Aqiqah: Selamatan Bayi versi Islam

Artikel ini telah dimuat di nongkrong.co pada hari Sabtu, tanggal 9 Juli 2022 dengan link berikut ini.

https://www.nongkrong.co/lifestyle/pr-4313826245/aqiqah-selamatan-bayi-versi-islam

NONGKRONG.CO —Kalau membicarakan aqiqah, maka secara umum kita secara mayoritas mengetahui bahwa itu adalah selamatan bayi versi orang Islam. Dalam selamatan aqiqah ini orang terbiasa mengingat bahwa selamatan itu identik dengan pemotongan kambing. Kalau bayi laki-laki, maka akan dipotong kambing jantan dua ekor. Kalau bayi perempuan, maka kambing yang dipotong sebanyak satu ekor.

Hal ini sesuai dengan hadist yang artinya, Siapa dari kalian yang suka menyembelih atas kelahiran anak maka lakukanlah, anak laki-laki dua ekor kambing yang cukup syarat, anak perempuan dengan satu ekor.” (HR Ahmad, Abu Dawun, An-Nasaa-i).

Selanjutnya dari daging kambing tersebut akan dimasak menjadi sate dan gule atau jenis masakan lainnya sesuai dengan kesenangan tuan rumah atau orang tua si bayi. Masakan kambing tersebut akan digabungkan dengan masakan lain, lalu diwadahi dalam tempat tertentu dan diidentifikasi sebagai nasi berkat aqiqahan.

Sebagian nasi berkat tersebut dinikmati saat kenduri dan sebagian lainnya akan dibawa pulang oleh tamu-tamu acara aqiqah, dan sebagian lagi akan diantarkan kepada tetangga kiri kanan dan sanak kerabat yang tidak hadir pada acara kenduri.

Dalam bahasa Arab aqiqah itu berasal dari kata al qat’u yang berarti memotong. Pengertian aqiqah secara harfiah berarti memotong rambut bayi yang baru lahir. Adapun secara umum berarti memotong binatang ternak pada hari ketujuh setelah bayi dilahirkan. 

Binatang ternak yang boleh dipotong pada saat aqiqah sebenarnya tidak hanya kambing, tetapi bisa juga sapi atau unta. Bagi mereka yang menggunakan unta atau sapi, cukup 1 ekor unta atau 1 ekor sapi untuk 1 orang anak. Namun yang umum adalah menggunakan kambing karena sesuai dengan hadist tentang aqiqah. Selanjutnya tradisi yang mendunia di kalangan orang Islam tentang binatang ternak untuk aqiqah adalah memotong kambing.

Pada prinsipnya hukum pelaksanaan aqiqah adalah sunnah muakad atau ibadah penting dan diutamakan. Oleh karena itu bagi orang tua yang mampu, aqiqah sebaiknya diselenggarakan sesegera mungkin atau pada saat si anak masih bayi. Namun bila belum mampu mengadakan aqiqah, hukumnya tetap tidak berdosa.

Dalam riwayat Al-Hasan dari Sammuroh rodhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Semua anak tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelihkan pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberikan nama. (HR Ahmad 20722, At-Turmudzi 1605 dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

Hadist tersebut merupakan dasar hukum pelaksanaan aqiqah. Aqiqah juga menjadi acara selamatan bayi yang umum di kalangan orang Jawa, karena mayoritas mereka beragama Islam. Jadi, selain selamatan bayi versi orang Jawa seperti brokohan, sepasaran, selapanan, telonan, pitonan, dan setahunan, mereka juga mengadakan aqiqahan. Bagi sebagian orang Jawa yang menganggap aqiqahan merupakan perintah agama, sedangkan selamatan lainnya bukan; mereka lebih mementingkan acara aqiqahan ini.

Pelaksanaan aqiqah cenderung dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Setiap bayi digadaikan oleh aqiqahnya yang disembelih untuknya pada hati ketujuh, lalu dicukur dan diberi nama. (HR. An-Nasa’i)

Pelaksanaan aqiqah pada umumnya sesuai dengan kemampuan orang tua masing-masing si bayi. Kalau orang tuanya tidak mampu, tidak berdosa bila tidak menyelenggarakan aqiqahan. Selanjutnya seseorang boleh mengaqiqahi dirinya sendiri ketika dewasa dan memiliki kemampuan untuk itu.

Prosesi pelaksanaan aqiqah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

  1. Penyembelihan Kambing.

Dalam proses penyembelihan kambing ini tidak boleh mematahkan tulang dari sembelihan. Ini merupakan simbol atau gambaran agar si anak juga selamat anggota tubuhnya sepanjang waktu.

