dari sekedar kemampuan menulis. Butuh pribadi dan karakter yang baik. Butuh sikap mental yang kuat.
Karena menghadapi klien berduit itu beda dengan menghadapi penerbit yang tidak secara langsung membayar penulisnya. Silakan anda memilih mana saja yang sesuai. Versi saya, adalah bonus kalau klie datang menemukan kita. Tapi lebih sering mereka harus kita “jemput” untuk menggunakan jasa dan kreativitas kita.