Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Ini cerita lama. Tapi kalau ingat lagi, saya kok ya geli gimana gitu. Orang sekolahan ternyata belum tentu terdidik dengan baik.
Beliau selalu mengaku kepada saya
dan (mungkin) kepada orang lain,
soal pendidikannya yang dapat dua
doktor sekaligus dan kehidupannya yang termasuk makmur.
Kadang-kadang beliau “mencela” saya
yang dianggap menulis sekedarnya;
“mencela” saya pula karena peduli duit
recehan tak seberapa dari kelas-kelas
Griya Kinoysan University yang saya dirikan dan saya kelola. Kadang-kadang pula “mencela” cara dagang buku saya yang dianggapnya tidak elit.🙏
Sebagai kepatutan karena beliau penulis senior profesional yang ngakunya dibayar puluhan juta dan jadi pembicara di mana-mana itu —saya hanya mengiyakan kehebatannya, dan tidak protes dengan celaannya. Saya tahu, nilai prioritas dari segala sesuatu yang saya kerjakan.
Saya tidak harus mendebatnya. Saya tahu apa yang dicelanya itu tidak benar. Saya yang menghitung dengan pasti berapa uang yang dihasilkan dari pekerjaan yang
dianggapnya remeh temeh.
Beliau mungkin lupa, saya ini penulis yang dididik dan dibesarkan di lingkungan universitas terbaik, lama menulis di media, lama bekerja di penerbitan solid, lama menetap di PH yang sangat industrialis kapitalis; lha kok cuma diomongbesari soal bayaran penulis dan gelar pendidikan.
Ealaaah, lha kok jebulane ujung-ujungnya cuma mau ngutaaang 🤣🙈
*Pingin saya teriakin, Situ Waras 🤔🤣
Ari Kinoysan Wulandari