  • Pembuatan Masakan atau Nasi Berkat.

Setelah penyembelihan akan dilakukan pemasakan daging kambing. Di Indonesia, umumnya dibuat sate dan gule. Lalu ditambahkan dengan nasi, sayur, lauk pauk, buah, dll sesuai kebiasaan masyarakat di daerah tersebut.

  • Mencukur Rambut Bayi dan Pemberian Nama.

Setelah doa bersama, akan dilakukan kenduri dengan makan bersama nasi berkat aqiqahan, dan membagikan nasi berkat kepada keluarga dan tetangga yang tidak hadir di acara kenduri. Setelah itu, orang tua si bayi harus mencukur rambut si bayi dan memberikan nama yang baik untuk anaknya. Nama itu kemudian diumumkan kepada para hadirin kenduri acara aqiqahan.

Setelah memotong rambut si bayi dan pemberian nama, dilanjutkan dengan memasukkan sesuatu yang manis ke mulut si bayi. Biasanya berupa madu atau kurma yang telah dikunyah lembut. Makanan manis merupakan sumber kekuatan fisik untuk si bayi. Kebiasaan ini sudah berlangsung umum bagi mereka yang mengadakan aqiqah.

Sebenarnya prosesi aqiqahan sudah selesai setelah pemberian nama. Semua orang yang hadir di acara aqiqahan boleh pulang dengan membawa berkat masing-masing. Syarat selamatan dan pemberian nama versi orang Islam pun sudah memenuhi syarat.

Sebagian orang Jawa ada pula yang memberikan bahan aqiqahan dalam versi mentah. Harapannya si penerima bisa mengolahnya sesuai selera. Selain itu, bahan mentah diharapkan juga lebih bermanfaat dalam waktu yang lama. Kalau sudah berupa nasi berkat matang, kalau tidak segera dimakan pasti akan segera basi atau tidak enak dimakan.

Bagi anak yang orang tuanya tidak mampu dan saat dewasa sudah memiliki kemampuan finansial,dapat melakukan aqiqah secara mandiri. Menurut pendapat sebagian ulama, bila orang tuanya dulu tidak mampu, maka ia tidak punya kewajiban untuk melakukan aqiqah. Dengan kata lain, kewajiban aqiqah itu sudah gugur pada saat orang tuanya dulu tidak mampu mengadakan aqiqah.

Namun sebagian ulama yang lain menganggap, ketika si bayi yang belum diaqiqahi oleh orang tuanya karena tidak mampu, kalau dia sudah dewasa dan mampu menyelenggarakan aqiqah, dia berkewajiban mengadakan aqiqah untuk dirinya sendiri. 

Sebagian ulama yang lain menganggap kewajiban si anak yang telah dewasa ini khusus untuk mereka yang pada waktu bayi dulu orang tuanya dalam keadaan mampu, tetapi belum menyelenggarakan aqiqah untuk dirinya.

Anda mau mengikuti prinsip yang mana, silakan saja sesuai dengan pemikiran dan pemahaman masing-masing. Ada yang merasa lebih mantap kalau dirinya belum diaqiqahi oleh orang tuanya menjalankan aqiqah secara mandiri. Ada pula yang menganggap tidak wajib karena itu adalah tugas orang tuanya, bukan kewajiban dirinya.

Ada pandangan yang menyatakan, “Jika seseorang anak tidak diaqiqahi, maka ia tidak akan memberi syafaat kepada orang tuanya pada hari kiamat nanti.”

Sementara Imam Asy Syafi’i menyarankan aqiqah tetap dilaksanakan walaupun anak sudah cukup umur. “Jika aqiqah diakhirkan hingga usia baligh, kewajiban orang tua menjadi gugur. Akan tetapi ketika itu, anak punya pilihan, boleh mengaqiqahi dirinya sendiri atau tidak.” (Shahih Fiqih Sunnah, 2/383)

Seperti itulah tata cara dan hal-hal yang berkaitan dengan aqiqah. Di kalangan orang Jawa yang beragama Islam, mereka menjalankan juga aqiqahan ini di luar selamatan bayi lahir yang bermacam-macam itu. Artinya, bagi mereka yang mampu untuk menyelamati bayi, ada cukup banyak pengeluaran atau dana yang harus dipersiapkan.

Mereka yang sangat “Jawa” dan juga memegang agama Islam dengan kuat, biasanya menyelenggarakan semua selamatan tersebut. Mereka senang berbagi dan berkumpul dengan orang-orang dekatnya.

Sementara bagi sebagian yang menganggap bahwa selamatan bayi versi orang Jawa itu tidak ada tuntunan sesuai dengan agama Islam, kecenderungannya mereka hanya menyelenggarakan acara aqiqahan di awal kelahiran bayi; sehingga mereka bisa menghemat dan meringkas banyak acara. Cukup satu kali selamatan seumur hidup bayi sampai dewasa.

Bagaimanapun juga setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Ini adalah bentuk penerimaan dan akulturasi budaya Jawa dengan tradisi Islam. Orang Jawa dengan penganut Islam mayoritas, menjadi terbiasa dengan selamatan bayi versi orang Jawa ditambah dengan selamatan aqiqahan. Anda mau mengikuti yang mana, semua tergantung pandangan dan pertimbangan masing-masing.

Catatan:

Penulis adalah peneliti budaya Jawa dan dosen PBSI, FKIP, Universitas PGRI Yogyakarta. Web pribadi: arikinoysan.com

Please follow and like us:

Apa Potensi Dirimu?

Artikel ini telah dimuat di penabicara.com pada hari Rabu, tanggal 29 Juni 2022 dengan link berikut.

https://www.penabicara.com/ruang-ngopi/pr-2063771978/apa-potensi-dirimu

ARI WULANDARI

Dosen PBSI – FKIP – Universitas PGRI Yogyakarta, web: arikinoysan.com

Saya introvert tulen. Karakter dasarnya pendiam dan soliter. Karenanya pekerjaan yang bersifat individu sangat mudah saya lakukan: membaca, menonton film, menulis, melukis, memotret, lari, jalan cepat, travelling, dll. Beruntung, saya memiliki orang tua yang menyadari minat saya pada dunia tulis menulis. Mereka memberikan dukungan penuh pada saya untuk mengembangkannya. Jadi, sejak belia (10 tahun) saya sudah menjadi penulis profesional yang dibayar sesuai dengan publikasi karya.

Dengan karakter itu, dari SD, SMP, SMA, saya tidak punya banyak teman dekat. Sahabat saya paling hanya dua atau tiga orang. Saya berkawan dengan teman-teman lainnya, tapi yang dekat hanya sedikit. Toh itu tidak jadi masalah. Sepulang sekolah, saya berjumpa saudara-saudara, orang tua, keluarga kerabat, dan tetangga-tetangga .

Saat saya mulai kuliah di Jogja, orang tua mengalami kebangkrutan usaha. Barulah saya menyadari ada masalah dengan karakter introvert. Saya harus bekerja dan berurusan dengan orang lain. Menurut saya, kalau bekerja partimer di tempat orang lebih banyak ribetnya. Selain tidak fleksibel soal waktu, honornya juga kecil. Padahal saya memerlukan uang lebih banyak untuk tetap bisa kuliah tanpa biaya dari orang tua.

Akhirnya, saya berusaha berbicara dengan baik agar bisa berdagang. Karena kepepet atau terpaksa, akhirnya saya bisa juga berdagang barang-barang kerajinan marmer. Pemilihan barang kerajinan kerajinan marmer karena inilah barang-barang yang boleh saya ambil dulu tanpa menaruh uang atau jaminan. Sekedar kepercayaan karena bapak saya mengenal pemiliknya.

Dari sana saya pun mulai belajar tentang “berbicara yang baik”. Ilmu public speaking  pada waktu itu mungkin belum semaju sekarang, tetapi jelas ada. Saya berguru pada orang-orang yang saya anggap mumpuni tentang berbicara pada orang lain untuk berbagai kepentingan. Sejak belia saya menyadari bahwa mengetahui “ilmu dasar” tentang sesuatu itu sangat penting. Termasuk kemampuan berbicara. Terlebih karena saya mengetahui karakter saya introvert, berbicara kepada orang lain dan tampil di depan umum; itu bukan hal yang mudah.

Saya perlu berulang belajar dan mendorong diri lebih banyak —dibandingkan dengan mereka yang dasarnya extrovert dan suka berbicara atau tampil di depan umum. Semua memerlukan ilmu dan teknik yang berbeda. Tentu, ini bukan hal yang mudah untuk saya. Namun saya mengingat satu hal, kalau saya tidak bisa berbicara dan meyakinkan pihak lain, bagaimana saya bisa menjual barang dagangan saya dan mendapatkan untung?

Ketakutan tidak memiliki uang cukup dan tidak bisa melanjutkan kuliah, ternyata lebih besar daripada ketakutan saya berbicara kepada orang lain atau menyampaikan presentasi kepada pihak lain. Dan inilah yang kemudian mendorong saya bisa berbicara dengan baik. Secara terstruktur dan sistematis, lebih seperti pada saat saya menulis.

Setelah mulai berdagang dan mendapatkan uang lebih banyak itu, saya mulai mengenali karakter saya lainnya. Ternyata saya senang berbagi pengetahuan atau ilmu. Itulah yang mengantar saya menjadi guru privat untuk anak-anak SD, SMP, SMA. Wah, dulu kalau guru privatnya mahasiswa UGM —wes, orang tua murid-murid saya juga berharap anak-anak mereka kelak bisa kuliah di UGM. Jadi, cukup makmurlah saya jadi guru privat waktu itu. Belum lagi kalau orang tua si murid baik hati; suguhan makan minumnya lebih mahal atau lebih banyak dari honor saya. Kesenangan berbagi ilmu inilah yang membuat saya sering jadi guide dadakan di Candi Borobudur. Saya banyak mempelajari sejarah candi-candi nusantara dan ingin membagikan kepada mereka yang tidak tahu. Jadi guide bisa menjadi sarana itu dan saya pun mendapatkan fee yang layak.  

Kondisi ekonomi orang tua sayalah, yang mendorong saya untuk mengidentifikasi dan mengkomersialkan kemampuan diri. Dengan berdagang, saya mendapat untung. Dengan mengajar dan jadi guide, saya mendapat fee. Dengan menulis, saya mendapat honor. Dari pekerjaan-pekerjaan itulah saya bisa punya banyak duit selagi mahasiswa.

Sebenarnya uang dari penulisan cerpen cukup banyak, tapi karena kapan datangnya honor tidak menentu; agak sulit bagi saya mengatur uang. Selain itu, saya merasa harus berbagi dengan saudara saya dan orang tua yang sedang kesulitan ekonomi. Saya merasa turut bertanggung jawab terhadap kehidupan mereka. Saya ikut senang kalau bisa turut membantu urusan keperluan mereka.

Keterampilan saya berbicara itu ternyata bermanfaat ketika saya bekerja menetap di Penerbit dan PH (Production House). Ketika saya memutuskan untuk menerbitkan atau memvisualkan karya sebagai sinetron atau film, itu berarti saya harus siap mempresentasikan karya tersebut di depan direktur atau produser.

Dan apakah mereka cukup punya banyak waktu? Tidak. Kadang mereka hanya memberikan waktu lima menit. Kalau dalam lima menit, saya tidak bisa menunjukkan seluruh isi materi dan daya tariknya suatu tulisan, maka program tersebut bisa ditolak alias tidak diterbitkan ataupun tidak difilmkan.

Dulu, jadi penulis saya anggap bisa bekerja sendirian dalam diam dan tidak berurusan dengan pihak lain. Dalam perkembangannya, ternyata tidak demikian. Saya harus ikut mempromosikan karya yang sudah dipublikasikan. Saya perlu mengisi bedah buku, komunikasi tatap muka dengan pembaca, book signing, mengisi workshop-workshop penulisan, mempresentasikan karya di depan klien atau sponsor, dll.

Ternyata jadi penulis tetap harus berbicara dan bekerja sama dengan pihak lain. Saat menulis kita memang sendirian dan sunyi, tapi kalau sudah berurusan “menjual” karya tulisan, kita tetap harus berbicara dan berurusan dengan pihak lain. Tentu ini kalau ingin tetap survive sebagai penulis profesional dalam waktu yang lama.

Akhirnya, saya jadi terbiasa. Saya sudah happy saja mengerjakan semua aktivitas itu. Berbicara di depan umum yang dulu sangat saya hindari, sekarang sudah jadi kebiasaan. Sudah tidak terhitung lagi saya berbicara di depan kelas, presentasi karya, promosi buku/sinetron/film, mengisi kelas-kelas penulisan, memberi kuliah, dll.

Kalau harus jujur, maka saya tetap lebih nyaman bekerja di balik layar dalam sunyi. Tampil-tampil di depan umum dan berbicara untuk banyak orang, bukanlah kesenangan saya. Karena tuntutan karir begitu, saya pun harus melakukannya dengan gembira. Orang lain yang mengenal saya belakangan, mungkin tidak menyadari bahwa karakter saya introvert tulen.

Nah, bagaimana dengan kamu? Apakah kamu sudah mengetahui dengan pasti potensi dirimu? Atau selama ini kamu bekerja dan memilih karir karena tidak ada pilihan lainnya?

Tidak setiap orang bisa mengetahui minat dan potensi dirinya. Kalau masih muda belia, dan kamu merasa ragu-ragu atas minat dan potensimu; sebaiknya datang ke psikolog. Kamu bisa konsultasi dan menjalani serangkaian tes pemeriksaan untuk menentukan minat dan potensi dirimu? Tentu saja tidak gratis. Langkah ini akan membantumu untuk memilih jalur karir yang bisa melejitkan potensimu.

Seseorang yang punya minat bakat dan memilih jalur kerja yang sesuai, pasti berbeda dengan mereka yang salah arah. Sebenarnya rasa suka terhadap bidang yang ditekuni itulah yang terpenting. Dengan demikian, kalau ada tantangan, hambatan, bisa tetap bertahan untuk menentukan solusinya. Sementara kalau tidak memiliki minat, persoalan kecil pun bisa membuat orang patah semangat.

Bagaimana kalau kamu merasa sudah terlambat dan kelewat umur untuk alih jalur karir? Mau pindah kerja, rasanya kok sudah mapan dan di bidang lain belum tentu menjanjikan? Ya tidak apa-apa bertahan di pekerjaan yang sudah lama ditekuni. Ini kan pilihan masing-masing.

Ada juga orang yang merasa bahwa pilihan karirnya tidak sesuai minat bakatnya. Dia tetap bekerja di bidang tersebut, sambil berinvestasi dan mengasah keterampilan di bidang yang sesuai minatnya. Ketika dia sudah siap dan mampu, dia memilih pensiun dini dan memulai karir sesuai pilihan hatinya. Ada pula yang memutuskan memulai karir di bidang sesuai minatnya saat dia pensiun.

Semua itu tinggal pilihan sesuai dengan pertimbangannya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan pilihan setiap orang. Setiap pilihan ada konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan. Karenanya tidak bijak, mencampuri pilihan dan pandangan orang lain.

Namun dengan tulisan ini, saya ingin mengajak setiap orang —terutama generasi muda untuk lebih mengenal potensi dirinya. Dengan mengidentifikasi minat, bakat, dan kemampuan masing-masing, ia bisa lebih pas dan tepat dalam memilih pekerjaan atau karirnya. Sekurangnya dengan memilih jalur karir atau pekerjaan yang sesuai dengan minatnya, peluang untuk sukses itu jauh lebih besar.

Adanya minat pada bidang yang ditekuni, juga akan mendorong seseorang untuk menghasilkan karya-karya yang lebih baik. Mereka akan berkembang lebih pesat daripada mereka yang berada di bidang tersebut karena salah jalur atau tidak sesuai dengan minatnya.

Pengetahuan seperti ini, belum banyak kita sadari. Para orang tua pun, kadang tidak peduli dengan urusan begini. Kadang-kadang sudah sampai hendak pemilihan kampus (tingkat sarjana) yang berarti lebih pada keahlian spesifik, seorang anak pun belum tahu bidang apa yang menarik hatinya.

Hal ini terjadi karena selama pendidikan SD, SMP, SMA, mereka menjalani sekolah secara standar. Mereka mengikuti kurikulum pendidikan kita yang meluas ke banyak urusan. Orang tuanya pun terlalu sibuk untuk memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Guru tidak sempat pula karena beban tugas yang terlampau banyak. Belum lagi urusan di rumah tangga masing-masing.

Jadinya, ketika mau kuliah anak-anak pun gamang. Mereka tidak tahu harus memilih jurusan apa. Mereka baru bertanya-tanya, mau kuliah di mana dan jurusan apa. Betapa banyaknya waktu yang terbuang, sehingga mereka tidak sempat mengasah minat bakatnya secara maksimal.

Berbeda dengan anak-anak yang berada di lingkungan dengan kesadaran “membangun masa depan” lebih baik. Orang tua, guru akan mendorong dan mengarahkan setiap anak untuk mengidentifikasi minat bakatnya. Sedari dini, mereka diajak mengenal potensi dirinya. Setelah itu, orang tua dan guru akan mendukung anak-anak ini untuk mengembangkan minat dan bakatnya.

Dengan demikian, minat bakat tersebut akan menjadi keterampilan praktis atau keahlian khusus untuk survive di masa depan. Anak-anak yang berasal dari lingkungan seperti ini, umumnya memiliki keahlian dan menguasai medan kerja dengan sangat baik. Bekerja dengan lebih baik, berarti pendapatan yang lebih banyak, dan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan orang lain.

****

Please follow and like us:

Setahunan: Selamatan Bayi 1 Tahun (420 Hari)

Artikel ini telah dimuat di nongkrong.co pada hari Sabtu, 2 Juli 2022 dengan link sebagai berikut.

https://www.nongkrong.co/lifestyle/pr-4313795701/setahunan-selamatan-bayi-1-tahun-420-hari

NONGKRONG.CO —Setahunan adalah selamatan bayi yang berumur 1 tahun (Jawa) atau 420 hari (12 x 35 hari). Bagi orang Jawa, selamatan setahunan ini tidak sepenting selamatan tedhak siten atau pitonan. Mereka biasanya menyelenggarakan selamatan setahunan dengan lebih sederhana dibandingkan dengan pitonan.

Pada saat acara setahunan ini, semua uborampe atau perlengkapan selamatan dapat dikatakan lebih kurang sama dengan acara selapanan atau telonan. Beberapa pihak bahkan mengatakan, untuk selamatan setahunan ini mereka tidak membuat nasi berkat secara tradisional. Acara selamatan setahunan-nya dibarengkan dengan acara ulang tahun ke-1 si anak. Biasanya hidangan makannya sesuai selera si pengundang dan tersedia kue-kue ulang tahun untuk anak-anak.

Bagi mereka yang masih membuat nasi berkat untuk acara selamatan setahunan ini, biasanya mereka mempersiapkannya untuk dibagi-bagikan. Pada acara ini uborampe yang harus disiapkan ada tujuh macam, yaitu (1) tumpeng, (2) sayur 7 macam, (3) telur ayam rebus 7 butir, (4) cabai, bawang merah, dan bawang putih, (5) nasi gudangan, (6) buah-buahan sebanyak 7 macam, dan (7) bubur merah putih 7 porsi. Setiap uborampe merupakan simbol sesuatu dan memiliki makna filosofis yang berbeda-beda.

Pertama, tumpeng.

Tumpeng adalah simbol hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan YME. Semakin baik dan tinggi tumpeng yang dibuat, menandakan harapan agar hubungan manusia dengan Tuhannya pun dari waktu ke waktu semakin baik.

Tumpeng yang dikelilingi oleh lauk pauk di bagian bawahnya merupakan simbol dari masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan dengan berpusat pada gunung (yang diyakini oleh orang Jawa di masa lampau sebagai tempat tinggalnya TuhanYang Maha Kuasa). Tanah-tanah di sekitar gunung dianggap sebagai tanah yang paling subur. Tanah subur menghasilkan panen pertanian yang melimpah. Berlimpahnya hasil panen akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Itulah pengertian dari tumpeng dalam pandangan sebagian besar orang Jawa.

Kedua, sayur 7 macam.

Jenis sayuran dalam selamatan setahunan ini bebas sesuai dengan selera penyelenggaranya. Dalam selamatan setahunan harus ada kangkung dan kacang panjang. Kangkung menjadi simbol permintaan agar si bayi terus jinangkung atau terjaga dalam pemeliharaan Tuhan.

Kacang panjang merupakan simbol permohonan agar si bayi panjang umur. Sayur 7 macam ini menyimbolkan agar kelak si bayi dapat hidup seperti sayur-sayuran itu. Mudah tumbuh, mudah membaur di segala situasi, dan bermanfaat bagi banyak orang.

Ketiga, telur ayam rebus 7 butir.

Telur yang masih mentah gampang rusak, jatuh pun langsung ambyar. Itulah sebabnya dalam selamatan setahunan, telur yang disediakan harus sudah direbus. Telur rebus lebih kuat, tidak gampang pecah, mudah dimakan, dan lebih mudah diberikan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. Telur rebus merupakan harapan agar si bayi menjadi orang yang berkepribadian baik dan tangguh.

Keempat, cabai, bawang merah, dan bawang putih.

Ketiga bumbu dasar dapur orang Jawa ini harus ada dalam selamatan setahunan. Dengan ketiga bumbu dasar ini, orang Jawa bisa memasak segala jenis masakan. Ini merupakan simbol agar si bayi kelak menjadi mandiri, tidak menjadi tanggungan orang lain, dan bermanfaat bagi sesamanya.

Kelima, nasi gudangan. 

Nasi gudangan berisi nasi dan sayur urap yang komplit. Filosofi penting dalam nasi gudangan ini adalah adanya urap yang berarti urip kudu urup. Seseorang harus bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya agar dapat hidup dengan baik di tengah masyarakat.Orang Jawa pada prinsipnya memegang konsep kemandirian dalam kehidupan.

Keenam,  buah-buahan 7 macam.

Pada saat acara selamatan setahunan, buah-buahan 7 macam ini jenisnya bebas. Sesuka orang tua si bayi atau penyelenggarannya. Makna filosofis yang ada dalam pengadaan buah ini adalah harapan agar si bayi kelak menghasilkan “buah”. Si bayi kelak mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Ketujuh, bubur merah putih 7 porsi.

Sebagaimana selamatan lainnya, bubur merah putih pada selamatan setahunan ini melambangkan kehidupan dan kerukunan bersama. Adanya bubur merah putih diharapkan dapat menjadi pendorong bagi si bayi kelak agar dapat hidup rukun dengan keluarga, kerabat, tetangga, relasi, dan masyarakat luas; serta memberikan kontribusi yang banyak untuk bangsa, negara, dan agama.

Itulah ubarampe selamatan setahunan bayi. Setelah semua siap, semua akan dihajatkan oleh tetua atau pinisepuh di keluarga tersebut. Si bayi yang hendak diselamati setahunan biasanya ditempatkan di sekitar nasi berkat yang sudah disiapkan.

Pada saat selamatan setahunan, sebagian besar orang Jawa membacakan atau melakukan doa bersama untuk kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, dan keberkahan si bayi dan keluarganya dalam bahasa Jawa. Namun sebagian ada yang membacakan doa dalam bahasa Arab. Biasanya doa yang dibaca dalam acara selamatan setahunan adalah sebagai berikut.

  1. Doa Mohon Keberkahan untuk si Bayi

Dalam hadist dikisahkan bahwa Abu Musa RA mengatakan, “Ketika anakku lahir, aku membawanya ke hadapan Nabi SAW (Muhammad SAW). Beliau memberi nama bayiku Ibrahim, dan mentahnik dengan kurma, lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian beliau kembalikan kepadaku.” (HR Bukhari 5467 dan Muslim 2145).

Berkaitan dengan doa keberkahan untuk si bayi, tidak ada doa yang khusus atau tertentu. Namun di kalangan orang Jawa, banyak di antara mereka yang membacakan doa ini.

Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii wa athil hayaatii ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amalii wagh-fir lii.

Artinya:

“Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku.”

  • Doa Meminta Perlindungan dari Godaan Setan

Doa ini diambil dari Surat Al Baqarah ayat 255 atau yang terkenal dengan sebutan ayat kursi berikut ini.

Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim”.

Artinya:

“Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain  Dia yang hidup kekal, lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.

  • Doa agar Bayi Menjadi Anak Sholeh dan Sholeha

Pada acara setahunan, para undangan biasanya diajak juga untuk mendoakan banyak orang. Sekurangnya mereka akan Surat Al Fatihah untuk berbagai pihak. Pertama, membacakan Al Fatihah untuk Nabi Muhammad SAW. Kedua, membacakan Al Fatihah untuk para aulia dan ulama. Ketiga, membacakan Al Fatihah untuk seluruh nabi, aulia, ulama, syuhada, sholihin, dan seluruh umat islam. Keempat, membacakan Al Fatihah untuk seluruh leluhur keluarga. Kelima, membacakan Al Fatihah secara khusus untuk orang tertentu.

Berikut ini bacaan Surat Al Fatihah dan artinya:

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Alhamdu lillaahi Rabbil ‘aalamiin

2. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,

Ar-Rahmaanir-Rahiim

3. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,

Maaliki Yawmid-Diin

4. Pemilik hari pembalasan.

Iyyaaka na’budu wa lyyaaka nasta’iin

5. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.

Ihdinas-Siraatal-Mustaqiim

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus

Siraatal-laziina an’amta ‘alaihim ghayril-maghduubi ‘alaihim wa lad-daaalliin

7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

Baru setelah kegiatan membacakan Al Fatihah untuk banyak orang ini selesai, akan dibacakan doa untuk si bayi.

Allahummaj ‘al awladana awladan sholihiin haafizhiina lil qur’ani wa sunnati fuqoha fid diin mubarokan hayatuhum fid dun-ya wal akhirah

Artinya: 

“Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang saleh salehah, orang-orang yang hafal Alquran dan sunah, orang-orang yang paham dalam agama dibarokahi kehidupan mereka didunia dan di akhirat.”

  • Doa Selamat Dunia Akhirat

Selamat sejahtera dunia akhirat adalah harapan setiap orang Jawa yang mempercayai keberadaan Tuhan sebagai penciptanya. Oleh karena itu, pada selamatan setahunan ini, biasanya dibacakan juga doa selamat dunia dan akhirat.

Allaahumma innaa nas aluka salaamatan fid diin, wa ‘aafiyatan fil jasad, wa ziyadatan fil ‘ilmi, wabarokatan dir rizqi, wa taubatan qoblal maut, warohmatan indal maut, wa maghfirotan ba’dal maut. Allaahumma hawwin ‘alainaa fii sakarootil maut, wan najaata minan naar, wal ‘afwa indal hisaab.”

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu keselamatan ketika beragama, kesehatan badan, limpahan ilmu, keberkahan rezeki, tobat sebelum datangnya maut, rahmat pada saat datangnya maut, dan ampunan setelah datangnya maut. Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, berikanlah kami keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada saat hisab.”

Kegiatan pembacaan doa dilakukan setelah sesepuh melakukan pemberkatan atau memberikan doa pada semua uborampe perlengkapan selamatan yang telah dipersiapkan. Selanjutnya akan membaca semua doa tersebut.

Setelah doa bersama yang lebih panjang, bila dibandingkan pada acara selamatan brokohan, sepasaran, selapanan, telonan, tedhak siten; akan dilanjutkan dengan kenduri atau makan bersama. Kemudian ditutup dengan doa selamat dan keberkahan untuk semua pihak. Seterusnya semua tamu kembali ke rumah masing-masing dengan membawa nasi berkat yang telah dipersiapkan.

Seperti itulah selamatan setahunan bayi di lingkungan orang Jawa yang masih umum dilakukan. Ubarampe atau perlengkapan dari sega berkat dalam acara ini bisa beragam sesuai dengan adat daerah masing-masing. Secara umum orang Jawa masih dapat mengidentifikasi selamatan setahunan bagi bayi sesuai dengan uraian di atas.

Catatan:

Penulis adalah peneliti budaya Jawa dan dosen PBSI, FKIP, Universitas PGRI Yogyakarta. Web pribadi: arikinoysan.com

Please follow and like us:

Bukan Hidung (Pinokio)

Tadi malam saya mencium aroma semacam bangkai di kamar yang bikin mual pusing, dan akhirnya pindah kamar. Hidung saya —seperti sensor indera keenam, supersensitive.😂 Aroma busuk atau wangi dalam jarak jauh —yang bagi orang lain samar, saya mengidentifikasi dengan baik.
.
Sebelum pindah kamar, saya menyalakan semua lampu; memeriksa tempat-tempat yang tampak. Mungkin saja ada cicak atau “den bagus” yang masuk, terus tidak bisa keluar. Maklum, rumah depan hutan dan sungai; rimbun tanaman di depan rumah —binatang pecicilan ke rumah itu biasa.
.
Beberapa bulan lalu, saya juga terkena gangguan cicak mati meninggalkan bau bangkai di ruang tamu. Sudah dipel bersih pake karbol dan pewangi pun, versi saya baunya belum hilang. Pas adik saya datang, saya tanya apa dia cium bau bangkai cicak. Dia bilang tidak. Wangi katanya.
.
Heleh, hidung sensitive bikin masalah kalau kayak gitu. Akhirnya saya pun mengepel berulang dan menyemprot pewangi tempat bekas bangkai cicak.
.
Sebelumnya saya berasa stres terkena bau bangkai dan meminta semua tempat perabotan dicek dipel wangi. Namanya biang kerok itu belum ketemu. Bhadalah… cicak mati kejepit di jendela. 🤣
.
Hari ini pun ternyata cicak pula yang
bikin ribet. Padahal semua tempat tersembunyi wes saya taruh kapur barus biar cicak dll tidak mendekat. Tapi tetap kalau terlupa dan kapur barus sudah mengecil, mereka yo pecicilan lagi keluar masuk.
.
Saya pun kudu ikhlas bebersih dadakan, sekaligus menata ulang setting kamar 😃 Lumayanlah membakar kalori di saat puasa. Bikin kerjaan lain tertunda 🙏
.
Pict: si bocil —salah satu cucu ibu saya di rumah ibu, sudah bebersih perabotan untuk persiapan lebaran😅 Puasa baru beberapa hari, si bocil udah mo lebaran aja 😄 *seolah wes menghitung angpao yang akan diterima dari para tetuanya, termasuk saya 🤣
.
Please follow and like us: