Membangun Perasaan Kaya secara Pribadi

Salah satu kotak uang di rumah saya dan dibuka jelang lebaran seperti ini. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Alhamdulillah, saya menganggap diri sendiri wes kaya; dengan standar pribadi. Kaya versi saya itu kebutuhan sebagai manusia wes banyak terpenuhi.

Sekurangnya kita sebagai manusia ada tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Nah, kalau kebutuhan primer dan sekunder sudah terpenuhi, sebenarnya orang sudah boleh berasa “kaya”. Tapi mungkin karena kultur kita itu kebanyakan “sambatan”, “berkeluh kesah”, kadang orang kaya pun rela “memiskinkan” diri demi bansos, BLT, dll bantuan yang tidak seberapa.🙏

Kalau saya, alhamdulillah kebutuhan dasar (primer) –sandang, pangan, papan layak: sudah terpenuhi; keinginan pertama (sekunder) –sekolah tinggi, investasi ilmu pengetahuan, investasi dasar, tabungan: mayoritas terpenuhi; keinginan kedua (tersier) –haji, umroh, keliling Indonesia, keliling dunia, dll hobi bercharge tinggi: beberapa terpenuhi, beberapa sedang diusahakan. Dan yang penting, saya tidak punya utang-utang yang membebani.

Kondisi dan situasi itulah yang jadi dasar saya menyebut diri “kaya”, kecukupan dalam banyak hal. Syukur terimakasih ya Allah atas segala nikmat dan karunia-Mu❤️🙏

Pun kalau ada situasi tidak terduga, tidak ada penghasilan (seperti masa pandemi kemarin), sekurangnya saya masih bisa survive hidup layak selama beberapa tahun. Tanpa perlu menjadi tanggungan pihak lain atau berhutang. Dengan catatan semuanya normal, artinya saya dalam keadaan sehat; tidak ada penyakit yang memerlukan biaya tinggi.  

Yach, kondisi merdeka finansial yang saya bangun sedari saya punya penghasilan dan tahu persis bahwa kurang garam sesendok pun, kita tetap harus beli dan bayar pakai uang. Tentu dengan gaya hidup yang tidak amburadul sakarepe dhewe saat membelanjakan uang.

Karena sifat uang itu, ketika masih berupa angka kayaknya besar, tapi begitu dipegang dan diatur ini itu tahu tahu loooos, kok sudah habis 😀🙏

Kondisi saya tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan orang lain. Dengan saudara-saudara dan ipar-ipar saya saja, rasanya saya paling miskin kalau dihitung dari kepemilikan aset dan uang. Apalagi kalau dibandingkan orang-orang yang kaya-kaya dengan kekayaan trilyunan. Wes jelas gak ada apa-apanya.

Tapi ya, hidup saya bukan hidup mereka. Saya bekerja, menikmati proses jatuh bangunnya, dan menikmati hasilnya dengan suka cita. Saya tidak terlalu ambil pusing dengan gaya hidup yang ameh-aneh. Versi saya, hiduplah sesuai dengan kemampuan, cari yang aman, nyaman, dan bikin happy. Itu prinsip yang saya anut.

Jadi, saya tidak pernah terganggu ketika saudara atau ipar saya beli (lagi dan lagi) rumah, tanah, mobil, saham-saham, atau aset lainnya. Pun dengan teman-teman dekat yang terus menambah kekayaan. Atau dengan tetangga tetangga yang beli ini itu yang bersifat menambah aset. Saya justru ikut mensyukurinya, turut senang dengan kegembiraan mereka, dan tidak tergoda ikut-ikutan membeli (apalagi memaksakan diri) sesuatu yang pada dasarnya tidak saya perlukan.

Mungkin itulah yang membuat hidup saya tenang. Tidak kemrungsung. Tidak terobsesi menghalalkan segala cara demi uang. Bisa bekerja dengan tenang. Mengerjakan apa yang saya senangi dan menghasilkan uang. Tidak terpengaruh dengan provokasi nggak wajar demi mendapatkan uang. Dan tetap senang kalau saya harus mengeluarkan uang untuk berderma atau sedekah dalam batas batas yang telah saya tentukan.

Yach, hidup saya memang sebegitu biasa-biasa saja. Sampai saya merasa kok hidup begini-begini saja ya, mengerjakan segala rutinitas yang sepertinya sudah saya kenali dengan baik. Mengerjakan segala hal dengan gembira, perlahan, tenang, rampung, dan menyenangkan.

Nah sebenarnya; ketenangan hidup itu versi saya bisa dilakukan dengan membangun perasaan kaya. Percayalah, kalau ada pertanyaan siapa yang kaya di kelas ini, misalnya, pasti tidak akan ada yang mau tunjuk jari atau menyebut nama.

Kalau saya menyebut sudah kaya dengan kriteria yang telah saya sebutkan. Memiliki perasaan kaya inilah salah satunya yang membuat kita ringan dan senang mengeluarkan uang. Lalu karena kita gembira, energi positif, ya uang datang datang lagi. Kalau sebaliknya orang pelit makin melarat. Karena uang akan malas datang dan malah semakin banyak kebutuhan tidak terduga karena adanya energi negatif merasa miskin. 

Kita bisa melakukan hal-hal berikut ini untuk membangun perasaan kaya.

Pertama, syukur yang melimpah. Apapun keadaan hidupmu bersyukurlah yang banyak. Bahkan kalau nggak ada uang, syukuri saja keberadaan pasangan, anak-anakmu, sekolahmu, pekerjaanmu, rumahmu, dll yang bisa membuatmu menyungging senyum bahagia.

Kedua, anggarkan di depan untuk sedekah berderma. Islam punya aturan zakat 2.5 persen dari penghasilan atau kekayaan. Tapi saya memilih 10-20 persen dari penghasilan untuk segala jenis derma ini. Lumayan banyak dan bikin perasaan saya serasa orang kaya ❤️

Ketiga, bangun situasi kaya. Di rumah saya, ponakan saya pernah bertanya kenapa di rumah Bude Ari di mana mana ada tempat uang (yang ada isinya). Yach karena ini memberi pikiran di bawah sadar saya kalau saya banyak uang. Jadi kalau ada uang yang dikeluarkan untuk hal tidak terduga, pikiran saya; tenang saya masih punya uang di sana sini.

Bisa pakai celengan yang diisi uang dengan besaran tertentu. Saya memiliki celengan recehan, 2000-an, 5000-an, 10.000-an, 20.000-an, 50.000-an, sampai 100.000-an. Semua ada isinya meskipun selembar. Saya letakkan di tempat tempat yang berbeda. Pokoknya kena ingatan saya, di sana sini ada uang.

Kamu boleh memilih cara yang berbeda yang bikin dirimu merasa banyak uang.

Keempat, belanja hati hati tapi dengan gembira. Maksudnya ya cek cek kebutuhan, mana yang lebih murah terjangkau, mana yang diskon, dll. Tapi saat berbelanja jangan njegadul lihat tagihan yang beranjak ke dua digit misalnya, happy aja. Alhamdulillah ini semua kebutuhan terpenuhi. Nanti duit datang lagi.

Kelima, rajin rajin cari kerjaan tambahan. Iya, ini bener lho. Kita sering tidak cukup hanya dari satu sumber penghasilan. Lakukan saja yang bisa dan senang. Suka jualan ya berdagang, suka ngontent ya bikinlah yang bagus, suka masak ya boleh buka PO masakan dll. Intinya, mendapatkan penghasilan lain di luar “pokok” itu juga bikin kita berasa kaya.

Keenam, cek gaya hidupmu. Yach, percuma juga kalau penghasilan nambah terus, tapi gaya hidupnya juga makin tinggi. Biaya gaya hidup yang mahal, yang besar bisa bikin orang merasa miskin dadakan.

Ketujuh, jangan baperan. Saudara beli rumah baru ketiga, iri. Tetangga beli tas branded njur kesal, kawan arisan beli berlian malah dengki, dll. Yach beli saja saat rezekinya cukup dan sesuai. Baperan ini lho yang bikin orang sering menghalalkan segala cara demi tidak kalah tampil “wah” dan dianggap kaya. Hayaaa… saya siy ogah.

Kedelapan, hidup sederhana. Yach ini bukan berarti hidup ala orang miskin miskin ya. Jelas bukan. Hidup sesuai kemampuan.  Saya tidak masalah pake tas, baju, sepatu, dll enggak merek branded; tapi kualitasnya prima, nyaman, aman, dan selamat dipakai 😀❤️🙏

Kesembilan, miliki hobi yang produktif. Artinya, kalau di luar pekerjaanmu kamu masih punya hobi yang menghasilkan; percayalah kamu akan irit waktu untuk ngerumpi, ghibah, iri dengki, julid, dll yang bawa energi negatif itu. Tapi akan lebih fokus untuk bertekun pada hobi yang menghasilkan uang.

Kesepuluh, ya dekat dengan Tuhan. Minta dijadikan kaya lahir batin dunia akhirat. Karena sejatinya kekayaan adalah segala hal yang kita nikmati, kita pake, kita gunakan untuk kebaikan hidup; bukan segala sesuatu yang kita miliki. Rumahmu boleh sepuluh, tapi pasti yang kamu tinggali ya satu rumah. Itu pun kalau kamu tidur, ya pasti cuma satu ruang kamar. Iya kan?

Mari kita nikmati hidup dengan sukacita. Bersyukur dengan segala kekayaan yang kita miliki. Karena sering, yang kita anggap “tidak berharga” itu adalah “kekayaan yang besar” bagi orang lain.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Dramatisasi Tulisan

Manajemen Penulisan Kreatif di dalamnya ada contoh dramatisasi tulisan.

“Hidup jangan kebanyakan drama.” Sering kita mendengar hal itu dalam kehidupan sehari-hari, karena akan menjengkelkan banyak pihak. Namun dalam penulisan fiksi, tanpa dramatisasi, maka tulisan tidak akan bernyawa.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam membuat dramatisasi puisi. Semuanya perlu kita ketahui demi mendapatkan “ruh” dalam tulisan.

  1. Setiap cerita dalam fiksi, sebenarnya adalah rangkaian dramatisasi yang dilakukan oleh penulisnya. Tujuannya agar peristiwa yang biasa menjadi tidak biasa alias istimewa.
  2. Cara dramatisasi setiap penulis berbeda-beda. Masing-masing tergantung referensi dan kapasitasnya dalam menulis.

Semakin lama jam terbang menulis, biasanya peristiwa sederhana saja bisa jadi sangat dramatis.

  1. Apakah setiap peristiwa harus didramatisasi dalam penulisan? Tentu saja jawabannya tidak: tergantung keperluan. Ingat, yang berlebihan selalu tidak pas atau tidak sesuai porsi.

Namun perlu diingat tanpa dramatisasi, tulisan anda menjadi kurang kuat.

  1. Dramatisasi bisa dilakukan dengan hiperbola, catatan detail, deskripsi menggunakan metafora atau puisi liris, dan banyak cara lainnya. Intinya semua dramatisasi bertujuan memberi efek pada pembaca agar memiliki gambaran yang luar biasa.
  2. Contoh dramatisasi:

Contoh 1: tidak didramatisasi

Galuh terburu-buru ke kelas. Ia menabrak seseorang. Ia berusaha minta maaf. Ternyata orang itu Rudi, musuh bebuyutannya pada masa kecil. Ia menjadi geram tidak tertahan.

Contoh 2: didramatisasi

Langkah cewek berambut panjang sebahu itu bagai dikejar harimau. Ya, Galuh sangat buru-buru untuk masuk kelas Manajemen Publik. Dosennya dikenal killer. Telat semenit aja, nggak boleh masuk kelas.

Di koridor ruangan, di dekat tangga yang cukup tinggi, ia pun menabrak seseorang.

“Maaf…. maaa….aaff ya…. Saya harus cepat!” seru gadis manis ini nyaris tertahan.

“Heiiii…. Kamuuuu… Galuh!” balas laki-laki itu. “Kelakuanmu dari dulu nggak berubah! Suka bikin onar sama orang!” serunya.

“Heh, Rudi! Jaga mulutmu! Saya nggak sengaja!” balasnya langsung kabur.

“Hei… Hei…. jangan kabuur!” teriak Rudi. Galuh tetap tak peduli.

Nah, inti contoh 1 dan 2 sama, tapi pasti rasanya beda. 😀

Selamat membuat dramatisasi untuk tulisan anda 😍
.
.

Ari Kinoysan Wulandari
arikinoysan.com

Please follow and like us:

Membangun Kreativitas

Kreativitas kadang lahir dari masalah-masalah di sekitar kita.

Apa siy yang dimaksud dengan kreativitas? Apakah anda ingin meningkatkan kreativitas dalam menulis? Jangan terlalu percaya diri sebagai orang yang kreatif. Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan KREATIVITAS.

  1. Kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan ide-ide yang tampaknya tidak tersambung. Menghubungkan ide-ide menjadi seperti baru adalah dasar kreativitas.
  2. Kreativitas tidak terbatas pada orang-orang berbakat, siapa saja bisa menjadi orang kreatif.
  3. Kreativitas tidak semata-mata harus dikembangkan dalam dunia yang berkaitan dengan penulisan, tetapi seluruh bidang kehidupan memerlukan kreativitas untuk berkembang.
  4. Kreativitas seseorang dapat dilatih dengan sering mengasah kemampuan. Banyak sekolah dan pelatihan-pelatihan khusus untuk mengasah kreativitas.
  5. Kreativitas dapat ditingkatkan secara konsisten dengan:

A. Mengamati semua hal di sekitar anda dan menemukan hal yang baru.

B. Mempertanyakan dari apa yang anda amati, tulis 50 daftar pertanyaan dan kemudian buat 5-10 pertanyaan mendalam untuk menguji dan mengetahui hal-hal baru.

C. Networking; bagaimanapun semakin luas pergaulan seseorang semakin berwarna kreativitasnya.

D. Eksperimen; dengan penelitian kita bisa menjawab pertanyaan baru atau menemukan hal yang baru. Penelitian termasuk di dalamnya mengunjungi daerah-daerah baru.

E. Jangan membatasi diri; jangan mudah mengatakan, oooh itu bukan dunia saya…. segala sesuatu bisa dicoba dan mungkin anda menemukan hal baru yang menyenangkan.

F. Memperbanyak wawasan dengan membaca, travelling, sekolah, workshop, seminar, dll. yang memungkinkan ilmu anda berkembang.

G. Menerima tantangan untuk menuliskan hal baru yang sama sekali berbeda dengan lingkungan dan dunia kita.

Selamat mengasah kreativitas anda. Selamat menulis. Selamat beraktivitas kembali.

Happy Writing Be A Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Pola Pikir Sukses Menulis

Menulis naskah panjang lebih dari 500 hlm perlu pola pikir sukses menulis, terutama konsistensi untuk merampungkan naskah.

Ada banyak orang yang ingin menulis, tapi tidak juga menulis; atau sebagian sudah menulis tapi tidak pernah menyelesaikan tulisannya.

Apa yang salah? Tak ada yang salah, selain kurangnya komitmen dan niat. Mungkin anda perlu sedikit mengubah pola pikir anda untuk bisa “sukses menulis”.

Yang saya maksud “sukses menulis” di sini bukan “mempublikasikan tulisan” anda, tetapi “menyelesaikan tulisan” anda sehingga ada judul, isi, sampai ending yang terbaca sebagai “naskah yang utuh”.

Berikut ini hal-hal yang bisa kita perhatikan agar bisa sukses menulis. Pengalaman setiap penulis berbeda-beda, mungkin banyak yang tidak sama dengan penulis lain.

  1. Miliki rasa terbuka, penasaran, dan terlibat dalam sesuatu yang akan anda tulis.
  2. Terima segala bentuk kritik dan belajar tentang penulisan dari sumber yang terpercaya. Jangan belajar menulis pada orang yang nggak punya karya.
  3. Kenali rasa takut anda saat menulis dan berusahalah untuk mengatasinya. Setiap tulisan pada awalnya buruk, tulisan yang baik itu proses berulangkali.
  4. Buat alasan yang layak kenapa anda mesti menulis.
  5. Menulislah dengan dengan rasa syukur, bukan hanya “harus menulis”. —Alhamdulillah, saya bersyukur setiap kali mulai menulis, karena saya akan menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi diri saya, dan syukur-syukur bagi orang lain.
  6. Pikirkan manfaat tulisan anda bagi pembaca. Bisa jadi, tulisan kecil yang anda buat, anda bisa menyelamatkan masa depan atau hidup seseorang.
  7. Cintai “menulis” dan “membaca”. Ini paket yang tidak terpisahkan.
  8. Membuka diri dalam banyak pengalaman baru. Hal baru membuat kita kaya dalam menulis. Jangan takut masuk kelas untuk belajar hal-hal di luar penulisan. Selain pengalaman, pasti dapat teman dan relasi baru.
  9. Cintai alat-alat tulis anda –komputer, laptop, netbook, tablet, dll. Beri nama, urus mereka baik-baik; termasuk kamus, alat perekam, kamera, handycam, kertas-kertas, bolpoin, meja kerja, dll. yang anda gunakan untuk menulis. Kalau alat-alat baik, nulisnya lancar jaya.
  10. Percayalah bahwa anda seorang penulis dan mungkin perlu mengatakan pada orang lain, “Saya penulis.” —-kalau yang ini saya ogah, karena di Indonesia pekerjaan “penulis” belum dicantumkan sebagai pekerjaan yang “diakui” selain dimasukkan dalam kolom “wiraswasta”. Kalau saya sebut penulis, saya harus menjelaskan macam-macam ke yang bertanya. Ah, sudahlah. Yang penting bukunya, karyanya banyak dan laris manis, heheheh….
  11. Miliki jadwal tetap untuk menulis. Percaya atau tidak, keteraturan itu membuat otak kita “siap” di waktu yang ditentukan. Kalau sudah punya jadwal tetap, patuhi.
  12. Bugar, sehat, kreatif. Jadi, usahakan punya kebiasaan hidup sehat dan olahraga. Jalan pagi dengan kaki telanjang bagus untuk kesehatan, meski hanya 15 menit.
  13. Jadi diri sendiri dalam versi terbaik. Nggak usah ikutan gaya menulis orang lain.
  14. Tidak memaksakan diri. Kalau nggak bisa menulis banyak, ya sedikit saja. Kalau sibuk banget, ya menulis saja 10-30 menit per hari.
  15. Jangan menyerah. Jangan menyerah. Jangan menyerah. —sebelum tulisan kelar satu naskah yang utuh. Karena tulisan utuh itulah yang bisa kita eksekusi; dipublish, dijual, digunakan untuk portofolio, dll. Kalau sudah selesai, barulah kita mulai menulis lagi.

Intinya siy, menulis memang bukan pekerjaan mudah. Tidak hanya lelah fisik, tapi juga mental batin. Itu sebabnya kalah tidak berangkat dari hobi atau kesenangan, menulis sungguh terasa berat. Pastikan anda senang sebelum gegayaan mo nulis naskah panjang.

Be Happy, Be A Good Writer.
Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Apakah Menulis Perlu Modal?

Sehat Tanpa Obat dengan Manggis. Pesan buku bisa wa.me/6281380001149.

Rasanya tidak ada pekerjaan yang tidak memerlukan modal. Pun demikian dengan pekerjaan menulis. Pada dasarnya pekerjaan menulis tidak berbeda jauh dari pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Profesi penulis justru menuntut lebih banyak modal dibandingkan pekerjaan-pekerjaan “yang tampak”. Untuk melakukan pekerjaan penulisan, sekurangnya diperlukan modal awal sebagai penulis.

Berikut ini 10 modal yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi penulis. Anda bisa menambahkan sesuai pengalaman anda sebagai penulis.

1. NIAT

Dalam bidang apapun niat itu sangat penting. Termasuk untuk menjadi penulis. Niat yang kuat itulah yang menjadi motivasi penting bagi seseorang untuk sukses. Biar kita memiliki niat yang kuat untuk menulis, kita harus mempunya tujuan yang jelas.

Apakah tujuan kita menulis: apakah berbagi ilmu dan pengalaman, apakah tujuan finansial, apakah menjalani profesi dan berkarir, dll. Ketahuilah motivasi itu agar niat kita untuk menulis selalu kuat.

2. MINDSET SUKSES
Banyak penulis yang sukses dan survive karena mindset sukses yang dibangunnya. Ia yakin dan percaya diri bahwa ia bisa menulis dengan baik, banyak, dan diminati oleh berbagai pihak yang memerlukan jasa penulisannya.

Penulis bisa mengirimkan karyanya tidak hanya ke media. Tapi ke berbagai pihak yang memerlukan, perusahaan swasta, perseorangan, BUMN, institusi, dll. Intinya, menulis untuk banyak pihak.

3. SIAP DITOLAK
Banyak penulis baru yang hanya siap naskahnya diterima. Padahal, realitanya ada banyak penerbit dan media yang sukarela menolak naskah-naskah penulis baru.

Siapkan diri dan siapkan mental lebih banyak. Naskah ditolak itu biasa kok. Sekarang saja, saya masih sering menghadapi penolakan (timing yang tidak pas, visi misi penerbit tidak cocok, urusan produksi yang sulit, dll).

Jadi, santai saja. Ditolak bukan berarti naskah kita buruk, bisa jadi belum bertemu jodohnya yang pas saja

4. SEMANGAT JUANG
Menulis itu bukan pekerjaan santai-santai yang mudah. Bahkan, menurut saya ini pekerjaan luar biasa keras. Karena kita harus mengoptimalkan pemikiran dan fisik kita untuk bisa menulis dengan baik.

Secara pribadi, kalau disuruh memilih antara berdagang dan menulis di waktu yang sama untuk tujuan finansial, maka saya akan memilih berdagang. Dagang lebih mudah dan praktis.

Sementara menulis, proses penulisan naskah pun sangat panjang dan melelahkan. Belum lagi kalau menunggu terbit dan hasilnya. Jadi, hanya orang-orang yang memiliki semangat juang kuat yang bisa jadi penulis.

5. DAYA IMAJINASI
Sebetulnya urusan punya daya imajinasi ini tidak hanya pekerjaan penulis, tapi hampir semua pekerjaan memerlukan daya imajinasi. Namun penulis, terutama penulis fiksi identik dengan daya imajinasi.

Karena ia harus membangun tulisan dengan imajinasinya sehingga kisah menjadi dramatis, komedis, taktis, dan tetap menyenangkan banyak pihak. Daya imajinasi bisa dilatih dengan banyak membaca, banyak menonton.

6. INOVATIF
Rasanya, tiap karya baru yang dihasilkan penulis harus inovatif sehingga terus diminati. Penulis yang statis, menuliskan hal yang sama berulang-ulang, lama-lama akan ditinggalkan pembacanya. Jadi, berkarya harus inovatif dan penuh perubahan sehingga selalu menyajikan hal-hal yang baru.

7. GEMAR MEMBACA
Jelas, gemar membaca adalah modal utama bagi setiap penulis. Karena ini modal utama selain menulis. Membaca dan menulis harus dilakukan setiap hari agar penulis memiliki pemikiran yang bernas dan update. Perbaiki kemampuan membaca agar kita bisa lebih banyak menyerap ilmu dari luar.

8. KEMAMPUAN INTELEKTUAL DAN AKTUAL
Penulis sangat dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan aktual yang besar. Dengan kemampuan intelektualnya, ia bisa menganalisis setiap kejadian dengan baik dan dilakukan dengan berbagai sudut pandang.

Sedangkan kemampuan aktual adalah tuntutan lain karena penulis dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman. Perubahan yang terjadi setiap detik harus diikutinya agar bisa menulis karya yang up to date.

Tanpa kedua hal ini, rasanya sulit untuk bisa menulis dengan baik dan diminati banyak pihak. Kemampuan ini berkaitan dengan wawasan ilmu pegetahuan, logika, daya nalar, dan visi penulisannya.

Artinya, seseorang yang bisa menulis berdasarkan fakta yang ada di lapangan, bisa dibuktikan kebenarannya, tidak asal menulis dan bisa memberikan solusi bagi pemecahan masalah yang sedang dibahas.

9. KEMAMPUAN TEKNIS
Kemampuan teknis ini berkaitan dengan tata kerja penulisan. Selain itu juga harus mampu menulis dengan komputer dan mampu mengoperasikan internet.

Intinya, kemampuan teknis ini adalah segala hal teknis baik penulisan maupun pengerjaan naskah dengan baik sehingga dapat diterima oleh pihak yang berkepentingan.

10. MUDAH BEKERJA SAMA
Dengan perkembangan dunia seperti sekarang ini, hampir semua lini pekerjaan memerlukan jasa penulisan, maka tuntutan untuk menjadi pribadi yang mudah diajak kerja sama menjadi keharusan.

Banyak penulis yang karyanya luar biasa bagus, tapi karena sulitnya diajak kerja sama (entah karena masalah deadline, fee, sistem kerja, dll) menjadi tidak eksis dan tidak dikenali sebagai penulis. Jadi, siapkan diri untuk lentur dan fleksibel saja dalam kerja sama.


Ada pepatah sederhana dalam bahasa Jawa yang ada baiknya diikuti, tuna satak bathi sanak; yang artinya biarlah untung sedikit asal bertambah saudara. Yach, mungkin tidak terlalu baik untuk industri kapitalis, tapi bisa kita ikuti. Karena dengan bertambah saudara di masa depan bertambah pula jalan silaturahmi dan jalan rezeki kita.

Itulah 10 modal pokok yang harus dimiliki oleh penulis. Setiap orang pada dasarnya memiliki modal tersebut untuk menjadi penulis.

Semuanya kembali pada niat dan kesungguhannya masing-masing. Tiap orang dapat mengolahnya sebaik mungkin sehingga dari hari ke hari kemampuannya semakin meningkat.

Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Ide-Ide Tulisan

Baik karya kecil atau besar, sederhana atau rumit; semuanya berasal dari ide.

Ide adalah kunci pokok penulisan. Tanpa ide kita nggak bisa menulis apa-apa. Dari mana ide diperoleh? Bisa dari mana saja. Yang paling penting untuk diingat, ide nggak bisa dicari, tetapi harus ditemukan. Berikut ini beberapa hal yang perlu kita ketahui berkaitan dengan ide.

  1. Ide harus menarik, penting, dan bermanfaat.
  2. Ide tidak harus selalu baru, mungkin hanya perlu inovasi dan modifikasi dari yang sudah ada.
  3. Ide bisa lahir dari pengalaman, pengamatan, dan imajinasi. Salah satu saja sudah cukup banyak untuk menulis.
  4. Ide bisa diperoleh dengan bertukar pikiran, membaca, silaturahmi, olahraga, menari, berwisata, main musik, atau bahkan sekedar mendengar berita dan mengintip social media.
  5. Jangan alergi dengan kegiatan di luar penulisan, ide umumnya lebih banyak dari dunia di luar penulisan.
  6. Jadilah orang yang terbuka dan mudah membaur dengan segala kalangan. Di sana ide bertebaran dengan bebas dan tinggal menunggu kita tangkap.
  7. Setiap ide yang muncul kapan saja, sebaiknya didokumentasikan. Terserah caranya. Bisa ditulis tangan, bisa diketik, bisa direkam, bisa dipotret, bisa divideokan…. yang penting jangan sampai kehilangan ide hanya karena tidak mendokumentasikan.
  8. Cek-cek bank ide. Tiap bulan bersihkan yang tidak penting, simpan ide yang bisa diubah jadi naskah dan diuangkan.
  9. Kalau bener-bener nggak punya ide, jangan memaksa diri. Tinggalkan saja urusan penulisan, mungkin perlu istirahat, wisata, atau sekedar bermain dengan binatang piaraan atau silaturahmi.
  10. Saat mulai menulis, prioritaskan ide yang disukai orang, yang kita kuasai, yang gampang menulisnya, dan banyak atau mudah referensinya.

Percayalah, kalau sudah jadi penulis…. akan begitu banyak ide, bahkan rasanya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, 12 bulan setahun terasa begitu cepat untuk menyelesaikan ide menjadi satu buku/film yang bagus. Biar ringan, prioritaskan ide yang simpel. Tulis yang gampang saja. Biar karyanya cepet banyak dan produktif.

Yang mau tahu lebih banyak soal ide bisa ngecek dan baca di buku ini:
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Beginilah Sebaiknya Ending Cerita

Ending Cerita Rakyat biasanya sudah ada pakemnya.

Dari banyak bagian cerita, menulis ending kadang menjadi hal yang sulit. Ending sering menjadi ingatan panjang atau dilupakan begitu saja oleh pembacanya. Oleh karena itu, membuat ending perlu perhatian ekstra. Mari kita cek-cek tentang ending.

  1. ENDING atau akhir cerita sering menjadi bagian yang ditunggu-tunggu oleh pembaca atau penonton film. Jadi, jangan sia-siakan harapan mereka. Berikan ending yang sangat surprise atau tidak terpikirkan oleh mereka.
  2. ENDING merupakan bagian fiksi yang sangat penting. Ini dapat menjadikan cerita bisa ditulis atau menghentikan tulisan kita.
  3. JK Rowling menulis ending serial Harry Potter sebelum buku pertamanya diterbitkan. Cara ini membuatnya yakin bahwa seluruh peristiwa yang terjadi sebelumnya haruslah menuju ending dan membimbingnya untuk menulis serial yang panjang tersebut.
  4. Menulis novel bisa dimulai dari ending terlebih dahulu. Sebagian besar penulis melakukan hal ini, karena dengan demikian ia tahu apa tujuannya menulis. Menulis novel dengan ending lebih dulu, biasanya juga membuat lebih semangat karena “seolah-olah cerita sudah selesai”.
  5. Pada saat merancang ending, kita harus yakin dan membuat ending yang efektif sesuai dengan plot serta planning cerita dari awal.
  6. Pada umumnya ending terdiri dari tiga jenis, yaitu HAPPY ENDING (bahagia), SAD ENDING (sedih), dan CLIFF HANGER (menggantung, terbuka, diserahkan pada persepsi pembaca atau penonton).
  7. Setiap penulis bisa memilih jenis ending yang paling disukainya. Tidak masalah apakah happy ending, sad ending, atau cliff hanger, yang penting penyajiannya istimewa. Bisa diambil dengan ungkapan-ungkapan yang istimewa atau peristiwa yang luar biasa.
  8. Kadang-kadang naskah yang sudah selesai berbulan-bulan, masih dibiarkan oleh penulisnya karena merasa belum mendapatkan ending yang pas dan sesuai.
  9. Ending mungkin hanya bagian kecil. Namun dampaknya luar biasa. Ending sering menjadi bahan pembicaraan dan diskusi dibandingkan dari keseluruhan cerita dalam sebuah novel. Jadi, berikan porsi yang lebih banyak untuk menggarap ending agar mendapat ending yang terbaik.
  10. Cara membangun ending yang efektif:
    Ini hanya contoh format untuk penulisan cerita fiksi yang sederhana, anda bisa mengembangkan sendiri.

OPENING:
Tiga orang pendaki memutuskan untuk mendaki Puncak Mount Everest karena hanya gunung ini yang belum mereka taklukkan.

BUILD UP:
Mereka mulai mendaki tanpa mengatakan kepada siapapun, karena mereka tahu hal itu berbahaya dan pasti akan dilarang oleh keluarga mereka.

DILEMMA:
Satu pendaki jatuh, tetapi dapat diselamatkan dari kematian. Sayangnya, dia terluka parah dan kakinya patah.

EVENTS:
Tiga pendaki terpaksa menghabiskan malam dengan tidak nyaman di gunung. Suhu dan cuaca memburuk. Pendaki yang terluka dan patah kaki, semakin parah sakitnya.

ENDING:
Happy Ending
Salah satu pendaki memiliki suar untuk meminta pertolongan dan ketiga pendaki dapat diselamatkan oleh tim penyelamat.

Sad Ending:
Helikopter datang menyelamatkan mereka, tapi sudah terlalu terlambat. Pendaki yang terluka meninggal.

Cliff Hanger:
Pendaki yang terluka menyuruh kedua pendaki lain turun mencari bantuan. Yang terluka tinggal sendirian dan berusaha menahan sakit. Apakah dua pendaki yang turun akan kembali dan menolongnya?

Nah, kalau ingin cepat mahir membuat ending, anda bisa berlatih membuat ending dari cerita tersebut. Menulis adalah masalah praktik dan berlatih. Teori penulisan hanya pendukung agar kita tidak salah jalan.

Happy Writing, Be a Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: