Cinta Di Antara Kami
30 Hari 1 Naskah
0 Komentar
Workshop dan Webinar 2022
Tahun 2022 ini saya sudah mengawali kelas dengan webinar. Selain itu, nantinya pada bagian ini akan saya posting kegiatan workshop dan webinar.
Topic: Talkshow : Herbal Jawa | Ramuan Tradisional Asli dari Nusantara
Time: Jan 19, 2022 01:30 PM Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/81939760342…
Meeting ID: 819 3976 0342
Passcode: 123456
Bagi yang ingin mengulang ulasannya bisa ngecek di sini: https://www.youtube.com/watch?v=0mS8xAU8wmk
Transferan Satu Milyar :)
Pada saat saya menyusun list keinginan 2022, lho kok daftarnya jadi panjang banget. Ada sekurangnya 25 point yang mau saya beli dan lakukan di tahun 2022. Buanyak karena biasanya mung 7 s/d 10 point. Dan karena list panjang, budgetnya pun ikutan besar. Wah, bisa satu milyar sendiri kalau diturutin semua keinginan ini.
Dari banyak list itu, yang teringat banget pingin beli rumah di dekat kampus tempat kerja saya. Radius maks 500 meter, biar kalau pulang pergi saya bisa jalan atau lari saja. Sudah ada yang nawarin, harganya 750 juta. Bikin saya antara pingin dan mundur. Pingin karena jaraknya dekat kampus, tanahnya cukup luas muka belakang masih bisa buat berkebun dan beternak. Masih mundur karena duitnya belum ada… hahahaha…. Jadi tahu kan, kenapa dari 25 list budgetnya bisa 1 milyaran lebih 🙂
Saya santai saja, namanya juga keinginan. Malah kalau nggak punya keinginan, kita seperti sudah mati dalam hidup. Keinginan itu bukan kebutuhan, tapi bisa memotivasi kinerja dan output produktivitas kita. Kalau kebutuhan saya, alhamdulillah semua sudah terpenuhi. Kalaupun ada yang belum saya punya, sudah ada atau ketemu solusinya.
Saya tersenyum bae melihat list tersebut, dan membatin, “Ini ya Allah rincian yang saya minta. Penuhi dengan caraMu yang selalu ajaib. Amin.” Dan yo wes, saya taruh saja. Paling tiap pagi pas mau kerja, saya lihat dan baca lagi. Berharap satu per satu akan dicoret dari list karena sudah terpenuhi.
Januari juga baru beberapa hari. Masih ada 12 bulan kurang beberapa hari untuk Tuhan membuat cara. Saya tidak tahu caraNya, tapi saya tahu mencatat dan meminta kepadaNya. Biarkan saja Allah dengan Semesta Raya mengatur pengirimannya kepada saya.
Eeh, lha kok kemarin di grup keluarga, pas bahas iuran keluarga —kami bersaudara sudah sejak lama punya kewajiban iuran bulanan. Besarannya tidak banyak. Namun itu sangat membantu untuk aneka keperluan; kalau pas ada acara besar dadakan bisa diambil, untuk invest tanah dan kebun yang terus ada duitnya, dll keperluan rame-rame. Tapi intinya, sebenarnya melatih kami semua untuk tetap menabung dalam situasi apapun.
Ipar saya bertanya apakah suaminya (saudara ke-4 saya) sudah lunas sampai Januari. Yach, seperti iuran apapun, tetap ada aja yang sok nunggak. Saya pun kalau pas nggak ada duit ya kadang nunggak 🙂
Karena di rincian sudah ada, saya ikut menjawab: sudah lunas sampai Januari 2022, tapi kalau sampai Januari 2023 belum.
Lalu kok berbalasnya lucu, “nanti kalau pendapatan 1 bulan 1 Milyar, langsung dilunasi sampai Januari 2023, Mbak.”
Saya masih nggak inget tentang 1 Milyar itu jumlah dana yang saya perlukan kalau mau semua keinginan saya di 2022 terpenuhi. Membalasnya singkat, lha kalau rutin setoran tiap bulan ya nggak perlu sampai 1 Milyar wes ringan.
Lah kok saudara saya ke-3 malah menyahut, “Bulan kemarin transferanku sudah sampai 1 Milyar lho…. Tapi ya numpang lewat doang.” Lalu dia mengirimkan foto bukti transfernya.
Transferan 1 Milyar 🙂
Saya lalu bilang, pinjem fotonya dan minta duitnya biar nanti tinggal di rekening saya. Tidak numpang lewat doang. Dia pun tertawa.
Istrinya (ipar saya) nyambung kalau suaminya sombong, dari duit segitu dia kalau dikasih 16 juta aja sudah senang.
Saya menimpali ipar saya, kok sedikit sekali mintanya. Kalau saya mintanya satu: saya minta semuanya 🙂
Kami pun tertawa. Karena versi ipar saya, dari duit segitu banyak, suaminya pun tidak banyak uangnya. Yach, karena uang kudu didistribusikan, dikirimkan ke pihak-pihak yang berwenang menggunakan uang tersebut.
Tapi bagi saya, ini seperti pertanda baik. Serasanya Allah ngajak ngomong saya: “Tenang Ari, nanti waktunya tiba pasti Aku (Allah) penuhi keinginanmu.”
Berasa begitu lho di hati saya. Karena nggak ada yang tahu sama sekali, kalau saya memikirkan jumlah itungan keinginan saya itu sekitaran 1 Milyar. Nggak ada yang tahu list keinginan saya yang superinci untuk 2022.
Berdasarkan keinginan rinci saya di 2021, Allah justru memudahkan banyak hal dengan cara yang masyaAllah, memikirkan saja saya tidak bisa. Mengangankan pun tidak terbertik di pikiran. Jadi, untuk 2022 saya belajar enteng saja mencantumkan list keinginan. Tersenyum happy seolah semua sudah dikasih aja.
Kalau keinginan kan kita nggak boleh ngotot. Terpenuhi alhamdulillah, belum terpenuhi ya tetap alhamdulillah. Kalau kebutuhan, nah itu anda harus berjuang agar survive. Karena kalau enggak, dampaknya akan ke mana-mana dalam keseharian kita.
Bermohon Tuhan yang Kuasa mengabulkan dengan caraNya yang ajaib. Karena tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Dan ya, tiba-tiba saya inget cerita kawan kemarin.
Ini suami istri sedang menempuh S-3 pada waktu itu (sekarang sudah lulus semua). Dua anaknya ya sudah besar, si bungsunya saja sudah SMA waktu itu. Lha kok, tidak ada angin tidak ada hujan, tahu-tahu sang istri hamil di usia yang menginjak 50 an tahun saat mereka baru selesai S-3.
Padahal dulu, sempat pingin sekali punya anak lagi perempuan. Biar rumah ada anak laki-laki dan perempuan. Tapi sampai anak bungsu SMA, tidak pernah ada tanda-tanda kehamilan lagi. Ya wes pasrah, nyatanya juga sudah punya dua anak laki-laki.
Lalu si calon anaknya itu bagaimana? Lahir bayi perempuan dengan selamat dan sekarang masih awal SD. Kalau diantar bapaknya, si anak ini selalu tidak mau dekat-dekat karena nanti dibilang cucunya 🙂 Betapa ajaibnya Tuhan kalau sudah berkehendak.
Kamu belum bikin list permohonan untuk 2022? Nggak ada kata terlambat kok. Bikin aja. Tulis aja apa yang kamu inginkan, lalu biarkan Tuhan mengaturnya dengan kerja Semesta yang selalu tidak bisa kita pikirkan.
#kinoysanstory #happylife #happywriter #produktif #semangat #keinginan #transferansatumilyar
Ari Kinoysan Wulandari
Fokus Merampungkan Tulisan
Menulis itu memiliki tantangan tersendiri. Terlebih menulis naskah yang panjang. Perlu materi, sarpras, waktu, energi, konsentrasi, dan suka cita yang melimpah. Tanpa dukungan yang prima, menulis panjang bisa jadi hanya impian yang sulit untuk diwujudkan.
Jangankan bagi mereka yang tidak berprofesi sebagai penulis, mereka yang penulis profesional pun (tidak selalu) mudah merampungkan naskah. Godaan, gangguan, dan tantangannya saat proses menulis itu beragam. Apakah deadline tidak bisa membantu? Tenggat waktu sangat mendorong seseorang bekerja cepat, tetapi tidak selalu dalam hal merampungkan penulisan.
Oleh karena itu, kalau sudah memutuskan untuk menulis panjang: misalnya 500 halaman, sudah memiliki gambaran materi, sudah menyiapkan materi secara keseluruhan, deadline sudah ada, sarpras sudah memadai, waktu dan energi prima, lakukan saja. Segera menulis. Tidak perlu berencana nanti, besok, dll.
Tulip Merah
Menulis dengan fokus merampungkan. Tidak usah menoleh-noleh. Tidak usah berpikir ini baik atau buruk, cocok atau tidak, sesuai dengan standar kelayakan tulis atau belum, dll. Berhentilah memikirkan tentang “kualitas” saat menulis draft pertama. Rampungkan secepat mungkin yang anda bisa.
Setiap orang punya waktu sama, 24 jam per hari. Namun kesibukan dan problematika kehidupannya berbeda. Anda wajib tahu, berapa alokasi waktu yang anda sediakan untuk menulis setiap hari demi tujuan anda. Kalau sudah ketemu besaran waktu dan saatnya, tetaplah menulis di jam yang sama. Ini biar naskah anda segera rampung.
Singkirkan semua gangguan yang mungkin terjadi pada saat anda menulis. Baik itu sosmed, telepon, keriuhan, anak-anak, cucu cicit, keributan tetangga, suara berisik pembangunan komplek, dll. Anda yang tahu, anda yang bisa mengatasinya.
Bila naskah sudah rampung, rasa lega akan memenuhi hati dan jiwa anda. Tidak peduli kualitasnya masih jauh dari harapan, tapi naskah itu sudah selesai. Anda bisa mulai memperbaiki, membenahi, menambah mengurangi, mengecek kesalahan-kesalahan, dll yang anda rasa harus diperbaiki.
Di sinilah objektivitas anda diuji. Anda harus bersedia mengatakan oh, bagian ini kurang dalam; bagian itu kelebihan; ini karakternya kok tahu-tahu hilang; ini dialognya kok kepanjangan; dst. Kalau hati anda terbuka; saya yakin anda bisa memperbaiki naskah semaksimal mungkin.
Kalau tidak bisa objektif dan merasa tulisan sudah terbaik, bagaimana? Cari aja editor freelance untuk memeriksa dan memberikan masukan. Yach, ini berbayar siy. Tapi saya yakin, menggunakan jasa editor justru bisa menambahkan masukan dan perbaikan yang lebih banyak daripada kita sekedar membaca secara mandiri.
Bagi anda yang memerlukan jasa editor freelance yang baik dan terpercaya dengan harga terjangkau, bisa wa.me/6281380001149. Saya akan menghubungkan anda dengan para editor freelance yang kerjanya cepat, praktis, dengan hasil sangat prima.
Tulip Ungu
Atau kalau anda tidak mau membayar editor, sekurangnya carilah first reader yang anda percayai pendapat dan masukannya. Minta mereka membedah karya anda untuk diperbaiki. Tentu ini tergantung dari masing-masing penulisnya ya. Ada penulis yang merasa cukup dengan editing pribadi atau self editing. Namun ada yang merasa perlu ada pihak lain yang membantu, selain pertimbangan objektivitas ya karena ada dana yang tersedia.
Lalu bagaimana kalau sudah mendapatkan masukan? Putusan revisi atau perbaikan ada di tangan anda. Mau anda revisi atau tidak, itu hak anda. Tapi kalau dari awal anda sudah meniatkan cari masukan, yo diperbaiki to. Percayalah, pembacaan orang lain sering lebih baik daripada penilaian versi kita. Santai santai saja. Memperbaiki memang perlu waktu yang sering lebih lama daripada proses menulisnya. Kalau ini menjadikan buku bestseller dan bisa merambah ke mana-mana, ya kenapa tidak.
Kalau sudah beres, selesailah sudah naskah anda. Sekurangnya anda punya satu naskah yang oke. Siap diperjualbelikan. Siap diperdagangkan. Entah itu mau anda publish ke media, penerbit, atau versi lain sesuai keperluan. Anda sudah bisa tenang. Kalaupun ada program publish harian, anda sudah punya naskahnya dan tidak perlu ngos-ngosan setiap hari.
Salam kreatif,
#happywriter #happylife #tipsfiksi #tipsproduktif #arikinoysantips
Ari Kinoysan Wulandari
Apakah Menulis (Harus) Sunyi?
Pertanyaan tentang penulisan yang saya terima, sering beragam dan kadang-kadang di luar dugaan. Apa yang menurut saya wajar, bagi orang lain bisa jadi tidak demikian. Segala sesuatu yang saya anggap biasa, bagi orang lain ternyata tidak begitu. Seperti pertanyaan ini; mengapa saya tidak pernah memberikan informasi kapan mulai bekerja (menulis), proses kerja selama penulisan, dan tahu-tahu jadi? Apakah menulis harus sesunyi itu?
Kapan saya mulai bekerja, ya pasti yang tahu saya dengan pihak yang berkaitan. Apakah waktu ini, jenis pekerjaan penulisan, harus saya share ke sosmed? Tentu tidak. Banyak orang menganggap saya bebas posting, artinya bisa banyak hal saya share di sosmed termasuk remeh temeh urusan pribadi —selama menurut saya tidak akan menimbulkan problem (paling-paling dijulidin), ya tidak apa-apa. Tapi sebenarnya saya termasuk orang yang sangat hati-hati menshare sesuatu di sosmed.
Terlebih kalau berkaitan dengan hal yang masih “samar-samar” , “rahasia”, “belum pasti”, “belum jelas”, “tidak mengerti detail”, ya lebih baik sunyi. Termasuk kapan saya mulai bekerja. Karena itu berkaitan dengan waktu penyelesaian tulisan. Percayalah, waktu penyelesaian penulisan itu bisa mulur mungkret tergantung banyak hal di lapangan . Terlebih saya tidak mau ditanya, kerjaannya apa, ini itu nya bagaimana —yang malah menambah pikiran. Penulisan sering membutuhkan konsentrasi ekstra tidak terganggu hal-hal yang tidak berhubungan.
Proses penulisan seperti apa, saya rasa semua penulis sudah tahu. Bahkan kalau mereka bukan penulis pun, saya yakin mereka mengerti bahwa proses menulis itu tidak cukup gampang. Jadi, yach saya biasanya menshare proses menulis kalau sudah selesai. Termasuk dalam penulisan biografi terbaru, ya saya ceritakan atau share saat wes rampung. Anda bisa melihat dalam catatan saya sepuluh seri untuk membacanya. Lengkap dari awal kerja, negosiasi, harga, wawancara, proses menulis, tantangan, publikasi, sampai kesan saya.
http://arikinoysan.com/blog/2021/12/15/biografi-rektor-uns-1/
Silakan merunut link tersebut sampai bagian yang ke sepuluh 🙂 Saat buku sudah publish atau karya sudah tayang, wes tidak rahasia lagi kalau saya ditanya ini itu. Tidak ada kekhawatiran materi akan diambil, dishare tanpa bertanggung jawab, dll penyalahgunaan yang bikin nyesek serasa asma akut. Hak ciptanya sudah ada. Tidak menutup kemungkinan dari comot-comot copas, pembajakan; tetapi sekurangnya perlindungan kekayaan intelektual sudah dilakukan sesuai prosedur hukumnya.
Bahkan, saking hati-hatinya saya berkaitan dengan data tulisan; pada saat proses meminta pengantar biografi dari petinggi-petinggi negara pun; saya dengan tegas meminta pada Sekretaris Rektor untuk mengirim dalam versi cetak bersegel. Demi menghindari kebocoran yang mungkin terjadi pada saat proses pembacaan.
Sudut Sunyi, Belitung
Jadi, kalau saya lebih suka menshare segala sesuatu pas karya wes jadi; ya karena share inilah yang aman. Share ini justru bagian dari promosi. Proses kerjanya sudah berlalu. Sudah dilewati. Sudah selesai. Tidak lagi ada rahasia darinya yang khawatir diambil orang.
Bagi yang tidak sepakat, ya tidak apa-apa. Setiap penulis punya gaya dan cara kerja yang berbeda-beda. Saya sudah sedari belia berada di dunia kreatif. Industri ini rawan sekali “pengambilan secara paksa”. Dan kalau belum ada hak cipta sebagai klaim absolutnya, semua bisa ambyar sia-sia.
Sebagai contoh saya gambarkan; ketika saya dan tim sedang menggarap persiapan sinetron (sudah hampir 80%) untuk memulai; beberapa orang tim kreatif lapangan menghadiri acara pesta dan makan-makan. Lalu orang dari PH lain bertanya asal, “Nggarap apa?” maksudnya sedang mengerjakan proyek apa. Dengan enteng mereka ini menyebut judul ABCDE. Pesta berakhir. Semua pulang pesta seolah tidak ada apa-apa yang terjadi. Tahukah anda kehebohan yang terjadi selanjutnya?
PH sebelah sudah langsung memasang slot tayang di TV dengan judul yang sama. Tiga hari kemudian tayang. Dan kami yang sudah siap-siap berbulan-bulan ini? Tidak bisa mengklaim bahwa itu milik kami, judul yang kami persiapkan. Produser saat itu begitu murka. Pemecatan besar-besaran dari kalangan tim kreatif lapangan dilakukan hari itu juga. Semua orang yang semeja saat makan-makan itu dipecat tanpa kompromi.
Dan selanjutnya Produser mencantumkan di dalam klausul kontrak kerja; baik untuk artis, tim kreatif, tim lapangan, karyawan kantor, dll yang bekerja di PH itu tidak boleh menyebutkan apapun tentang pekerjaan yang sedang dilakukan sebelum rilis resmi dari PH. Siapa saja yang melanggar, dikenai sanksi perdata dan pemecatan langsung.
Itu adalah pengalaman pahit bagi saya, meskipun saya tidak terlibat. Saya lho sudah bekerja berbulan-bulan demi mempersiapkan tayangan itu. Dan lebih pahit lagi ketika ternyata tayangan itu menjadi the best five hampir selama masa durasi tayang 5 tahun nonstop. Nyeseknya tidak hanya seperti orang kena serangan asma akut.
Pengalaman itu mengajarkan saya untuk lebih hati-hati. Apalagi zaman sosmed begini. Sekali sesuatu sudah ada di sosmed, saya menganggap larinya tidak bisa dikendalikan lagi. Kita tidak pernah tahu siapa saja yang mengaksesnya dari seluruh dunia. Lebih baik diam, daripada menyesali sesuatu di belakangnya nanti. Lebih baik nonstatus di sosmed; daripada menulis atau memposting sesuatu yang akan meribetkan banyak orang.
Semoga memberikan tambahan sudut pandang. Berbeda adalah fitrah kita. Termasuk dalam tata cara kerja. Jangan mempertanyakan cara kerja orang, kalau anda tidak sedang mempekerjakan dan membayarnya dengan sangat layak.
#happylife #happywriter #carakerja #sunyi #arikinoysantips #kinoysanstory
Ari Kinoysan Wulandari