Mengulas Tentang OUTLINE

Menulis buku akan lebih mudah bila kita menggunakan outline. Buku anak bisa dipesan via wa.me/6281380001149.

Secara prinsip, menulis materi “panjang” akan lebih mudah bila sudah ada gambaran keseluruhannya. Dengan demikian, saat menulis sudah bisa fokus untuk menyelesaikan naskah. Hal ini biasa disebut dengan adanya outline. Mari kita cek hal-hal yang berkaitan dengan outline.

  1. Outline adalah kerangka, regangan, garis besar, guratan, sinopsis global, ringkasan seluruh cerita. Outline merupakan rencana penulisan dengan membuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap; rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
  2. Outline sangat penting sebagai pemandu langkah demi langkah dalam proses penulisan. Outline yang bagus ibarat 80 persen materi siap. Tinggal mengetiknya sebagai bentuk naskah lengkap.
  3. Outline masing-masing penulis sangat tergantung dari karakter dan kepribadian penulisnya. Ada yang garis besar saja, ada yang rinci bab per bab, ada yang lebih detail sampai ke karakter dan adegan. Pilihlah yang paling mudah bagi anda.
  4. Outline yang paling baik adalah outline yang membuat kita bisa fokus dan terus menulis sampai selesai; hindari menilai dan mengatakan outline anda tidak bagus. Harus pede bahkan dari sejak membuat outline.
  5. Apakah boleh keluar dari outline yang sudah dibuat? Tentu saja boleh. Tapi ingatlah, outline dibuat agar kita tidak keluar jalur. Jadi fokuslah pada yang sudah dioutlinekan agar tidak semakin bingung dan naskah segera selesai.
  6. Bagaimanakah mengatasi keinginan untuk mengubah cerita dari outline karena ada ide baru? Berhentilah menulis. Tuliskan ide baru itu dalam kertas/file kerja lainnya. Lalu kembalilah menulis sesuai outline.
  7. Saat membuat outline, sebenarnya kita sudah diajak “merancang” keseluruhan kinerja kita, baik kinerja intrinsik (judul, premis, opening, isi/konflik, dialog, karakter, setting, suspense, ending, dll) maupun kinerja ekstrinsik (segmentasi, berapa lama dikerjakan, kemasan produk, dll).
  8. Bagaimana cara mudah membuat outline? Pakai rumus 5W dan 1H, what: apa ceritanya?; why: mengapa cerita/peristiwa itu terjadi?; where: di mana cerita berlangsung?; when: kapan cerita berlangsung?; who: siapa yang menjadi tokoh ceritanya?; how: bagaimana jalan ceritanya?; jawaban itulah yang menjadi rangkaian cerita dalam novel.
  9. Bolehkah saya menulis tanpa menggunakan outline? Boleh, asal anda bisa menjaga konsistensi cerita secara keseluruhan. Ingat, dengan outline anda tak perlu mengingat-ingat keseluruhan cerita (semisal 200 halaman di otak anda), cukup menuliskannya sebagai outline dan bisa melihatnya kapan saja. Dengan outline kita juga mudah mengetahui kekurangan dan kelebihan format cerita kita.
  10. Kenapa saya sudah pakai outline tapi tetap macet di tengah penulisan? Jawabannya macam-macam; bisa bosan, malas, materi kurang, tidak menguasai materi, dll. Tinggalkan meja kerja. Cari tahu masalah anda, lalu selesaikan. Kalau bosan, refreshing. Kalau malas, cari motivasi kenapa menulis. Kalau materi kurang, tambah lagi dengan browsing, baca, cari narasumber. Kalau tidak menguasai materi, carilah ahli sebagai pendamping.

Happy Writing. Be a Good Writer 🙂
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Produktif? Gampang Kok!
Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Membahas Setting Cerita

Unforgettable Tokyo. Pesan novel bisa wa.me/6281380001149.

Setting sering disebut dengan latar belakang cerita. Setting sering diidentikkan dengan lokasi cerita. Setting sering dianggap budaya dalam cerita.

Segala hal yang menjadi latar belakang cerita dari awal sampai akhir, itulah yang dimaksud setting.

Pada umumnya setting terdiri dari:

  1. Waktu: kapan peristiwa terjadi, bisa masa lalu, masa sekarang atau (prediksi) masa depan.
  2. Tempat: di mana peristiwa dalam cerita terjadi, misalnya di sekolah, di kantor, dll.
  3. Budaya: adat dan budaya apakah yang digunakan, misalnya budaya Jawa, budaya Betawi, dll.
  4. Suasana: suasana atau situasi dan kondisi seperti apa yang melingkupi cerita dalam novel tersebut; apakah semangat, sedih, gembira, bahagia, dll.
  5. Latar belakang dan kepribadian karakter; apakah karakter di dalam cerita ini orang yang penyendiri, pendengar yang baik, ramah, mudah bergaul, baik hati, dll.

Untuk memudahkan penulisan, di awal-awal bila menulis novel, ambillah setting yang paling kita kenali dan kita kuasai dengan baik. Dengan demikian, kita tidak perlu membuang waktu untuk melakukan penelitian atau riset. Setting yang kita kenal baik, pasti akan memudahkan kita dalam membuat deskripsinya.

Misalnya, kalau kita tinggal di Jakarta setiap hari sibuk dan mengetahui hiruk pikuk kota Jakarta, tentu sangat mudah bagi kita untuk menuliskannya.

Sebaliknya, kalau kita menuliskan setting kota London, sementara kita belum pernah tinggal di sana, tentu butuh waktu banyak untuk melakukan riset atau wawancara dengan orang-orang yang tinggal di London.

Jadi, pilihlah setting yang paling kita kenal untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan kita dalam menulis novel.

Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!

Please follow and like us:

Ritual Sebelum Menulis

Supermarket Supercinta. Pesan novel wa.me/6281380001149.


“Apa ada ritual khusus sebelum menulis?”
Mo ketawa nggak ketawa saya mendapat pertanyaan ini. Jawaban saya: dengan banyak ritual😀

  1. Kudu wes bangun, sadar; karena kalau tidur nggak bisa nulis 😂
  2. Mandi bebersih serapinya, senyamannya, secantiknya seperti orang mau kerja kantoran. Ya ini, semacam penambah semangat.
  3. Makan minum secukupnya biar full energi. Nulis dengan perut kenyang bikin pikiran tenang. Kalau puasa, ya sesuaikan saja.
  4. Rapikan meja kerja. Siapkan perangkat menulis; laptop, draft kerja, buku-buku referensi, alat tulis catat, rekaman, dll kruncilan yang perlu. Setting pada posisi siap pake.
  5. Pasang musik kalau suka. Kalau nggak ya nggak usah ikutan.
  6. Siapkan air minum dan cemilan kalau senang. Bagi pengemil tidak disarankan karena anda bisa ngemil saja tanpa beneran nulis 😂😅
  7. Berdoa dan mulai bekerja. Cek-cek 30 menitan break 1-2 menit biar rehat mata. Kalau sudah 2 jam an sebaiknya berhenti 10 an menit, sebelum kembali nulis.

    Nah ritual itulah yang bikin saya tetap semangat menulis dan cukup banyak tulisan setiap kali kerja.

    Ritualmu beda? Ya gak apa-apa. Tiap penulis punya aturan main berbeda saat mulai kerja 😀👍 Yang penting produktif nulis, sehat, happy, banyak uang, banyak piknik, banyak berbagi 💖🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kalau Kita Menyunting Naskah

Wonderful Bangkok. Pesan novel wa.me/6281380001149.

Pada prinsipnya, penyuntingan naskah itu memperbaiki kekurangan naskah dan menjadikan naskah lebih baik.

Proses ini bisa menjadi beragam, tergantung kualitas dasar naskahnya. Kadang-kadang naskah yang sudah bagus, nyaris tidak memerlukan campur tangan editor, karena dari konten, gaya bahasa, template, dan ejaan pun sudah sesuai. Ini sungguh editornya “beruntung” karena nggak perlu capek capek kerja.

Namun untuk materi naskah yang hampir semuanya “bermasalah” editor harus bekerja sangat ekstra.

  1. Masalah isi
    Periksa keseluruhan, lengkap atau tidak dari judul, pengantar, daftar isi, materi bab per bab, penutup referensi, biodata penulis, lampiran bila ada.

Bila sudah, cek cek pula materi tiap bab, imbang, ilustrasi benar, materi cukup.

Cek hubungan antar bab, apakah sesuai atau ada yang diubah.

Materi untuk fiksi menyesuaikan standar.

  1. Masalah gaya bahasa
    Apakah penulis menggunakan style tertentu yang tidak biasa?

Perlukah diubah? Ataukah sudah sesuai standar penerbit/media/PH?

  1. Masalah template atau aturan format standar.
    Sudah sesuaikah?

Jumlah halaman?

Model penulisan bisa diterima atau harus diubah total?

  1. Ejaan dan pengetikan
    Hal sepele yang sering diabaikan adalah salah ketik dan salah ejaan. Perhatikan hal ini, kalau terlalu berat serahkan korektor; hanya checking kata demi kata.

Penyuntingan yang paling berat pada tataran isi dan struktur. Karena ini melibatkan kemampuan, wawasan, kejelian melihat potensi pasar, kekuatan naskah, pengalaman pribadi yang turut jadi pertimbangan, dll sehingga naskah menjadi paripurna dan meraih potensi bestseller nya.

Penyuntingan materi, biasanya dilakukan oleh ahli di bidang yang bersangkutan, baru kemudian diserahkan pada editor profesional.

Artinya naskah tersebut secara konten sudah divalidasi tidak menyesatkan. Tugas editorlah yang kemudian menyempurnakan naskah sesuai standar masing masing kepentingan atau institusi.

Jadi sebenarnya, kalau kita menulis dan mengedit sendiri; itu melakukan banyak sekali pekerjaan “orang”. Dan ini tidak mudah. Tapi belajar memang selalu butuh investasi; waktu, uang, sarpras dan niat.

Bagaimanapun, naskah awal yang bagus lebih berpotensi diterbitkan daripada naskah awal yang masih acak acakan.

Semoga membantu ya 😀🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Mudahkanlah Dirimu

Wonderful Bangkok. Novel setebal 300 hlm pun dimulai dari satu kata demi satu kata.

Ada banyak penulis pemula yang terlalu merepotkan dirinya sendiri. Terlalu sibuk dengan berbagai hal yang sebenarnya “belum waktunya”. Segala sesuatu itu ada waktunya.

Hal yang terpenting ketika baru memulai dunia ini, ya menulis. Jangan urus banyak persoalan lain yang mengikuti dunia penulisan. Menulis saja belum, sudah meribetkan editing, penerbitan, pembayaran, dan tetek bengeknya penerbitan…

Sederhanakan saja kerja pikiran anda; duduk, menulis, menyelesaikan naskah sebaik mungkin; baru cari editor, cari penerbit atau media, dan tidak usah bawel. Yang kebanyakan bawel biasanya tidak banyak berkarya 🙂

Kalau nggak tahu cara menulis, cari buku panduan, ikut kelas, cari guru; lalu menulislah dan jangan banyak tanya yang ujungnya justru bikin bingung. Ilmu sederhana diterapkan, digunakan, lalu perlahan ditambah yang lebih rumit; akan ada gunanya. Daripada sibuk tanya, dijawab juga tidak paham karena yang mudah saja belum diterapkan.

Yuk ah, jangan membebani diri sendiri dengan urusan yang belum waktunya. Menulis buku awalnya ya menulis saja, tidak perlu banyak membahas urusan publikasi.

Kalau naskahnya sudah ada, mudahlah menawarkan ke sana-sini. Kalau belum ada naskahnya, anda mengatakan punya konsep begini begitu, ya tidak akan dipercaya…. kan di dunia penulisan yang “dijual” naskahnya; bukan omongan anda.

Happy Writing, Be A Good Writer 🙂
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!
* Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!

Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Konsistensi dalam Menulis

Manfaat dan Khasiat Sehat dari Dapur. Pesan buku wa.me/6281380001149

Besok sebagian umat Islam sudah mulai puasa Ramadhan. Sebagian lagi masih menunggu hasil sidang dari pemerintah nanti malam. Semoga apapun permulaan puasa yang kamu ikuti, tetap jaga kerukunan dan toleransi umat beragama.

Orang Islam yang paling baik, bukan mereka yang paling banyak ibadahnya; tetapi mereka yang paling baik perlakuannya kepada sesama manusia, kepada binatang, tumbuhan, dan semesta raya seisinya. Selamat berpuasa. Selamat beribadah di bulan Ramadhan. Selamat menempa diri jadi insan yang lebih baik dan lebih beriman takwa. Amin YRA.

==========

Nah, berkaitan dengan konsistensi menulis; tentu banyak yang mengalami hal-hal berikut ini.
Sulit memulai tulisan?

Menulis tidak selesai?

Merasa tidak bisa menulis?

Macet di tengah naskah?

Temanya kok klise banget?

Masih sibuk kerja.

Dan masih banyak lagi alasan yang membuat kita tidak konsisten dalam menulis. Berikut ini cara-cara demi menjaga konsistensi dalam menulis.

  1. Segera Mulai
    Saat menemukan ide, segeralah menulis meskipun sedang malas. Bila tidak ada ide, segeralah menggunakan alat tulis untuk menulis, ide akan datang dengan sendirinya. Apa saja yang ingin kita tulis, segeralah tulis. Mulailah menulis, meskipun kita punya ide atau tidak ada ide.
  2. Tentukan Waktu
    Tiap penulis punya waktu menulis yang berbeda-beda. Pilihlah yang paling membuat kita nyaman menulis. Bisa pagi, siang, sore, malam, atau larut malam.
  3. Fokus
    Kalau sudah menentukan satu proyek penulisan, fokuslah. Jangan tengok-tengok proyek lain. Kebiasaan buruk penulis baru, suka tergoda sana-sini, mencolek sana-sini pekerjaannya, dan pada waktunya tidak ada yang selesai satu pun. Semua nanggung.
  4. Isi Otak
    Baca apa saja, timba ilmu apa saja (bisa sekolah, kursus, pelatihan, dll). Bahkan kadang kalau bacaan atau ilmu itu tidak berkaitan dengan penulisan kita, tetap akan bermanfaat suatu saat.
  5. Pakai Warna
    Dalam pembuatan draft kasar di atas kertas, gunakan warna-warna yang menarik hati. Untuk membedakan mana point penting, mana yang pendukung, mana yang di depan, mana intinya, dst.
  6. Pecah-pecah
    Kalau menulis naskah yang panjang, yang tidak mungkin selesai 1-2 bulan, pecah-pecah, pisahkan dalam bagian kecil-kecil, mungkin per bab atau per bagian. Semuanya terserah kepada kesenangan masing-masing penulis.
  7. Putar Musik
    Selain membuat nyaman, memutar musik favorit kita juga sering membantu tulisan kita lebih “bernyawa”.
  8. Olahraga
    Olahraga penting buat penulis? Wajib. Menulis itu sangat menguras energi pikiran. Kalau sudah mulai tegang, otaknya panas, tinggalkan meja kerja. Keluarlah ke taman dan lakukan gerakan ringan untuk mensuplai oksigen. Setiap hari lakukan olahraga secukupnya, 20-30 menit cukup.
  9. Pasang Foto Orang Kesayangan
    Percaya atau tidak, foto orang-orang kesayangan di dekat kita, sering membuat kita lebih termotivasi dalam bekerja.
  10. Berdoa
    Tidak ada hubungannya dengan tulisan, tapi memulai menulis dan mengakhiri naskah dengan berdoa, rasanya cukup membantu kita menyelesaikan pekerjaan.

Nah, selamat mempraktikkan dan selamat menulis. Happy writing, happy rekening, happy writer, happy lifestyle ❤️

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Menawarkan Jasa Penulisan

Herbal Nusantara. Buku tersedia di andipublisher.com; Pesan buku bertandatangan wa.me/6281380001149

Dunia penulisan dalam industri kreatif sering saya sebut seperti hutan rimba. Ya, kita beneran tidak tahu seperti apa keseluruhan dunia ini, meskipun sudah lama berkutat di dalamnya.

Sebagian gambaran bisa dituturkan dengan mudah; seperti bagaimana menulis, bagaimana menerbitkan buku, bagaimana mencari penerbit, bagaimana berdealing dengan produser, memperlakukan klien, menentukan deadline, dll.

Tapi sebagian lagi seperti ruang gelap yang tidak tertembus cahaya; misalnya rumus buku bestseller, ketentuan aturan film box office, karya karya viral, hingga nego nego copyright, jual beli karya, dll. Semuanya “serba tidak jelas”.

Dan menawarkan jasa penulisan juga merupakan bagian ruang gelap itu. Masih terasa aneh, orang menawarkan jasa menulis; karena “kelihatannya” mayoritas orang merasa dirinya bisa menulis. Terlebih kalau mereka tidak buta aksara.

Sebagai penulis, saya juga termasuk yang tidak memiliki “patokan” untuk menawarkan jasa menulis ini. Tapi sekurangnya, hal hal berikut bisa jadi share pengalaman saya. Bagaimanapun menulis untuk klien, yang selesai langsung dibayar; itu jauh lebih aman buat “dapur” saya, daripada menulis buku bertahun-tahun dengan sistem royalti.

1. Buku karya kita adalah bukti yang tak terbantahkan. Karenanya mau anda jadi ghostwriter, jadi penulis buku biografi, tetep wajib punya buku yang nangkring di toko buku. Biar bikin promosi atau proposalnya gampang.

2. Selain itu kalau punya buku, kita juga gampang ngasihnya. Terus calon klien juga bisa baca-baca cocok tidaknya dengan gaya tulisan kita.

3. Cara menawarkan jasa kita bisa dengan beragam cara. Mengirimkan surat perkenalan dan proposal via email sering dianggap sebagai cara yang mudah.

4. Namun kalau pas di pertemuan tertentu jumpa dengan calon klien, bilang dan tawarkan saja. Mereka pasti senang.

Oh ya, rata rata orang penting senang jumpa penulis karena mereka sering tak sempat menulis.

5. Saya, dengan latar etnis Jawa yang melekat dengan budayanya —yang tidak terbiasa dengan memamerkan diri seluruh kemampuannya, termasuk jarang menghubungi orang untuk menawarkan ini itu jasa yang kami sediakan.

6. Bukan karena tidak mau begitu, tapi karena masih banyak pe er gaweyan yang belum selesai. Menambah orang, belum tentu cocok cara nulis dan kerjanya.

7. Tapi sesekali saya akan menghubungi orang orang yang saya anggap potensial. Kalau sudah ada klien, ya tidak serakah mencari terus karena bikin naskah pesanan klien itu cukup lelah. Kalau serakah ntar malah bubrah atau tidak jadi.

8. Saya tidak tahu anda model penulis yang mana. Yang jelas menawarkan jasa itu penting. Karena klien dengan naskah pesanannya yang bikin penulis cukup punya duit. Bukan dari buku buku royalti kita.

9. Yang penting sopanlah menawarkan. Jangan ngotot. Klien yang memang serius pasti akan cari kita. Apalagi kalau cocok model tulisannya.

10. Yeach. Tapi ini butuh lebih dari sekedar kemampuan menulis. Butuh pribadi dan karakter yang baik. Butuh sikap mental yang kuat.

Karena menghadapi klien berduit itu beda dengan menghadapi penerbit yang tidak secara langsung membayar penulisnya.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: