Setting dalam Novel

Setting Laut

Setting sering disebut pula dengan latar belakang cerita; segala hal yang menjadi latar belakang cerita dari awal sampai akhir, itulah yang dimaksud setting.

Pada umumnya setting terdiri dari:

1. Waktu : kapan peristiwa terjadi, bisa masa lalu, masa sekarang atau (prediksi) masa depan.

2. Tempat : di mana peristiwa dalam cerita terjadi, misalnya di sekolah, di kantor, dll.

3. Budaya: adat dan budaya apakah yang digunakan, misalnya budaya Jawa, budaya Betawi, dll.

4. Suasana: suasana atau situasi dan kondisi seperti apa yang melingkupi cerita dalam novel tersebut; apakah semangat, sedih, gembira, bahagia, dll.

5. Latar belakang dan kepribadian karakter; apakah karakter di dalam cerita ini orang yang penyendiri, pendengar yang baik, ramah, mudah bergaul, baik hati, dll.

Jadi Penulis Fiksi

http://andipublisher.com/produk-1004003351-jadi-penulis-fiksi–gampang-kok-.html

Untuk memudahkan penulisan, di awal-awal bila menulis novel, ambillah setting yang paling kita kenali dan kita kuasai dengan baik. Dengan demikian, kita tidak perlu membuang waktu untuk melakukan penelitian atau riset. Setting yang kita kenal baik, pasti akan memudahkan kita dalam membuat deskripsinya.

Misalnya, kalau kita tinggal di Jakarta setiap hari sibuk dan mengetahui hiruk pikuk kota Jakarta, tentu sangat mudah bagi kita untuk menuliskannya. Sebaliknya, kalau kita menuliskan setting kota London, sementara kita belum pernah tinggal di sana, tentu butuh waktu banyak untuk melakukan riset atau wawancara dengan orang-orang yang tinggal di London.

Jadi, pilihlah setting yang paling kita kenal untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan kita dalam menulis novel.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Bunaken: Dadakan Snorkeling

Bunaken

Apakah anda sudah pernah ke Bunaken? Sudah sering? Sudah pernah? Atau belum pernah? Yes, its ok. Tapi pasti pernah dong dengar “Bunaken”? Ini adalah salah satu ikon pantai paling cantik di Sulawesi Utara. Meskipun sebenarnya kecantikan itu adalah kecantikan bawah laut. Kalau sekedar di atas, laut ini mungkin terlihat tidak ada bedanya dengan laut-laut lainnya di Indonesia.

Tahun lalu saya sudah pergi ke Bunaken, tapi tidak sampai turun ke laut; karena gelombang tinggi dan berangkat dari kota sudah terlalu siang. Jadi cukup puas saja lihat permukaan laut yang biru –sebirunya— langit yang juga biru sekali, pemandangan gunung “kecil” yang selalu terlihat dari pelabuhan sampai ke tempat transit Bunaken; sebelum anda turun ke laut, dan tentu saja kapal-kapal yang warna-warni lalu lalang. Plus udara panas dengan terik matahari yang sanggup bikin kepala nyut-nyutan “pusing”.

Tahun ini saya kembali ke Bunaken selepas mengikuti acara seminar internasional di Manado yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Utara. Wes, saya tidak berpikir akan turun ke laut karena hari itu adalah jadwal saya presentasi makalah selepas dari Bunaken. Dan saya lihat di agenda panitia ya hanya ke Bunaken. Tidak tertulis acara “basah-basahan”.

Papan nama Bunaken

Standar ke pantai ya minum air kelapa muda, makan seafood, dan foto-foto. Tapi di sini sebaiknya tidak makan seafood karena “cukup mahal”; pun dengan makanan dan minuman lainnya. Selain itu, tempatnya kurang memadai untuk kita bisa menikmati makanan enak dan pantai yang indah. Jadi, ya kudu “sabar” dan “jangan mengeluh” kalau di sini “tidak seindah” foto-foto atau video dari agen wisata atau tampilan yang anda saksikan di media online atau offline. (Noted: saya tidak memotret bagian ini karena bikin saya sedih saja). Saya berharap pemerintah, masyarakat setempat, dan pihak terkait bisa menjadikan kawasan ini lebih bersih, rapi, dan bersahabat untuk semua wisatawan domestik atau wisatawan asing.

Kami makan pisang groho (pisang goreng besar dengan sambal) salah satu cara makan pisang yang tidak biasa bagi saya. Kalau di Jawa makan pisang goreng ya rasa manis lah…. Bukan malah pedas dengan sambal. Ehh, tapi rasanya enak banget. Cobain deh…. Kalau ke Sulut ada bisa ditemukan di rumah makan atau ya ke Bunaken ini.

Nah, sudah beberapa lama ngobrol dan foto-foto dan berkeliling lalu salah satu panitia berteriak menanyakan siapa yang mau berenang dan snorkeling…. lah, saya galau antara mau ikut atau tidak. Tidak itu pingin tahu bawah laut, ikut itu ntar kalau capek dan gak bisa presentasi gimana dong… kan saya ke Manado yang penting presentasi dan seminarnya. Eh, mengingat belum tentu segera ke sini lagi, ya sudah bismillah saya ikut dan turun.

Rombongan yang turun ke laut
Saya selepas dari snorkeling

Kami bersembilan yang turun ke laut yang sungguh indah. Wow… tapi oh tapi, kaki saya beberapa kali terasa seperti kram. Namun setelah kembali saya gerakkan, netral lagi. Tidak seperti air laut Belitung yang hangat, saya merasakan air laut Bunaken lebih dingin…. barangkali saja karena saya turun lebih dalam; meski beberapa kali saya sempat sangat takut. Dan keinginan tukang foto bawah laut untuk mengabadikan foto itu justru bikin saya stres. Saya memunculkan kepala ke atas dan berseru, “Mas, saya mau lihat ikan, tidak usah foto-foto tidak apa-apa.” Karena setiap mereka teriak hadap kamera, konsens saya buyar dan lepas alat napas itu, yang bikin saya gelagepan kebanyakan minum air laut. Yach, namanya juru foto tugasnya memotret dan memastikan semua peserta ada “potretnya” saya tidak bisa marah, tapi jengkel yes…. agak banget.  Toh mereka bisa dapat juga foto saya dengan ikan-ikan itu meski nggak menghadap kamera.

Saya dan ikan-ikan

Kalau diterus-terusin nggak akan puas rasanya berada di bawah laut Bunaken. Mengingat saya belum presentasi, sejam sudah cukup di air laut Bunaken.  Saya tetap senang ke Bunaken. Saya cinta laut dan senang sekali turun ke laut, meski sering juga rasa takut datang tiba-tiba. Tapi nggak apa-apa, takut itu menyadari bahwa kita tidak ada apa-apanya di tengah lautan yang bisa tiba-tiba ganas dengan ombak badainya yang bergulung-gulung.  Jadi, kapan anda mau ke Bunaken? Eh, boleh ajak-ajak saya lho…. apalagi kalau bersama-sama grup dalam program travelling writing 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

 

 

Please follow and like us:

Kesibukan Penulis Skenario

Merancang Naskah

Apa Kesibukan Penulis Skenario? Apa ya? Saya jadi penulis karena senang; termasuk gembira dengan aktivitasnya: membaca, nonton film, studi pustaka, dolan-dolan, ketemu tokoh, menulis, belajar, merevisi, bedah buku-film, promosi buku, mengajar menulis, diskusi dengan pembaca-editor-penerbit produser-klien, book signing, terima royalti, terima kado, terima kejutan.

Apalagi ya kesibukan penulis? Ada yang mau menambahkan? Hehe…. ya, mungkin banyak, tapi senang jadi penulis karena sifat fleksibelnya; paling-paling kalau overload ya ngedrop dan dokter selalu  gemas karena saya sering tak patuh padanya

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Rahasia Buku Bestseller

Bestseller

10 hal yang umum terdapat pada buku best seller:

1. Materi (tulisan) bagus.
2. Produksinya bagus (kemasan istimewa).
3. Promosi bagus.
4. Terbit di saat yang tepat.
5. Memenuhi keinginan pembaca.
6. Memberi solusi.
7. Kisah inspiratif.
8. Sesuatu yang baru.
9. Blow up media dan public figure.
10. Keberuntungan.

Tidak pernah ada yang pasti untuk merumuskan apa rahasianya buku best seller. Para pelaku industri perbukuan, hanya bisa memprediksikan dari pengalamannya meraup untung buku-buku best seller.

Yang terpenting bagi penulis adalah menuliskan dengan terbaik dan membantu promosinya sebagus dan segencar mungkin saat buku sudah terbit.

Ari Kinoysan Wulandari

 

Please follow and like us:

Persoalan Penulisan dan Solusinya

Writer’s Block

10 permasalahan penulisan dan solusinya:

1. TIDAK ADA IDE
Solusi: Coba tuliskan saja apa pun yang terlintas di kepala, mungkin dalam waktu 10 menit lebih dari 10 ide yang keluar. Lalu pilihlah, tentukan yang terbaik dan termudah dikerjakan. Kalau ini dilakukan tiap hari, pasti ada segudang ide.

2. ADA BANYAK IDE, TAPI BINGUNG MENULISKANNYA
Solusi: Pilih saja ide yang terbaik, lalu menulis saja tentang ide itu. Tidak usah memikirkan bagaimana hasilnya.

3. TIDAK TAHU MULAI MENULIS DARI MANA
Solusi: Itu karena terlalu banyak berpikir. Jadi, tidak usah banyak berpikir, menulis saja. Saat di depan laptop, ya sudah lah menulis saja. Nanti kalau sudah dibiasakan, menulis jadi gampang.

4. MACET DI TENGAH JALAN
Solusi: Tinggalkan saja. Biasanya karena jenuh atau kurang materi. Kalau jenuh istirahat, kalau kurang materi, ya cari materinya. Baca buku, browsing, konsultasi, dll. yang intinya menambah materi.

5. CERITA MELANTUR KE MANA-MANA
Solusi: Kalau melantur ke mana-mana itu karena tidak fokus. Pakai sinopsis biar mudah.

6. KURANG DRAMATISASI
Solusi: Kurang dramatisasi ya ditambah kekuatan dramanya; kata-katanya ‘dipertajam’ dan ‘dipilih’ yang bermuatan kuat.

7. TIDAK BISA MEMBEDAKAN KARAKTER
Solusi: Coba buat daftar karakter yang detail, mulai dari deskripsi fisik, dialog, ciri khusus, background, sampai hal-hal yang istimewa. Makin rinci makin baik.

8. OPENING DAN ENDING TIDAK KUAT
Solusi: kalau opening harus membuat penasaran dan langsung ke pokok permasalahan tokoh utama. Kalau ending harus surprise dan tidak tertebak oleh pembaca dari awal.

9. TULISAN TIDAK PERNAH SELESAI
Solusi: Pakai sinopsis, pakai target, pakai deadline. Yang penting realistis. Kalau bisanya sehari nulis 1 halaman, novel 150 halaman, ya deadline aja 150 hari. Biasanya kalau ada target begitu, 100 hari sudah selesai. Boleh dicoba.

10. MATERI KURANG (TULISAN DANGKAL)
Solusi: Kalau sudah selesai dan baru terasa dangkalnya, ya ditambah lagi materinya. Diperdalam dan diperkuat lagi pada bagian-bagian yang hanya basa-basi.

Jadi Penulis Fiksi

http://andipublisher.com/produk-1004003351-jadi-penulis-fiksi–gampang-kok-.html

Gampang kan? Tidak sesulit yang dibayangkan. Nulis itu masalah kebiasaan dan latihan. Makin sering berlatih makin baik jadinya dan makin lancar nulisnya. Yang pengin tahu banyak soal penulisan fiksi, cek saja di buku JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG KOK!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Nonfiksi dan Informasi

Some of my books

Sering kali, saat menulis NONFIKSI kita berusaha untuk mengesankan pembaca tentang sesuatu yang besar dan istimewa, sehingga lupa dengan prinsip dasarnya; memberi INFORMASI.

Cobalah mengingat informasi utama yang harus disampaikan.Tunjukkan apa yang anda ketahui. Jangan gunakan kosakata yang anda sendiri tak paham maksudnya. Kalimat panjang/rumit/aneh tak akan mengesankan siapapun kalau poin kuncinya tidak jelas.

Happy Writing, Be A Good Writer

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Jajan Pasar

Jajan Pasar

Yeeey…. siapa siy yang nggak kenal dengan jajan pasar? Meskipun namanya jajan pasar, bukan berarti makanan ini adanya hanya di pasar lhoo…. Jajanan pasar ini, sekarang sudah bertransformasi menjadi jajanan yang “istimewa” karena bisa didapatkan di banyak tempat, dari kaki lima sampai restoran atau hotel bintang lima. Tentu saja dengan harga yang berbeda-beda.

Nah, tapi biar pun sudah bertransformasi ke high class food, tetap saja sebutannya jajan pasar. Yach, karena keberadaan awalnya jajanan ini memang dibuat oleh masyarakat (non bangsawan) untuk diperjualbelikan di pasar. Karena jualnya di pasar, maka disebut jajan pasar.

Ada pun jenis-jenis jajan pasar ini di Tanah Jawa banyak sekali. Kamu kalau berkunjung ke Jawa harus mencicipi salah satu atau salah dua deh. Kalau enggak itu siy kebangetan…. karena saking banyak macamnya. Sebut saja ada onde-onde, klepon, apem, pukis, bikang, dadar gulung, semar mendem, roti kukus, srawut, grontol, lupis, lemper, gedang goreng, dan masih banyak lagi.

Dari segitu banyaknya ragam jajanan pasar, kan kebangetan namanya kalau kamu nggak pernah nyobain satu saja. Eh, kalau belum pernah nggak ada salahnya lho kamu berkunjung ke pasar tradisional dan membeli jajanan pasar. Karena ini juga bagian dari budaya kuliner kita. Kalau nggak kita yang mencintai dan melestarikan, ya siapa lagi?

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: