Pesan buku ini bisa ke andipublisher.com atau wa.me/6281380001149.
Kita tidak pernah benar-benar tahu karakter seseorang, sebelum berurusan masalah uang dengannya. Kita juga tidak pernah benar-benar tahu kebiasaan buruk seseorang, sebelum kita tinggal serumah, tidur seranjang dengannya.
Oleh karena itu memilih klien untuk bidang jasa penulisan, ya boleh dibilang sulit sulit gampang. Gampang gampang nggak mudah. Karena tiap klien beda pendekatannya. Beberapa hal ini bisa jadi pertimbangan.
Jadi ghostwriter atau menulis biografi memang jalan cepat dapat duit banyak dari menulis. Tapi ya ini dapatnya nggak selalu mudah. Cari kliennya sulit sulit gampang.
Tapi kalau sekali dapat, biasanya terus saja. Nah, saya tidak tahu bagaimana cara memilih klien untuk ghostwriter atau biografi, karena setiap kali beda orang beda model pendekatannya.
Yang jelas kalau manajer saya oke, umumnya saya oke saja. Tidak banyak keribetan. Baru kalau manajernya setengah yakin setengah enggak, saya perlu bertemu dan bisa lihat niy orang masalah apa enggak.
Eh yang namanya masalah klien itu nggak cuma urusan sulit atau tidak bayar lho. Klien beribet revisi bongkar bongkir materi itu juga problem. Klien sulit diajak kompromi, itu juga keribetan.
Jadi dalam model kinerja apapun, yang berkaitan dengan ghostwriter dan biografi, pastikan anda senang orangnya, senang materinya, asyik duitnya juga. Kalau tidak, jangan memaksakan nanti makan hati; bisa langsing mendadak 😂
Ada model model klien yang tidak terduga yang mungkin tidak saya kenali. Tapi kalau sepanjang semua oke oke saja, ya tidak apa. Meskipun mungkin ada banyak karakter orang yang tidak seide dengan pikiran saya.
Yang penting Teman-teman, jangan terima klien karena terpaksa. Sengsara nanti. Karenanya kalau jadi penulis harus bagus mengatur keuangan agar tidak ada alasan terima klien semata mata karena uang.
Penulis itu bukan tukang ketik. Anda harus pake otak; pikiran, hati, energi waktu dll yang tidak sedikit. Kalau nggak senang nggak ikhlas, percayalah anda hanya akan terbebani 2x atau 3x dari energi yang semestinya sudah cukup untuk merampungkan satu buku. Jadi pilih pilih klien itu penting agar oke semuanya.
Pake intuisi, kalau feeling baik boleh diikuti. Kalau enggak ya jangan memaksakan diri. Cek cek juga informasi yang berseliweran di internet berkaitan dengan calon klien.
Kalau memilih klien karena terpaksa, misalnya nggak suka materinya tapi bayarnya tinggi sekali, kuncilah mulutmu dari berkeluh kesah. Tidak ada yang menuntutmu atau mewajibkan kamu mengambil pilihan itu. Kalau sudah diambil, ikutilah dan terimalah segala konsekuensinya dengan hati terbuka.
Semoga memberi gambaran tentang masih “gelapnya” cara memilih klien jasa penulisan. Tapi kalau sudah terbiasa, ya nanti ketemu sendiri celah jalan untuk menemukan dan memilih dengan baik. Selamat mencoba 🙏
Salah satu kotak uang di rumah saya dan dibuka jelang lebaran seperti ini. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Alhamdulillah, saya menganggap diri sendiri wes kaya; dengan standar pribadi. Kaya versi saya itu kebutuhan sebagai manusia wes banyak terpenuhi.
Sekurangnya kita sebagai manusia ada tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Nah, kalau kebutuhan primer dan sekunder sudah terpenuhi, sebenarnya orang sudah boleh berasa “kaya”. Tapi mungkin karena kultur kita itu kebanyakan “sambatan”, “berkeluh kesah”, kadang orang kaya pun rela “memiskinkan” diri demi bansos, BLT, dll bantuan yang tidak seberapa.🙏
Kalau saya, alhamdulillah kebutuhan dasar (primer) –sandang, pangan, papan layak: sudah terpenuhi; keinginan pertama (sekunder) –sekolah tinggi, investasi ilmu pengetahuan, investasi dasar, tabungan: mayoritas terpenuhi; keinginan kedua (tersier) –haji, umroh, keliling Indonesia, keliling dunia, dll hobi bercharge tinggi: beberapa terpenuhi, beberapa sedang diusahakan. Dan yang penting, saya tidak punya utang-utang yang membebani.
Kondisi dan situasi itulah yang jadi dasar saya menyebut diri “kaya”, kecukupan dalam banyak hal. Syukur terimakasih ya Allah atas segala nikmat dan karunia-Mu❤️🙏
Pun kalau ada situasi tidak terduga, tidak ada penghasilan (seperti masa pandemi kemarin), sekurangnya saya masih bisa survive hidup layak selama beberapa tahun. Tanpa perlu menjadi tanggungan pihak lain atau berhutang. Dengan catatan semuanya normal, artinya saya dalam keadaan sehat; tidak ada penyakit yang memerlukan biaya tinggi.
Yach, kondisi merdeka finansial yang saya bangun sedari saya punya penghasilan dan tahu persis bahwa kurang garam sesendok pun, kita tetap harus beli dan bayar pakai uang. Tentu dengan gaya hidup yang tidak amburadul sakarepe dhewe saat membelanjakan uang.
Karena sifat uang itu, ketika masih berupa angka kayaknya besar, tapi begitu dipegang dan diatur ini itu tahu tahu loooos, kok sudah habis 😀🙏
Kondisi saya tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain. Dengan saudara-saudara dan ipar-ipar saya saja, rasanya saya paling miskin kalau dihitung dari kepemilikan aset dan uang. Apalagi kalau dibandingkan orang-orang yang kaya-kaya dengan kekayaan trilyunan. Wes jelas gak ada apa-apanya.
Tapi ya, hidup saya bukan hidup mereka. Saya bekerja, menikmati proses jatuh bangunnya, dan menikmati hasilnya dengan suka cita. Saya tidak terlalu ambil pusing dengan gaya hidup yang ameh-aneh. Versi saya, hiduplah sesuai dengan kemampuan, cari yang aman, nyaman, dan bikin happy. Itu prinsip yang saya anut.
Jadi, saya tidak pernah terganggu ketika saudara atau ipar saya beli (lagi dan lagi) rumah, tanah, mobil, saham-saham, atau aset lainnya. Pun dengan teman-teman dekat yang terus menambah kekayaan. Atau dengan tetangga tetangga yang beli ini itu yang bersifat menambah aset. Saya justru ikut mensyukurinya, turut senang dengan kegembiraan mereka, dan tidak tergoda ikut-ikutan membeli (apalagi memaksakan diri) sesuatu yang pada dasarnya tidak saya perlukan.
Mungkin itulah yang membuat hidup saya tenang. Tidak kemrungsung. Tidak terobsesi menghalalkan segala cara demi uang. Bisa bekerja dengan tenang. Mengerjakan apa yang saya senangi dan menghasilkan uang. Tidak terpengaruh dengan provokasi nggak wajar demi mendapatkan uang. Dan tetap senang kalau saya harus mengeluarkan uang untuk berderma atau sedekah dalam batas batas yang telah saya tentukan.
Yach, hidup saya memang sebegitu biasa-biasa saja. Sampai saya merasa kok hidup begini-begini saja ya, mengerjakan segala rutinitas yang sepertinya sudah saya kenali dengan baik. Mengerjakan segala hal dengan gembira, perlahan, tenang, rampung, dan menyenangkan.
Nah sebenarnya; ketenangan hidup itu versi saya bisa dilakukan dengan membangun perasaan kaya. Percayalah, kalau ada pertanyaan siapa yang kaya di kelas ini, misalnya, pasti tidak akan ada yang mau tunjuk jari atau menyebut nama.
Kalau saya menyebut sudah kaya dengan kriteria yang telah saya sebutkan. Memiliki perasaan kaya inilah salah satunya yang membuat kita ringan dan senang mengeluarkan uang. Lalu karena kita gembira, energi positif, ya uang datang datang lagi. Kalau sebaliknya orang pelit makin melarat. Karena uang akan malas datang dan malah semakin banyak kebutuhan tidak terduga karena adanya energi negatif merasa miskin.
Kita bisa melakukan hal-hal berikut ini untuk membangun perasaan kaya.
Pertama, syukur yang melimpah. Apapun keadaan hidupmu bersyukurlah yang banyak. Bahkan kalau nggak ada uang, syukuri saja keberadaan pasangan, anak-anakmu, sekolahmu, pekerjaanmu, rumahmu, dll yang bisa membuatmu menyungging senyum bahagia.
Kedua, anggarkan di depan untuk sedekah berderma. Islam punya aturan zakat 2.5 persen dari penghasilan atau kekayaan. Tapi saya memilih 10-20 persen dari penghasilan untuk segala jenis derma ini. Lumayan banyak dan bikin perasaan saya serasa orang kaya ❤️
Ketiga, bangun situasi kaya. Di rumah saya, ponakan saya pernah bertanya kenapa di rumah Bude Ari di mana mana ada tempat uang (yang ada isinya). Yach karena ini memberi pikiran di bawah sadar saya kalau saya banyak uang. Jadi kalau ada uang yang dikeluarkan untuk hal tidak terduga, pikiran saya; tenang saya masih punya uang di sana sini.
Bisa pakai celengan yang diisi uang dengan besaran tertentu. Saya memiliki celengan recehan, 2000-an, 5000-an, 10.000-an, 20.000-an, 50.000-an, sampai 100.000-an. Semua ada isinya meskipun selembar. Saya letakkan di tempat tempat yang berbeda. Pokoknya kena ingatan saya, di sana sini ada uang.
Kamu boleh memilih cara yang berbeda yang bikin dirimu merasa banyak uang.
Keempat, belanja hati hati tapi dengan gembira. Maksudnya ya cek cek kebutuhan, mana yang lebih murah terjangkau, mana yang diskon, dll. Tapi saat berbelanja jangan njegadul lihat tagihan yang beranjak ke dua digit misalnya, happy aja. Alhamdulillah ini semua kebutuhan terpenuhi. Nanti duit datang lagi.
Kelima, rajin rajin cari kerjaan tambahan. Iya, ini bener lho. Kita sering tidak cukup hanya dari satu sumber penghasilan. Lakukan saja yang bisa dan senang. Suka jualan ya berdagang, suka ngontent ya bikinlah yang bagus, suka masak ya boleh buka PO masakan dll. Intinya, mendapatkan penghasilan lain di luar “pokok” itu juga bikin kita berasa kaya.
Keenam, cek gaya hidupmu. Yach, percuma juga kalau penghasilan nambah terus, tapi gaya hidupnya juga makin tinggi. Biaya gaya hidup yang mahal, yang besar bisa bikin orang merasa miskin dadakan.
Ketujuh, jangan baperan. Saudara beli rumah baru ketiga, iri. Tetangga beli tas branded njur kesal, kawan arisan beli berlian malah dengki, dll. Yach beli saja saat rezekinya cukup dan sesuai. Baperan ini lho yang bikin orang sering menghalalkan segala cara demi tidak kalah tampil “wah” dan dianggap kaya. Hayaaa… saya siy ogah.
Kedelapan, hidup sederhana. Yach ini bukan berarti hidup ala orang miskin miskin ya. Jelas bukan. Hidup sesuai kemampuan. Saya tidak masalah pake tas, baju, sepatu, dll enggak merek branded; tapi kualitasnya prima, nyaman, aman, dan selamat dipakai 😀❤️🙏
Kesembilan, miliki hobi yang produktif. Artinya, kalau di luar pekerjaanmu kamu masih punya hobi yang menghasilkan; percayalah kamu akan irit waktu untuk ngerumpi, ghibah, iri dengki, julid, dll yang bawa energi negatif itu. Tapi akan lebih fokus untuk bertekun pada hobi yang menghasilkan uang.
Kesepuluh, ya dekat dengan Tuhan. Minta dijadikan kaya lahir batin dunia akhirat. Karena sejatinya kekayaan adalah segala hal yang kita nikmati, kita pake, kita gunakan untuk kebaikan hidup; bukan segala sesuatu yang kita miliki. Rumahmu boleh sepuluh, tapi pasti yang kamu tinggali ya satu rumah. Itu pun kalau kamu tidur, ya pasti cuma satu ruang kamar. Iya kan?
Mari kita nikmati hidup dengan sukacita. Bersyukur dengan segala kekayaan yang kita miliki. Karena sering, yang kita anggap “tidak berharga” itu adalah “kekayaan yang besar” bagi orang lain.
Buka Bersama dengan saudara. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Ramadan kayaknya nggak lengkap tanpa buka bersama. Mulai dari keluarga, kerabat, tetangga, instansi, perusahaan, yayasan, komunitas, dll mengadakan buka bersama. Kemasan dan modelnya pun beragam. Ada yang di hotel, di resto, di rumah, di fasum, di taman, di tempat wisata, dll tempat yang memungkinkan. Menunya pun beragam, dari yang model angkringan sampai elit ala bintang lima.
Dulu ketika saya jadi mahasiswa S1, betapa senangnya dapat undangan buka bersama. Meskipun itu undangan dari kampus dan harus ikut bayar (kecil saja) karena disubsidi kampus. Senang, gembira, makan minum sepuasnya dan jumpa alumni lintas bidang, lintas angkatan, dan semua sesepuh kampus hadir.
Lalu bekerja, undangan buka bersama saya pun bertambah. Makin tahun seiring bertambahnya pekerjaan dan relasi, undangan ini pun terus bertambah. Lalu menjadi beberapa catatan kebiasaan saya; diundang buka bersama berarti harus bawa sesuatu “buah tangan” untuk tuan rumah. Dan ini sering jadi problem tersendiri, saat waktu begitu mepet dan buru buru.
Karena kebiasaan itu, saat bekerja itu sebelum Ramadan saya wes nyiapin “buah tangan” yang akan saya bawa kalau datang ke undangan buka bersama.
Tidak semuanya begitu. Saya hanya menandai kebiasaan di kalangan tertentu. Makin ke sini, undangan yang saya terima makin banyak. Dan karenanya saya wes mulai “mangkir”, “melipir”, tidak datang karena bersamaan jadwal, tidak terlalu kenal, tidak ada “unsur gaweyan” dll pertimbangan.
Tibalah masanya saya resign dari PH sebagai pekerja tetap dan kembali jadi freelancer. Duuus, jumlah undangan buka bersama saya pun terjun bebas. Hanya beberapa biji dan senang bisa menghadirinya. Yach, konon makin penting, makin sibuk, makin kaya seseorang, makin banyak relasi undangan buka bersamanya. Pun sebaliknya.
Saya kembali ke dunia freelancer yang tidak banyak undangan buka bersama dan atau undangan kondangan hajatan; kecuali yang benar benar mengenal atau ya ada urusannya dengan gaweyan. Sepertinya menyenangkan untuk beberapa saat. Toh, ya tambah luas lingkungan dan relasi, tambah pula undangan buka bersamanya.
Lalu saya membuat aturan untuk diri sendiri, mana saja undangan buka bersama yang saya harus datang.
Mengenal betul pihak pengundang dan memiliki hubungan yang baik.
Undangan datang lebih dulu. Kalau ada yang bersamaan jadwal, yang belakangan harus ditinggalkan. Apalagi kalau yang awal sudah dikonfirmasi hadir.
Tempat dan jaraknya terjangkau. Kalau malam tidak riskan untuk perempuan pulang tanpa pengawalan. Ada undangan dari orang-orang yang saya kenali baik, tapi karena tempatnya jauh dan riskan kakau pulang malam, saya pilih menyampaikan maaf tidak hadir.
Undangan orang-orang dekat (keluarga, kerabat, tetangga, sekitaran yang dekat). Kalau tidak ada ujur atau sudah menyanggupi hadir di tempat lain, wajib datang.
Undangan buka bersama yang tergabung dengan rapat, meeting perusahaan, instansi, atau klien. Nah ini jelas kudu hadir, karena sebenarnya urgensinya meetingnya itu; bukan buka bersamanya.
Pertimbangan lain berkaitan dengan kedekatan dan orang-orang yang diundang. Kalau tidak terlalu kenal, ya skip aja.
Jangan takut mengatakan tidak hadir kalau menurut anda banyak hal yang membawa “masalah”. Misalnya anda diundang A yang baik, tapi di sana ada potensi anda jumpa Z yang jadi musuh bebuyutan karena dendam keluarga, ya tidak usah datang. Daripada gegeran di acara buka bersama orang. Eeh, saya pernah melihat kejadian setipe ini.
Pertimbangkan kesehatan. Kelihatannya mung makan minum, jumpa haha hihi, tapi beneran lho tiap hari datang ke buka bersama itu bisa lelah jiwa raga. Jadi kalau memang berasa memberatkan secara pribadi, boleh tidak hadir.
Dll pertimbangan yang kadang hanya bisa diambil pas dekat hari H undangan buka bersama. Misalnya hujan badai atau bencana lainnya, mendadak sakit, dll. Jangan takut mengatakan tidak hadir, kalau memang memberatkan. Hadirlah kalau anda yakin bisa senang dan sukacita.
Tahun ini, saya menerima undangan buka bersama tidak banyak, sekitar 15-an dan 9 atau 10-an yang saya hadiri. Itu saja rasanya sudah “lelah” betul. Hanya makan minum bae, sekali datang butuh waktu 3-5 jam. Berangkat lepas ashar jam 15.30 an, ramah tamah, buka puasa, sholat maghrib, pulang nyampe rumah wes jam 20 atau 21 tergantung jauh dekatnya. Belum macetnya. Belum persiapannya.
Mana begitu besoknya kerja nggak libur… malem harus bangun sahur pula… biyuuu… biyuuu… kalau nggak inget pertimbangan di atas, saya memilih mangkir absen kok. Lha daripada buang waktu, kan kalau buka di rumah 30 menit wes cukup.
Apapun itu, saya tetap senang dengan semangat buka bersama pas Ramadan. Tidak selalu jadi pengalaman yang menyenangkan, tapi itu jadi bukti bahwa kita ini masih bagian dari masyarakat dan ada yang mengenali kita untuk diajak silaturahmi. Itu siy yang paling berharga. Dan ya orang kita kan masih senang grubyak grubyuk, orang lain bikin apa, ya ngikut bae lah… hehe…
Bagaimana cerita buka bersama anda? Pasti banyak yang berkesan, entah pahit atau manis. Entah menyenangkan atau membagongkan 😀🙏
Lebaran tinggal beberapa hari. Wes penuh mall dengan orang belanja, makin berkurang orang yang tarawih di mesjid. Semoga kita nggak lupa justru di saat saat terakhir Ramadan banyak pahala istimewa, terutama malam lailatul qadar. Semoga Allah memberikan kita kesempatan mendapatkannya, menerima semua amal ibadah kita, mengampuni semua dosa, dan mengabulkan semua doa kita sepanjang Ramadan. Amin.
Manajemen Penulisan Kreatif di dalamnya ada contoh dramatisasi tulisan.
“Hidup jangan kebanyakan drama.” Sering kita mendengar hal itu dalam kehidupan sehari-hari, karena akan menjengkelkan banyak pihak. Namun dalam penulisan fiksi, tanpa dramatisasi, maka tulisan tidak akan bernyawa.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam membuat dramatisasi puisi. Semuanya perlu kita ketahui demi mendapatkan “ruh” dalam tulisan.
Setiap cerita dalam fiksi, sebenarnya adalah rangkaian dramatisasi yang dilakukan oleh penulisnya. Tujuannya agar peristiwa yang biasa menjadi tidak biasa alias istimewa.
Cara dramatisasi setiap penulis berbeda-beda. Masing-masing tergantung referensi dan kapasitasnya dalam menulis.
Semakin lama jam terbang menulis, biasanya peristiwa sederhana saja bisa jadi sangat dramatis.
Apakah setiap peristiwa harus didramatisasi dalam penulisan? Tentu saja jawabannya tidak: tergantung keperluan. Ingat, yang berlebihan selalu tidak pas atau tidak sesuai porsi.
Namun perlu diingat tanpa dramatisasi, tulisan anda menjadi kurang kuat.
Dramatisasi bisa dilakukan dengan hiperbola, catatan detail, deskripsi menggunakan metafora atau puisi liris, dan banyak cara lainnya. Intinya semua dramatisasi bertujuan memberi efek pada pembaca agar memiliki gambaran yang luar biasa.
Contoh dramatisasi:
Contoh 1: tidak didramatisasi
Galuh terburu-buru ke kelas. Ia menabrak seseorang. Ia berusaha minta maaf. Ternyata orang itu Rudi, musuh bebuyutannya pada masa kecil. Ia menjadi geram tidak tertahan.
Contoh 2: didramatisasi
Langkah cewek berambut panjang sebahu itu bagai dikejar harimau. Ya, Galuh sangat buru-buru untuk masuk kelas Manajemen Publik. Dosennya dikenal killer. Telat semenit aja, nggak boleh masuk kelas.
Di koridor ruangan, di dekat tangga yang cukup tinggi, ia pun menabrak seseorang.
“Maaf…. maaa….aaff ya…. Saya harus cepat!” seru gadis manis ini nyaris tertahan.
“Heiiii…. Kamuuuu… Galuh!” balas laki-laki itu. “Kelakuanmu dari dulu nggak berubah! Suka bikin onar sama orang!” serunya.
“Heh, Rudi! Jaga mulutmu! Saya nggak sengaja!” balasnya langsung kabur.
“Hei… Hei…. jangan kabuur!” teriak Rudi. Galuh tetap tak peduli.
Nah, inti contoh 1 dan 2 sama, tapi pasti rasanya beda. 😀
Selamat membuat dramatisasi untuk tulisan anda 😍 . .
Kreativitas kadang lahir dari masalah-masalah di sekitar kita.
Apa siy yang dimaksud dengan kreativitas? Apakah anda ingin meningkatkan kreativitas dalam menulis? Jangan terlalu percaya diri sebagai orang yang kreatif. Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan KREATIVITAS.
Kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan ide-ide yang tampaknya tidak tersambung. Menghubungkan ide-ide menjadi seperti baru adalah dasar kreativitas.
Kreativitas tidak terbatas pada orang-orang berbakat, siapa saja bisa menjadi orang kreatif.
Kreativitas tidak semata-mata harus dikembangkan dalam dunia yang berkaitan dengan penulisan, tetapi seluruh bidang kehidupan memerlukan kreativitas untuk berkembang.
Kreativitas seseorang dapat dilatih dengan sering mengasah kemampuan. Banyak sekolah dan pelatihan-pelatihan khusus untuk mengasah kreativitas.
Kreativitas dapat ditingkatkan secara konsisten dengan:
A. Mengamati semua hal di sekitar anda dan menemukan hal yang baru.
B. Mempertanyakan dari apa yang anda amati, tulis 50 daftar pertanyaan dan kemudian buat 5-10 pertanyaan mendalam untuk menguji dan mengetahui hal-hal baru.
C. Networking; bagaimanapun semakin luas pergaulan seseorang semakin berwarna kreativitasnya.
D. Eksperimen; dengan penelitian kita bisa menjawab pertanyaan baru atau menemukan hal yang baru. Penelitian termasuk di dalamnya mengunjungi daerah-daerah baru.
E. Jangan membatasi diri; jangan mudah mengatakan, oooh itu bukan dunia saya…. segala sesuatu bisa dicoba dan mungkin anda menemukan hal baru yang menyenangkan.
F. Memperbanyak wawasan dengan membaca, travelling, sekolah, workshop, seminar, dll. yang memungkinkan ilmu anda berkembang.
G. Menerima tantangan untuk menuliskan hal baru yang sama sekali berbeda dengan lingkungan dan dunia kita.
Selamat mengasah kreativitas anda. Selamat menulis. Selamat beraktivitas kembali.
Menulis naskah panjang lebih dari 500 hlm perlu pola pikir sukses menulis, terutama konsistensi untuk merampungkan naskah.
Ada banyak orang yang ingin menulis, tapi tidak juga menulis; atau sebagian sudah menulis tapi tidak pernah menyelesaikan tulisannya.
Apa yang salah? Tak ada yang salah, selain kurangnya komitmen dan niat. Mungkin anda perlu sedikit mengubah pola pikir anda untuk bisa “sukses menulis”.
Yang saya maksud “sukses menulis” di sini bukan “mempublikasikan tulisan” anda, tetapi “menyelesaikan tulisan” anda sehingga ada judul, isi, sampai ending yang terbaca sebagai “naskah yang utuh”.
Berikut ini hal-hal yang bisa kita perhatikan agar bisa sukses menulis. Pengalaman setiap penulis berbeda-beda, mungkin banyak yang tidak sama dengan penulis lain.
Miliki rasa terbuka, penasaran, dan terlibat dalam sesuatu yang akan anda tulis.
Terima segala bentuk kritik dan belajar tentang penulisan dari sumber yang terpercaya. Jangan belajar menulis pada orang yang nggak punya karya.
Kenali rasa takut anda saat menulis dan berusahalah untuk mengatasinya. Setiap tulisan pada awalnya buruk, tulisan yang baik itu proses berulangkali.
Buat alasan yang layak kenapa anda mesti menulis.
Menulislah dengan dengan rasa syukur, bukan hanya “harus menulis”. —Alhamdulillah, saya bersyukur setiap kali mulai menulis, karena saya akan menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi diri saya, dan syukur-syukur bagi orang lain.
Pikirkan manfaat tulisan anda bagi pembaca. Bisa jadi, tulisan kecil yang anda buat, anda bisa menyelamatkan masa depan atau hidup seseorang.
Cintai “menulis” dan “membaca”. Ini paket yang tidak terpisahkan.
Membuka diri dalam banyak pengalaman baru. Hal baru membuat kita kaya dalam menulis. Jangan takut masuk kelas untuk belajar hal-hal di luar penulisan. Selain pengalaman, pasti dapat teman dan relasi baru.
Cintai alat-alat tulis anda –komputer, laptop, netbook, tablet, dll. Beri nama, urus mereka baik-baik; termasuk kamus, alat perekam, kamera, handycam, kertas-kertas, bolpoin, meja kerja, dll. yang anda gunakan untuk menulis. Kalau alat-alat baik, nulisnya lancar jaya.
Percayalah bahwa anda seorang penulis dan mungkin perlu mengatakan pada orang lain, “Saya penulis.” —-kalau yang ini saya ogah, karena di Indonesia pekerjaan “penulis” belum dicantumkan sebagai pekerjaan yang “diakui” selain dimasukkan dalam kolom “wiraswasta”. Kalau saya sebut penulis, saya harus menjelaskan macam-macam ke yang bertanya. Ah, sudahlah. Yang penting bukunya, karyanya banyak dan laris manis, heheheh….
Miliki jadwal tetap untuk menulis. Percaya atau tidak, keteraturan itu membuat otak kita “siap” di waktu yang ditentukan. Kalau sudah punya jadwal tetap, patuhi.
Bugar, sehat, kreatif. Jadi, usahakan punya kebiasaan hidup sehat dan olahraga. Jalan pagi dengan kaki telanjang bagus untuk kesehatan, meski hanya 15 menit.
Jadi diri sendiri dalam versi terbaik. Nggak usah ikutan gaya menulis orang lain.
Tidak memaksakan diri. Kalau nggak bisa menulis banyak, ya sedikit saja. Kalau sibuk banget, ya menulis saja 10-30 menit per hari.
Jangan menyerah. Jangan menyerah. Jangan menyerah. —sebelum tulisan kelar satu naskah yang utuh. Karena tulisan utuh itulah yang bisa kita eksekusi; dipublish, dijual, digunakan untuk portofolio, dll. Kalau sudah selesai, barulah kita mulai menulis lagi.
Intinya siy, menulis memang bukan pekerjaan mudah. Tidak hanya lelah fisik, tapi juga mental batin. Itu sebabnya kalah tidak berangkat dari hobi atau kesenangan, menulis sungguh terasa berat. Pastikan anda senang sebelum gegayaan mo nulis naskah panjang.
Be Happy, Be A Good Writer. Ari Kinoysan Wulandari Griya Kinoysan University
Sehat Tanpa Obat dengan Manggis. Pesan buku bisa wa.me/6281380001149.
Rasanya tidak ada pekerjaan yang tidak memerlukan modal. Pun demikian dengan pekerjaan menulis. Pada dasarnya pekerjaan menulis tidak berbeda jauh dari pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Profesi penulis justru menuntut lebih banyak modal dibandingkan pekerjaan-pekerjaan “yang tampak”. Untuk melakukan pekerjaan penulisan, sekurangnya diperlukan modal awal sebagai penulis.
Berikut ini 10 modal yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi penulis. Anda bisa menambahkan sesuai pengalaman anda sebagai penulis.
1. NIAT
Dalam bidang apapun niat itu sangat penting. Termasuk untuk menjadi penulis. Niat yang kuat itulah yang menjadi motivasi penting bagi seseorang untuk sukses. Biar kita memiliki niat yang kuat untuk menulis, kita harus mempunya tujuan yang jelas.
Apakah tujuan kita menulis: apakah berbagi ilmu dan pengalaman, apakah tujuan finansial, apakah menjalani profesi dan berkarir, dll. Ketahuilah motivasi itu agar niat kita untuk menulis selalu kuat.
2. MINDSET SUKSES Banyak penulis yang sukses dan survive karena mindset sukses yang dibangunnya. Ia yakin dan percaya diri bahwa ia bisa menulis dengan baik, banyak, dan diminati oleh berbagai pihak yang memerlukan jasa penulisannya.
Penulis bisa mengirimkan karyanya tidak hanya ke media. Tapi ke berbagai pihak yang memerlukan, perusahaan swasta, perseorangan, BUMN, institusi, dll. Intinya, menulis untuk banyak pihak.
3. SIAP DITOLAK Banyak penulis baru yang hanya siap naskahnya diterima. Padahal, realitanya ada banyak penerbit dan media yang sukarela menolak naskah-naskah penulis baru.
Siapkan diri dan siapkan mental lebih banyak. Naskah ditolak itu biasa kok. Sekarang saja, saya masih sering menghadapi penolakan (timing yang tidak pas, visi misi penerbit tidak cocok, urusan produksi yang sulit, dll).
Jadi, santai saja. Ditolak bukan berarti naskah kita buruk, bisa jadi belum bertemu jodohnya yang pas saja
4. SEMANGAT JUANG Menulis itu bukan pekerjaan santai-santai yang mudah. Bahkan, menurut saya ini pekerjaan luar biasa keras. Karena kita harus mengoptimalkan pemikiran dan fisik kita untuk bisa menulis dengan baik.
Secara pribadi, kalau disuruh memilih antara berdagang dan menulis di waktu yang sama untuk tujuan finansial, maka saya akan memilih berdagang. Dagang lebih mudah dan praktis.
Sementara menulis, proses penulisan naskah pun sangat panjang dan melelahkan. Belum lagi kalau menunggu terbit dan hasilnya. Jadi, hanya orang-orang yang memiliki semangat juang kuat yang bisa jadi penulis.
5. DAYA IMAJINASI Sebetulnya urusan punya daya imajinasi ini tidak hanya pekerjaan penulis, tapi hampir semua pekerjaan memerlukan daya imajinasi. Namun penulis, terutama penulis fiksi identik dengan daya imajinasi.
Karena ia harus membangun tulisan dengan imajinasinya sehingga kisah menjadi dramatis, komedis, taktis, dan tetap menyenangkan banyak pihak. Daya imajinasi bisa dilatih dengan banyak membaca, banyak menonton.
6. INOVATIF Rasanya, tiap karya baru yang dihasilkan penulis harus inovatif sehingga terus diminati. Penulis yang statis, menuliskan hal yang sama berulang-ulang, lama-lama akan ditinggalkan pembacanya. Jadi, berkarya harus inovatif dan penuh perubahan sehingga selalu menyajikan hal-hal yang baru.
7. GEMAR MEMBACA Jelas, gemar membaca adalah modal utama bagi setiap penulis. Karena ini modal utama selain menulis. Membaca dan menulis harus dilakukan setiap hari agar penulis memiliki pemikiran yang bernas dan update. Perbaiki kemampuan membaca agar kita bisa lebih banyak menyerap ilmu dari luar.
8. KEMAMPUAN INTELEKTUAL DAN AKTUAL Penulis sangat dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan aktual yang besar. Dengan kemampuan intelektualnya, ia bisa menganalisis setiap kejadian dengan baik dan dilakukan dengan berbagai sudut pandang.
Sedangkan kemampuan aktual adalah tuntutan lain karena penulis dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman. Perubahan yang terjadi setiap detik harus diikutinya agar bisa menulis karya yang up to date.
Tanpa kedua hal ini, rasanya sulit untuk bisa menulis dengan baik dan diminati banyak pihak. Kemampuan ini berkaitan dengan wawasan ilmu pegetahuan, logika, daya nalar, dan visi penulisannya.
Artinya, seseorang yang bisa menulis berdasarkan fakta yang ada di lapangan, bisa dibuktikan kebenarannya, tidak asal menulis dan bisa memberikan solusi bagi pemecahan masalah yang sedang dibahas.
9. KEMAMPUAN TEKNIS Kemampuan teknis ini berkaitan dengan tata kerja penulisan. Selain itu juga harus mampu menulis dengan komputer dan mampu mengoperasikan internet.
Intinya, kemampuan teknis ini adalah segala hal teknis baik penulisan maupun pengerjaan naskah dengan baik sehingga dapat diterima oleh pihak yang berkepentingan.
10. MUDAH BEKERJA SAMA Dengan perkembangan dunia seperti sekarang ini, hampir semua lini pekerjaan memerlukan jasa penulisan, maka tuntutan untuk menjadi pribadi yang mudah diajak kerja sama menjadi keharusan.
Banyak penulis yang karyanya luar biasa bagus, tapi karena sulitnya diajak kerja sama (entah karena masalah deadline, fee, sistem kerja, dll) menjadi tidak eksis dan tidak dikenali sebagai penulis. Jadi, siapkan diri untuk lentur dan fleksibel saja dalam kerja sama.
Ada pepatah sederhana dalam bahasa Jawa yang ada baiknya diikuti, tuna satak bathi sanak; yang artinya biarlah untung sedikit asal bertambah saudara. Yach, mungkin tidak terlalu baik untuk industri kapitalis, tapi bisa kita ikuti. Karena dengan bertambah saudara di masa depan bertambah pula jalan silaturahmi dan jalan rezeki kita.
Itulah 10 modal pokok yang harus dimiliki oleh penulis. Setiap orang pada dasarnya memiliki modal tersebut untuk menjadi penulis.
Semuanya kembali pada niat dan kesungguhannya masing-masing. Tiap orang dapat mengolahnya sebaik mungkin sehingga dari hari ke hari kemampuannya semakin meningkat.