Tips Menulis Novel

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Sebenarnya menulis novel itu menceritakan kisah yang kita ketahui dalam tulisan. Ada berapa banyak kisah yang kita ketahui, maka sebanyak itulah pula novel yang bisa kita tulis. Nah, caranya biar menulis novel itu gampang, bagaimana? Berikut ini tips triknya…

Mengerti apa yang dimaksud novel
Novel itu apa? Tulisan dengan materi fiksi atau sesuatu yang difiksikan (berdasarkan kisah nyata) yang terdiri dari 100-150 halaman. Bisa lebih menurut aturan masing-masing penerbit dan media.

Mengerti cara menulis novel
Bagaimana cara menulis novel? Novel terdiri dari deskripsi dan dialog yang disusun per paragraf-paragraf, per bab-bab hingga jadi satu kesatuan cerita yang utuh.

Caranya menulis dimulai dari IDE yang menarik. SINOPSIS yang rinci untuk MENGEMBANGKAN IDE dan menggambarkan KARAKTER TOKOH. Ikuti sinopsis untuk bisa membuat ALUR CERITA. Alur diolah menjadi ADEGAN-ADEGAN. Ikuti saja semuanya sesuai sinopsis dan selesaikan sampai tamat. PERBAIKI NASKAH sampai rapi dan enak dibaca.

Mengerti ide yang brilian
Ide yang brilian seperti apa? Yang familiar tapi tidak pasaran. Ada banyak novel yang sudah beredar dan diterbitkan. Jadi penulis mesti cerdas membidik sesuatu yang brilian, familiar tapi tidak pasaran. Tema apa saja boleh asal brilian. Tema cinta, tema religi, tema ilmu pengetahuan, dll. tapi pastikan dibidik dari sisi atau sudut pandang yang berbeda.

Mengerti unsur-unsur cerita yang istimewa
Apa unsur-unsur cerita yang istimewa? Sesuatu yang hanya ada di dalam novel yang kita tulis. Boleh settingnya, boleh karakternya, boleh dialognya, boleh deskripsinya, boleh kisahnya, dll. Apapun yang ada di dalam novel yang istimewa yang tidak dimiliki novel lain.

Mengerti pembagian cerita
Novel adalah satu kesatuan yang sebenarnya terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Sering disebut opening, inti, dan ending. Mainkan perasaan untuk membaginya. Porsikan bagian inti 50 persen, bagian opening dan ending masing-masing 25 persen. Pikirkan benar-benar bagaimana membagi hal ini.

Opening yang kelamaan juga bikin bosan. Ending yang terlalu cepat juga membuat jengkel karena terasa tiba-tiba. Biasakan membuat platform yang jelas, bab mana yang menjadi opening, inti, dan ending. Catatlah yang kita pikirkan, jangan diangan-angankan, karena pasti besok sudah lupa.

Tips Penting:

  1. Setia pada sinopsis. Jangan melakukan perombakan besar saat menulis.
  2. Jangan gampang menyerah saat menulis. Kalau bosan, tinggalkan. Kalau sudah fresh, kembali dan teruskan menulis.
  3. Jangan mengedit saat menulis. Kalau ada salah ketik, biarkan saja. Editing nanti kalau sudah kelar.
  4. Cari waktu dan tempat yang paling nyaman untuk menulis.
  5. Kalau novelnya perlu banyak referensi, pastikan referensi telah tersedia di dekat meja kerja. Kalau perlu post it bagian-bagian yang akan digunakan sebagai referensi.

Menulis novel berapa lama yang normal? 2 bulan untuk 100-150 halaman, dengan target 1-2 halaman sehari; dengan range waktu 30-60 menit per hari.

Bagaimana? Bukankah menulis novel itu gampang? Apa yang membuat ragu-ragu? Pikiran kita sendiri 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Pentingnya Disiplin Bagi Penulis

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

  1. Mendisiplinkan orang lain jauh lebih mudah daripada mendisiplinkan diri sendiri. Apalagi untuk menulis.

10-30 menit sebenarnya bukan waktu yang lama untuk menulis setiap hari. Namun toh untuk disiplin itu, sulitnya tidak terbantahkan.

  1. Sementara kita sudah membuat kerangka kerja, kalau kita tidak mau disiplin ya tetap saja naskah tidak jadi.

Disiplin diri ini tidak hanya ketika mulai untuk menulis. Namun dalam proses menulis pun tidak sedikit gangguan disiplin muncul.

Saya pun sering tidak disiplin, telat ini salah itu, tidak tepat ini itu. Toh tidak disiplin yang manusiawi tentu masih bisa ditolerir.

Dan setiap kali saya menyadari, itulah kemanusiaan kita. Disiplin harus dibangun dari diri kita sendiri.

  1. Berapa banyak penulis yang sudah memiliki kerangka kerja yang rapi dan sudah disepakati dengan klien, lalu ketika dalam proses penulisan menjadi mangkir dari draft. Itu terjadi karena dalam menulis, dia memikirkan lagi ini kalau begini mestinya begitu dan seterusnya. Lalu lupa pada kerangka kerja yang disepakati.
  2. Disiplin juga berkaitan dengan masalah revisi. Beuuuh, revisi naskah itu lebih melelahkan dan lebih memusingkan daripada bikin naskahnya.

Kalau anda sudah masuk industry penulisan, revisi adalah hal yang sebisa mungkin dihindari. Toh, tak ada karya yang “sempurna” tanpa revisi.

  1. Sekali anda tidak disiplin dalam revisi atau bahkan tidak merevisi, ya tidak apa-apa.

Naskah anda —kalau buku, mungkin tidak akan diterbitkan atau dipublikasi. Kalau scenario, mungkin direvisi orang lain dan anda tidak akan dipakai lagi. Sesimpel itu kalau di industry.

  1. Disiplin juga berkaitan dengan deadline. Selamanya dalam industry pasti ada yang namanya deadline. Kalau deadline 4 Oktober, sebenarnya itu pasti masih ada 7 Oktober. Namun jadi penulis lebih baik memiliki deadline pribadi. Kalau diminta 4 Oktober, ya deadline lah 1 Oktober.

Anda bisa istirahat satu hari, lalu tanggal 3 Oktober memeriksa salah ketik dan lain lain administrative, baru menyetorkan ke pihak yang berkaitan. Aman dan tenang.

  1. Disiplin juga perlu untuk masalah honor dan uang. Karena sudah terbiasa kerja tidak menentu dengan orang-orang yang sering kali baru juga; saya tidak terbiasa meminta uang muka.

Oke, begitu hitung hitungan disepakati dan naskah selesai, maka saya akan memberitahu klien untuk mengirim uang seluruhnya dan atau sesuai kesepakatan.

Baru naskah akan saya kirim dan proses revisi kami selesaikan. Jadi, tidak ada alasan kita tidak dibayar klien.

Kalau mereka tidak bayar, ya tidak apa-apa. Saya tidak mati karena orang yang mangkir janji.

Naskah bisa disetor untuk model kerja lainnya. Uang royalty yang sering tak seberapa, tetap harus dikelola dengan disiplin.

Karena kalau anda tidak peduli dengan yang sedikit, bagaimana anda bersyukur dan Tuhan akan kasih yang besar?

  1. Sejatinya penulis memang harus disiplin dalam banyak hal. Termasuk urusan kesehatan. Ketidakadaan jaminan dan kepastian semestinya membuat masing masing sadar, bahwa mengatur hidup sebaik baiknya adalah tugas yang tidak bisa dianggap ringan.

Namun kalau terbiasa ya mudah saja, lempeng saja. Tidak ada yang sulit kalau kita melakukan dengan kesadaran pribadi.

  1. Tanpa disiplin, ada peluang seperti apapun bagusnya anda tidak akan bisa memanfaatkan.

Karena peluang di industry penulisan selalu berkaitan dengan naskah yang jadi. Lah, kalau anda tak punya naskah jadi karena tidak disiplin, apa yang mau ditawarkan?

  1. Bukan ranah dan wewenang saya pula untuk mendisiplinkan anda. Karena sudah dewasa dan memiliki kesibukan yang berbeda.

Hanya perlu konsisten saja menulis itu. 10-30 menit setiap hari. Lalu naskah selesai.

  1. Tak usah ngotot seperti yang banyak dituntut mentor penulisan sehari harus menulis sekian halaman. Bahkan menulis ebook dua hari jadi, lhah itu menulis apa? Copas dari mana saja?

Nulis cerpen saja (6-10 hlm), dua hari belum tentu jadi. Terus disuruh pernyataan segala hari ini tanggal itu mo jadi penulis, lha yang begitu itu yo nggo opo kalau versi saya. Untuk apa itu?

Menulis bukan sesuatu yang harus dideklarasikan ke khalayak.

  1. Baru kalau anda sudah punya karya itu harus dideklarasikan ke mana-mana, agar mereka beli dan kantong anda gendut dengan royalty.

Bukan proses menulisnya. Bukannya apa-apa, bisa bisa justru ide ide anda yang dishare di public itu dicuri orang. Anda belum selesai tulis, yang setipe sudah beredar luas di pasaran.

Disiplinlah. Karena itu yang bisa menyelamatkan eksistensi sebagai penulis yang baik dan professional.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Menghitung-hitung Duit Orang 😃🙏

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Kalau naik mobil online itu, saya menyapa driver bentar, terus sibuk dengan gaweyan. Baca atau balas pesan HP. Kadang nonton scrolling sosmed. Hari ini drivernya beda. Orangnya ramah. Banyak cerita. Banyak tanya. Saya jawab seperlunya.
.
“Bu, gaji dosen itu pasti besar kan? Apalagi sudah doktor.” Saya tertawa, ingat gaji saya dengan ijazah S3 yang nggak mudah/murah itu “hanya cukup” mbayari transport PP 20-25 hari sebulan. Karena non keluarga, saya nggak ada tunjangan suami/istri/anak. Dengan beragam potongan gegara aturan bagi mereka yang nggak publikasi Scopus tiap semester, duit yang saya terima sebagai dosen makin mengkeret. Jadi ngerti, kenapa ada istilah gaweyannya sakdos gajinya saksen.
.
Kalau tidak ingat ibu, mungkin saya wes kabur gegara gaweyan administratif yang bikin pening. Untunglah saya survive sebagai penulis, gaji tidak terlalu jadi pikiran. Tapi kadang sakit hati, inget beban kerjanya menghabiskan waktu 😆😅🙏 Untunglah saya percaya bahwa rezeki itu sebesar usaha saya; saya tidak ambil pusing dengan gaji. Tugas saya do the best untuk semua tugas kewajiban.
.
Alhamdulillah rezeki yo tetep berlebih versi saya. Mo jadi dosen atau enggak, saya tetep menulis. Standar hidup “sederhana”, menyelamatkan saya dari masalah finansial.
.
Jadi dibilang gitu, saya tertawa. Pernah keras tertawa ketika tahu kakak saya kerja 30 tahunan sebagai dosen PNS gapoknya 5 juta an. Kebayang berapa yang dia terima saat baru jadi dosen.
.
Jadi, kalau kamu mau kaya ojo dadi dosen atau penulis. Ini kerjaan yang kudu belajar terus dengan beban moril nggak ringan. Lha saya bisanya nulis, njur arep piye maneh. Pokokmen apapun itu, harus bersyukur biar si merah Soekarno Hatta terus berdatangan bersama teman temannya 😁🙏
.
Tahu tahu si driver bilang, “Bu, beli saja tanah saya. Ke UGM 15 menit, ke UPY ya 15 menit.” Lalu mendetailkan data, harga, surat-surat.
.
Saya tertawa. “Kan Pak, ternyata lebih banyak duit bapak daripada saya. Ada toko, rumah kos, kontrakan, sawah, tanah, pensiunan. Emang paling enak itu, menghitung-hitung duit orang lain.”
.
Kami pun tertawa lagi. Yach hidup, sawang sinawang.🙏
.

Please follow and like us:

Segala Sesuatu Ada Ilmunya

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Kalau baca berita sekarang ini kok kening saya (sering) berkerut ya. Akal logis saya rasane jungkir balik. Mungkin otak saya yang nggak nyambung untuk mengerti kerumitan berbahasa para awak media dan juga banyak pejabat negara sekarang ini.

1. Indonesia yang seperti “diobrak-abrik” dengan narasi yang bikin mumet. Saya sampai geleng-geleng, yang bener mana yang hoax mana. Mungkin saja nanti emas di Monas diragukan keasliannya njur “dicek” dan “diturunkan” untuk “dimurnikan” 😂🤣

2. Pengusiran warga Rohingya dengan beritane sungguh beragam. Termasuk aneka virus ajaib baru yang muncul dengan beragam kontroversinya. Dari azab sampai bermacam hoaxnya hilir mudik di berbagai lini berita.

3. Beragam berita pilpres pun bikin saya mikir. Ini tenanan, hoax, atau pencitraaan atau apa. Entahlah. Saya tidak mengerti dan jadinya kadang malas mengikuti.

4. Beragam berita lainnya yang macem-macem. Yungalah di sosmed, emak dasteran bolong bae jadi berita 🤣 Sampai saya kudu mikir, ini hoax atau bukan. Bener atau enggak. Membaca berita tidak lagi bikin nyaman hati. Mau respon saja mikir, ngeshare apalagi 😁😅

5. Kalau dulu baca itu jendela ilmu, sekarang baca pun kudu pake ilmu. Kalau enggak, semua berita akan kamu telan mentah-mentah dan kamu akan jadi penyebar hoax paling masif. Hati-hatilah membaca. Pikirkan. Crosscek. Kalau dirasa tidak bener, tidak penting; hentikan sampai dirimu saja.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kenapa Tulisan Saya Nggak Pernah Selesai?

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Pertanyaan lain yang paling sering saya terima, “Mbak Ari, kenapa tulisan saya nggak pernah selesai? Ada banyak naskah “tidak jadi”, “nanggung” di laptop saya.”

Berikut ini beberapa sebab naskah tidak selesai dan solusinya.

1. Tidak fokus, banyak lomba menulis yang menggoda.
Solusi: fokus pada satu kerja sampai selesai. Pilih program yang paling realistis.

2. Saat menulis, dapat ide baru yang dianggap lebih keren.
Solusi: catat ide tersebut, lalu tutup file, dan lanjutkan menulis.

3. Tidak punya waktu karena kesibukan jadi sangat luar biasa.
Solusi: menulis saja rutin, setiap hari 10-30 menit.

4. Ketakutan karena menulis lalu dianggap sok pintar.
Solusi: tulislah yang paling sesuai dengan bidang anda.

5. Perfeksionis sejati, merasa selalu kurang.
Solusi: yakinkan diri menulis yang terbaik.

6. Selalu membandingkan dengan karya penulis lain.
Solusi: berhenti membandingkan dan tulislah sesuai gaya anda.

7. Tidak percaya diri, merasa tulisan buruk terus.
Solusi: terima kemampuan menulis anda dengan syukur dan terus belajar.

8. Menulis hanya perlu orang berbakat dan luar biasa.
Solusi: sadarilah menulis hanya perlu membiasakan dan berlatih.

9. Merasa tidak ada hal baru.
Solusi: sadari bahwa tulisan hanyalah “olahan” dari yang sudah ada.

10. Godaan sosmed, telepon, dan fasilitas komunikasi.
Solusi: saat menulis, matikan itu semuanya dan pilih tempat yang tenang.

Mudah-mudahan membantu menyelesaikan tulisan anda. Ingat, dalam hal tulisan, yang kita jual adalah tulisan yang sudah SELESAI, bukan OMONGAN atau RENCANA tentang tulisan anda. Jadi, pastikan tiap naskah “selesai” agar anda bisa memiliki banyak karya.

Happy Writing, Be A Good Writer
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Rezeki Itu Yang Kita Nikmati ❤️🙏

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Saya tadi mau gawe olahan sayur. Ingat sudah pernah menyiapkan sepaket-paket dalam wadah tupperware. Bhadalah…
kok wes membusuk 😂😆

Awalnya sih saya beli aneka sayur, njur saya bersihkan, masukkan kotak-kotak, baru masuk kulkas. Maunya saya masak tiap hari. Sekurangnya untuk mengurangi gaya ketergantungan saya pada pesan makan online, yang belakangan charge app dan ongkirnya kok rada nggak masuk akal (kalau nggak boleh dibilang mihil).

Rencana ya tinggal niat. Begitu deadline mendera, pesan online jelas ndak pake ribet di dapur 🤣 dan pas saya lagi pingin gawe dhewe, ternyata sayurnya wes ajur busuk ndak selamet ini sayur mayur 😃

Lalu saya ingat nasihat, rezeki itu yang
kita nikmati. Ya benar 😃 Sayur itu bukan rezeki saya. Rezekine si tukang sayur
tempat saya beli pesan sayur plus bumbunya.

Harta pun kalau nggak kita nikmati ya bukan rezeki. Rumahmu boleh sepuluh. Mobilmu boleh berderet-deret. Tapi pasti rumah yang kamu tinggali yo satu. Mobil yang kamu pake yo jelas siji. Bukumu boleh berderet lemari, kalau ndak kamu baca; jelas bukan rezekimu. Bajumu boleh berbanyak lemari; pasti nggak mungkin semuanya kamu tumpuk pake di badanmu kayak toko berjalan kan🤔🤣

Intinya, kita sering serakah. Nyari dan numpuk
ini itu, njur malah ndak sempat menikmati 🤣
Jadi benar ibu saya, ada makanan berlebih yo cepet dibagi kiri kanan. Besok ndak ada, ya dipikir besok. Baju, kain, ikan, telur, sembako pun dibagi kiri kanan. Dan anehnya, semua tetap berlimpah di rumah ibu saya. Ada saja yang datang mengirimkan; selain tentu telur dan ikan. Itu hasil ternak ayam dan ikan, ibu urus di halaman rumah 💖

Mati pun kamu ya ndak bawa itu semua harta benda. Tapi juga jangan sampe semangat berbagi lupa diri sendiri. Intinya seimbang, secukupnya saja. Biar ndak banyak hal mubazir dalam hidup😃

Kadang-kadang di tengah deadline kok saya yo malah rada bijak begini. Mungkin otak saya sudah terlalu panas mikirin paragraf demi paragraf yang harus saya tulis. 🙈🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Catatan Saya Tentang Soul Reflection

Saya dengan Bunda Arsaningsih. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Bersih Hati, Bersih Jiwa 😍 Soul Reflection (SR). Program ini sekarang tidak terpisah ya untuk pelaksanaannya. Dijadikan satu dalam rangkaian workshop yang disebut Workshop Soul Meter (WSM). Jadi kalau Teman-teman ikut workshop Soul baru-baru ini, mungkin ceritanya akan beda dengan pengalaman saya.

Ini kisah saya pas ikut program SR
di Jogja. Semoga bermanfaat bagi
Teman-teman 😍 Sabtu pagi, 2 Feb 2019 saya ikut program SR di Jogja. Saya hanya pingin ikut. Karena pas di Belitung, ada sesi Bunda Arsaningsih mengajarkan gerakan singkat dan ringan untuk melemaskan bahu yang kaku pegal kalau kebanyakan duduk menulis.

Di program ini diberikan teori dasar dan implementasi SR. Saya jadi lebih memahami diri saya. Saya happy dan tenang. Menurut
ukur pikiran, dalam 13 detik otak saya sudah tenang, anteng, meditasi. Hitung kebahagiaan dalam rate 1-10 saya berada di 8. Bahagia 😃
Itu sebelum pembersihan lho 🤗 Jadi, hidup saya memang menyenangkan, happy, sehat, sejahtera, baik dengan sesama dan insyaallah taat pada Tuhan 😍😍

Pas sesi pembersihan, saya baru sadar ada banyak sekali kemarahan, kejengkelan, kesedihan, kekecewaan yang menumpuk sedari belia. Terhadap ayah ibu saya, saudara kandung, ipar ipar, keponakan hingga kakek nenek om tante bude pakde, sepupu, sahabat, teman, relasi, orang-orang yang saya kenali dalam berbagai urusan. Ya sudah saya memaafkan dan meminta maaf atas segala ketidaknyamanan itu. Berat banget dan berasa itu lho diangkatnya dari tubuh jiwa saya.

Yang paling sulit adalah sesi memaafkan dan minta maaf kepada orang terkasih, pasangan hidup, dan anak anak. Saya menolaknya. Saya sudah malas mengurusi soal pasangan hidup. Terlalu banyak luka, tidak percaya pada cinta. Bahkan 6 bulan terakhir, saya berlaku sangat menjengkelkan dan berusaha membuat marah orang yang baik sekali pada saya. Pokoknya ngeselin deh🙈 Biar dia nggak senang dan saya nggak sampe jatuh cinta berujung luka pedis😆😅

Pembersihan batin itu dipandu oleh Bunda Arsaningsih. Saya menolak memaafkan dan minta maaf. Lha kok, Bunda Arsaningsih
masih saja terus menyuruh minta maaf dan memaafkan. Mungkin dasar hati saya baik
juga 😎😍 jadi saya yo nggak mau menyusahkan orang. Dia baik tapi saya menjengkelkan tentu mengganggu hidupnya. Ya sudah, perlahan sekali saya meminta maaf dan memaafkan.

Saya merasa ada banyak lagi beban yang diangkat dari bahu jiwa saya. Masih ada beberapa jeda dalam sesi pembersihan, saya melihat cahaya yang terang dan kilasan masa depan saya 😍❤😇

Dan ketika membuka mata, saya limbung. Pusing banget. Dokter Rastho bilang, biasanya itu sebentar saja. Esok sudah pulih. Baiklah. Pulang saya merasa ngantuuk sekali, tapi masih sadar.

Sampai rumah saya menelpon orang yang sudah saya buat jengkel selama itu. Biasanya jangankan menelpon, dia telpon sj bisa ntar-ntar saya angkatnya, WA balasnya bisa 2×24 jam 😂🤣🙈 Kalau nggak saking sabarnya dia, mungkin sudah tidak peduli lagi sama saya😅

Eh tapi malam itu berubah lho, saya baik-baik saja. Tenang, nggak marah, nggak kesal. Kami bisa bercerita macam-macam, tertawa bersama. Lama sekali 😁 Saya sudah bisa menerima kehadirannya, tidak mengganggunya lagi dengan energi negatif. Tiba-tiba saya berdoa dia juga salah satu takdir baik untuk saya. 😍😍 *Dan ya ternyata bukan orang yang harus menetap di hidup saya 😃🙏

Ternyata pembersihan masih berlangsung. Bangun pagi karena adzan Shubuh, tubuh saya lemas luar biasa. Hari Minggu itu, saya buang air besar 12 atau 13 kali dengan range jarak 2 jam an. Terjawab sudah pertanyaan ke dokter, kenapa perut saya keras meski tidak ada pasokan makanan. Dokter bilang tidak apa, saya tidak sakit. Ya itu isinya kotoran membatu karena hati yang kaku. Sekarang perut saya sudah lunak seperti orang normal.

Hari Senin saya masih lemas. Pembersihan terus berlangsung. Saya ketakutan. Pas haid, darah tidak lagi merah. Tapi hitam bergumpal gumpal dan banyak sekali. Saking takutnya, saya menelpon dokter langganan dan dibilang kalau tidak sakit, tidak apa. Teringat hari Minggu, saya pikir ini juga kotoran tubuh menahun yang sedang dikeluarkan. Jadi lebih tenang.

Selasa sore Dokter Rastho memforward pesan-pesan dan saya bilang tubuh saya lemas 2 hari, tanpa cerita di atas. Lagi-lagi katanya tidak apa-apa dan malah menyarankan meditasi harian. Ya memang lebih ringan.

Rabu pagi, saya bangun dengan tubuh fresh dan jiwa yang lebih bugar. Nggak ada lagi keinginan marah, kesal, jengkel, atau sedih. Saya berdoa hidup saya lebih sehat, baik, happy, makmur, semakin bersyukur dan taat pada Tuhan 😍😍 Eh iya, sepanjang hari ini ada banyak sekali kabar baik. Alhamdulillah 😊🤗

Terimakasih Bunda Arsaningsih dkk Soul. 😍
Teman-teman coba ikut program WSM, meski hidup kelihatan baik baik saja. Soalnya beban hati dan jiwa itu nggak terdeteksi medis klinis dan baru ketahuan dengan metode Soul Meter (SM).

Hidup saya luarnya yo baik baik, tapi ternyata di dalam ada banyak beban hati dan jiwa yang perlu dilepaskan. Sekarang siy sudah lebih nyaman. Tubuh ringan banget dan berasa plong sekali 😍

Hidup di dunia memang penuh masalah, tapi kita harus bahagia untuk menemukan surga di kehidupan yang abadi.

Ari Kinoysan Wulandari
Be happy be productive.

Please follow and like us: