Apakah Belajar Menulis, Wajib Memiliki Mentor?

Diskusi tentang penulisan buku. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Belajar menulis adalah proses yang penuh tantangan dan kepuasan. Banyak orang yang tertarik untuk menjadi penulis, baik itu penulis fiksi, non-fiksi, artikel, maupun blog.

Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah wajib memiliki mentor untuk sukses dalam belajar menulis?

Kali ini saya akan membahas pentingnya mentor dalam proses belajar menulis, manfaat dan tantangannya, serta apakah mentor benar-benar menjadi faktor penentu keberhasilan dalam menulis.

Pentingnya Mentor dalam Belajar Menulis
Mentor adalah seseorang yang memiliki pengalaman lebih dalam bidang tertentu dan bersedia membagikan pengetahuan serta pengalamannya kepada orang lain.

Dalam konteks menulis, mentor bisa berupa penulis yang lebih senior, editor, atau profesional lainnya di bidang literasi.

Kehadiran mentor dalam proses belajar menulis dapat memberikan banyak manfaat.

Panduan dan Arahan
Seorang mentor dapat memberikan arahan yang jelas tentang apa yang perlu ditingkatkan dalam tulisan seseorang.

Mereka bisa membantu penulis pemula memahami struktur cerita, gaya bahasa, dan teknik menulis yang efektif.

Feedback Konstruktif
Salah satu aspek paling berharga dari memiliki mentor adalah mendapatkan feedback yang jujur dan konstruktif.

Mentor dapat menunjukkan kelemahan dalam tulisan dan memberikan saran tentang cara memperbaikinya. Feedback ini sangat penting untuk perkembangan penulis.

Motivasi dan Dukungan
Menulis bisa menjadi proses yang menantang dan terkadang membingungkan.

Mentor dapat memberikan dukungan moral dan motivasi untuk tetap menulis, terutama ketika penulis merasa putus asa atau kehilangan arah.

Manfaat Memiliki Mentor
Memiliki mentor dalam belajar menulis membawa sejumlah manfaat yang dapat mempercepat proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas tulisan.

Akses ke Pengalaman dan Pengetahuan
Mentor yang berpengalaman memiliki banyak pengetahuan dan wawasan yang tidak dapat ditemukan di buku atau kursus online.

Mereka bisa berbagi trik dan strategi yang telah mereka pelajari selama bertahun-tahun.

Pembelajaran yang Dipersonalisasi
Dengan bimbingan mentor, proses belajar menjadi lebih terarah dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kelemahan individu.

Mentor dapat memberikan latihan dan tantangan yang spesifik untuk membantu penulis mengembangkan keterampilannya.

Jaringan dan Peluang
Mentor sering kali memiliki jaringan luas di industri penerbitan atau komunitas penulis.

Mereka dapat membuka pintu bagi penulis pemula untuk berkenalan dengan editor, agen literatur, atau bahkan penerbit.

Tantangan dan Kekurangan Memiliki Mentor
Meskipun memiliki mentor memiliki banyak manfaat, ada juga beberapa tantangan yang perlu dipertimbangkan.

Kompatibilitas atau Kecocokan
Tidak semua mentor cocok dengan gaya belajar setiap individu. Ketidakcocokan antara mentor dan murid bisa menjadi penghalang dalam proses belajar.

Ketergantungan
Terlalu mengandalkan mentor bisa menjadi masalah jika penulis tidak belajar untuk mandiri.

Penting bagi penulis untuk tetap mengembangkan kemampuan kritis dan evaluasi diri mereka.

Aksesibilitas
Tidak semua penulis memiliki akses mudah ke mentor yang berkualitas. Mencari mentor yang tepat bisa memakan waktu dan kadang-kadang biaya.

Apakah Mentor Benar-Benar Wajib?
Pertanyaan yang muncul adalah, apakah mentor benar-benar wajib untuk belajar menulis?

Jawabannya tergantung pada individu dan tujuan mereka dalam menulis.

Belajar Secara Otodidak
Banyak penulis yang belajar menulis secara otodidak melalui membaca buku, mengikuti kursus online, dan berlatih menulis secara konsisten.

Mereka memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia secara gratis atau dengan biaya terjangkau.

Kemandirian dalam Belajar
Penulis yang mampu belajar secara mandiri biasanya mengembangkan keterampilan analitis yang kuat.

Mereka belajar dari kesalahan mereka sendiri dan terus-menerus mencari cara untuk memperbaiki tulisan mereka.

Komunitas Penulis
Bergabung dengan komunitas penulis, baik online maupun offline, dapat menjadi alternatif yang bagus untuk mentorship.

Dalam komunitas ini, penulis dapat saling berbagi pengalaman, memberikan feedback, dan mendukung satu sama lain.

Jadi, meskipun memiliki mentor dapat mempercepat proses belajar menulis dan memberikan banyak manfaat, mentor bukanlah satu-satunya jalan menuju kesuksesan menulis.

Banyak penulis yang berhasil tanpa bimbingan mentor formal dengan mengandalkan sumber daya yang ada, praktik yang konsisten, dan kemauan untuk terus belajar.

Oleh karena itu, apakah mentor wajib atau tidak dalam belajar menulis sangat bergantung pada kebutuhan, preferensi, dan gaya belajar masing-masing individu.

Yang terpenting adalah komitmen untuk terus berkembang dan memperbaiki diri dalam proses menulis. Selamat berproses dengan kegiatan menulis!

Mau pesan buku panduan penulisan atau ikut kelas privat? Contact wa.me/6281380001149

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tantangan Terberat dalam Menulis

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Dunia penulisan di Indonesia bergerak sangat dinamis. Semua bidang pekerjaan hampir dipastikan pernah berurusan dengan dunia tulis menulis. Sekurangnya membuat nota transaksi jual beli pun berurusan dengan tulis menulis.

Namun dalam industri kreatif, penulisan berkaitan dengan karya; cerpen, cerbung, novel, buku, sinetron, film, dokumenter, biografi, dll. Menciptakan karya tersebut, berbasis penulisan yang memiliki banyak tantangan. Mari kita lihat satu per satu.

1. Menulis itu (tidak) gampang. Lebih tidak gampang lagi pada mereka yang tidak disiplin. Segala teori penulisan menjadi sia sia kalau kita tidak menulis.

2. Ada banyak orang yang sebenarnya tidak tahu dan tidak mengerti cara menulis, tapi mereka menulis. Tidak selalu baik, tapi ada tulisan yang bisa dikoreksi untuk menjadi baik.

3. Kebiasaan harus selalu diingatkan, ditagih, diomelin, jelas bukan kebiasaan yang baik untuk seorang penulis. Anda harus melatih disiplin.

4. Tanpa disiplin, kita sulit progress dengan tulisan karena nyaris tak ada yang peduli ketika tulisan itu baru berupa embrio. Anda harus menjadikannya naskah agar bisa dijual.

5. Tantangan terberat penulis: menulis naskah pertama dan mempublish naskah pertama.

Tak peduli semahir apa anda sekolah penulisan, menulis pertama tetap tidak mudah. Butuh tekun dan disiplin.

6. Sebagus apapun tulisan pertama kita, tetep juga diover sana sini kalau di media. Bisa ditaruh dulu, dibawa dulu… Dan bisa 3-4 tahun lho berjuang untuk first publication 😭

7. Urusan teknis menulis sungguh urusan gampang. Anda bisa baca tulis, cukup sudah. Tapi menyelesaikan naskah pertama, terlalu banyak godaan. Kalau anda nggak cukup niat, seringnya naskah tak selesai.

8. Lalu berikutnya proses publikasi pertama, bisa makan hati kalau tak sabar. Dan saya sudah belajar menulis itu kesenangan. Diterbitkan atau belum, tulis saja terus. Apalagi zaman internet gini, yang anda boleh pilih suka suka medianya sebebas anda memilih rasa es krim 😂

9. Jadi yang bikin sulit menulis ya jelas diri kita sendiri. Baru nulis sedikit ributnya ampun 🙈 baru kirim naskah 6 bln sudah beriweuh di mana mana. Lha gimana to, persaingan makin ketat penulis makin banyak. Kalau lebih suka ribut daripada nulis ya anda ditinggal. Karena tak punya naskah baru untuk ditawartawarkan lagi.

10. Kisah jatuh bangun menulis saya sudah banyak saya tuliskan. Tapi kemarin saya dapat cerita penulis script yang laris manis, katanya dulu sampai tiga tahun hidup menyusu pada istrinya (dihidupi istrinya) demi bisa jadi penulis script.

Ditolak di sana sini, dicuekin produser, tidak dipedulikan. Lalu kesempatan berubah ketika ia datang di acara pralaunching film. Dia datang awal sekali, panitia saja belum semua ada.

Membantu orang di situ untuk menyiapkan kursi kursi untuk tamu. Dush, dia tidak tahu produser datang dan malah mempersilakan duduk. Lalu dia ikut membantu kegiatan. Pas acara tahulah dia siapa produser. Dan dia minta waktu 5 menit saja untuk presentasi 1 sinopsisnya. Tapi 5 menit itu jadi 1 jam dan esoknya dia dapat kontraknya dan karya hits.

Lalu semua cerita nya yang ditolak-tolak dulu menjadi diburu-buru produser. Hingga sekarang sudah hampir 30 tahunan dia menulis.

Hidup tenang dan tetap sabar tekun meskipun namanya seperti jaminan sinetron panjang.

Komitmen dan kesabaran sepertinya adalah dua makhluk langka di kalangan penulis pemula. Pinginnya nulis langsung bagus langsung hits. Lupa kalau yang bagus itu ada prosesnya. Yang hits itu pasti ada kisah berliku yang panjang untuk diceritakan.

Bagaimana, kamu masih tertarik menulis dan menghasilkan karya? Ikut kelas mentoring privat atau pesan buku panduan penulisan, wa.me/6281380001149.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Menghasilkan Tulisan Terbaik

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Tulisan terbaik tidak terlalu gampang untuk diwujudkan. Karya terbaik tidak lahir dari orang yang super. Publikasi seperti itu lahir dari mereka yang tekun dan berlatih terus menerus. Setiap waktu mau belajar untuk kemajuannya.

Membaca dan menulis tidak bisa dipisahkan bagi seorang penulis. Sekurangnya, untuk menghasilkan tulisan terbaik ada yang bisa kita lakukan:

  1. Baca karya-karya penulis besar.
    Dasar utama menulis adalah belajar langsung dari ahlinya, dengan membaca karya-karya mereka. Semakin banyak membaca semakin kaya kita akan teknik, cara menulis, hingga mengetahui konten-kontennya.
  2. Banyak menulis.
    Tidak bisa tidak, selain banyak membaca, harus banyak menulis. Menulis adalah keterampilan. Semakin banyak berlatih, semakin terampil semakin terasah.
  3. Catat ide.
    Jangan pernah melewatkan ide yang tampak sepele. Hal-hal besar sering dimulai dari hal kecil yang “tampak tidak berharga”. Tidak usah ribet deh, kalau tidak ada peralatan canggih, kertas dan bolpoin pun jadilah.
  4. Menulis sebagai “rutinitas”.
    Cari waktu, tempat, suasana yang tepat untuk menulis. Seperti sekolah itu lho. Masuk pagi, keluar jam istirahat, pulang jam berapa. Menulis juga perlu rutinitas biar terbiasa. Meski hanya 10 menit, kalau rutin misalnya sebelum berangkat kantor, setahun jadi naskah.
  5. Hilangkan semua gangguan.
    Matikan handphone, telepon, nonaktifkan socmed, bersihkan meja dan kamar kerja, pasang musik, dll. kalau dirasa mengganggu. Tapi kalau tidak, silakan saja. Tipikal penulis beda-beda. Ada yang di tengah kebisingan pun, tetap bisa menulis dengan tenang.
  6. Bikin rencana, tulis, dan selesaikan.
    Ini juga satu kesatuan, kalau sudah merencanakan, tuliskan dan selesaikan. Ada banyak pemula yang rencananya keren, tapi tak kunjung ditulis atau tak pernah diselesaikan. Butuh komitmen pribadi untuk menyelesaikan satu naskah.
  7. Revisi itu penting.
    Jangan percaya dengan draft pertama. Kita pikir sudah bagus, kalau pas dibaca pasti banyak bolong-bolongnya. Bijaksanalah. Revisilah karya sendiri. Kalau sudah yakin bagus, cari first reader, editor, atau siapa yang kita percayai untuk membedah karya kita menjadi “sempurna” dalam penilaian naskah.
  8. Menulis sesuai dengan percakapan.
    Banyak orang yang merasakan kesulitan menulis, karena mereka membedakan percakapan dan tulisan. Tulis saja seperti saat kita bicara pada orang lain. Ini akan memudahkan kita, dan juga menjadikan tulisan kita lebih “bersahabat”.
  9. Selalu gunakan kalimat dan paragraf sederhana.
    Kalimat singkat, sederhana, biasanya lebih mudah dipahami dan lebih diterima kalangan luas. Demikian pula dengan paragraf. Makin sederhana sesuatu biasanya makin universal, tetapi sekaligus makin tidak mudah membuatnya.
  10. Opening dan ending yang kuat.
    Kalau opening tulisan kita tidak mengikat pembaca, pasti ditinggalkan. Kalau ending kita tidak surprise, pasti dilupakan. Jadi, rajin-rajinlah belajar soal dua masalah ini agar tulisan kita tetap ditunggu pembaca setia.

Happy Writing, Be A Good Writer 🙂
Griya Kinoysan University
Ari Kinoysan Wulandari
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!

Please follow and like us:

Mulai Menulis Dari Mana?

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Sering banget merasa seperti pertanyaan di atas? Mulai menulis dari mana?

Padahal di otak seperti sudah begitu buanyaaak yang ingin ditulis? Anda bingung dan pusing?

Oke, saya juga lebih bingung dan pusing menjawab pertanyaan seperti itu.

Hehe…. lebih mudah praktek menulis daripada membuat teori menulis. Sebenarnya sederhana saja. Mulailah menulis dari:

  1. Sesuatu yang paling terpikirkan: misalnya keinginan untuk melakukan satu penelitian yang mendalam.
  2. Sesuatu yang anda sukai: misalnya senang makan bakso, oke…. tulis saja tentang bakso.
  3. Sesuatu yang jadi pertanyaan anda: misalnya mengapa saya sudah rajin belajar tapi nilai materi tersebut belum sempurna.
  4. Sesuatu yang jadi headline media: misalnya kenapa narkoba marak di kalangan artis.
  5. Sesuatu yang jadi pilihan teman sekitar: misalnya mengapa mereka memilih makan di kedai A yang kelihatannya lebih buruk dibanding kedai B yang lebih baik.
  6. Sesuatu yang jadi cita-cita: misalnya ingin keliling dunia dengan keluarga.
  7. Sesuatu yang jadi mimpi: misalnya semalam tidur mimpi ketemu nenek yang sudah meninggal.
  8. Sesuatu yang jadi hobby: misalnya membuat gambar fauna di Indonesia.
  9. Sesuatu yang jadi renungan: misalnya mengapa saya terlahir berbeda dengan orang lain, kenapa saya punya indera keenam yang lebih sensitif.
  10. Sesuatu yang jadi peristiwa hari itu: misalnya nonton konser jazz yang tidak biasa, kesasar di rumah hantu, dan lain-lain.

Intinya, ketika mulai menulis…. mulailah saja. Tidak usah mengeditnya. Tidak usah memikirkan terlalu mendalam.

Just write and let it flow…. tahu-tahu sudah sehalaman saja. Masalah kurang bagus, belum benar, ya biarkan saja.

Nanti kalau sudah selesai, baru deh kita edit-edit. Kita betul-betulin, mana yang salah, mana yang kurang, dan seterusnya.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Rayakan Progres Penulisan Naskahmu!

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis naskah itu perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan dan kemenangan kecil.

Di tengah usaha merangkai kata demi kata, penting untuk berhenti sejenak dan merayakan setiap progres yang telah dicapai.

Menghargai pencapaian dalam proses menulis bukan hanya memberikan kepuasan emosional, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan semangat untuk terus berkarya.

Saya biasanya merayakan progres-progres kecil penulisan naskah, untuk memyemangati diri sendiri.

Berikut ini beberapa alasan mengapa kamu harus merayakan progres penulisan naskah:

  1. Mengakui Kerja Kerasmu
    Setiap halaman yang ditulis adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi.

Mengakui pencapaian ini membantumu menghargai usaha yang telah kamu curahkan.

Apresiasi diri atas dedikasi yang telah kamu tunjukkan dapat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk melanjutkan proses penulisan.

  1. Meningkatkan Motivasi dan Semangat

Setiap kali kamu mencapai target menulis, seperti menyelesaikan bab atau mencapai jumlah kata tertentu, merayakannya dapat memberikan dorongan motivasi.

Perayaan kecil, seperti menikmati camilan favorit atau berjalan-jalan sejenak, bisa menyegarkan pikiran dan memberi semangat baru untuk melanjutkan penulisan.

  1. Membangun Rasa Percaya Diri
    Merayakan progres membantu meningkatkan rasa percaya diri.

Melihat kemajuan yang telah dicapai memberi keyakinan bahwa kamu mampu menyelesaikan naskah tersebut.

Rasa percaya diri ini penting untuk menghadapi mental blok penulis dan tantangan lain yang mungkin muncul selama proses penulisan.

  1. Menjaga Keseimbangan Emosional

Menulis bisa menjadi proses yang melelahkan secara emosional.

Merayakan pencapaian, sekecil apapun, membantu menjaga keseimbangan emosional dan mengurangi stres. Ini juga memberi kesempatan untuk beristirahat sejenak dan mengisi ulang energi kreatifmu.

  1. Menciptakan Kebiasaan Positif

Dengan merayakan setiap progres, kamu menciptakan kebiasaan positif yang dapat membantu menjaga momentum penulisan.

Kebiasaan ini menciptakan lingkungan yang mendukung produktivitas dan kreativitas, membuat proses menulis menjadi lebih menyenangkan dan kurang menekan.

Cara Merayakan Progres Penulisanmu
Berikut beberapa cara sederhana untuk merayakan progres penulisan naskahmu:

Tetapkan Target Kecil:

Pecahlah tujuan besar menjadi target-target kecil yang lebih mudah dicapai.

Setiap kali kamu mencapai target tersebut, rayakan dengan cara yang kamu sukai.

Berbagi dengan Teman:

Ceritakan pencapaianmu kepada teman atau keluarga.

Mendapatkan dukungan dan apresiasi dari orang lain dapat meningkatkan semangatmu.

Nikmati Aktivitas Favorit:

Berikan hadiah kecil kepada diri sendiri, seperti menonton film favorit, membaca buku yang kamu sukai, atau menikmati makanan kesukaanmu.

Berikan Waktu untuk Diri Sendiri:

Luangkan waktu untuk beristirahat dan melepaskan diri dari penulisan sejenak.

Ini bisa membantu menyegarkan pikiran dan memberi perspektif baru.

Merayakan progres penulisan naskahmu itu merupakan langkah penting untuk menjaga motivasi dan keseimbangan emosional selama proses kreatif.

Dengan menghargai setiap pencapaian kecil, kamu tidak hanya menikmati proses menulis, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan rasa percaya diri.

Jadi, jangan ragu untuk merayakan setiap progres keberhasilanmu dan nikmati setiap langkah dalam perjalanan menulis naskahmu.

Selamat menulis, dan jangan lupa untuk selalu merayakan setiap kemajuan yang kamu capai. Bergembiralah saat menulis.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

10 Langkah Membuat Storytelling yang Menarik

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Storytelling sering jadi cara untuk membuat novel yang menarik. Ada banyak langkah yang bisa ditempuh untuk membuat storytelling yang baik. Berikut adalah 10 cara storytelling yang menarik:

  1. Mulailah dengan Momen Bersejarah:

Tarik minat dan perhatian pembaca dengan memulai cerita dari momen bersejarah atau kejadian penting yang langsung mengaitkan mereka dengan cerita.

  1. Karakter yang Menarik:

Ciptakan karakter yang kompleks dan menarik dengan latar belakang yang beragam, konflik internal yang kuat, dan perkembangan yang signifikan.

  1. Gunakan Imajinasi dan Detail:

Gambarkan setting, suasana, dan detail dengan jelas sehingga pembaca dapat membayangkan dengan baik. Bawa pembaca ikut datang ke lokasi cerita.

  1. Beralih Sudut Pandang:

Cobalah untuk beralih antara sudut pandang karakter yang berbeda untuk memberikan wawasan yang lebih luas tentang cerita.

  1. Gunakan Dialog yang Memikat:

Dialog yang realistis dan memikat dapat menghidupkan karakter dan membuat pembaca terlibat dalam percakapan.

  1. Bangun Ketegangan:

Bangun ketegangan dengan mengungkapkan konflik secara bertahap dan menjaga ketertarikan pembaca tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

  1. Jaga Ritme Cerita:

Gunakan pergantian antara aksi atau tindakan, deskripsi, dan dialog untuk menjaga ritme cerita yang menarik.

  1. Berikan Kejutan:

Selipkan plot twist atau momen tidak terduga yang akan membuat pembaca terkejut dan terus membaca.

  1. Gunakan Metafora dan Simbolisme:

Gunakan metafora dan simbolisme untuk menambah kedalaman cerita dan memberikan pesan yang lebih mendalam. Pastikan anda memahami tentang metafora dan bahasa-bahasa simbol untuk penulisan fiksi.

  1. Resolusi yang Memuaskan:

Akhiri cerita dengan resolusi yang memuaskan, umumnya dengan suatu kondisi yang menyatakan semua konflik utama terselesaikan dan pembaca merasa puas dengan akhir cerita yang anda buat.

Teori storytelling bermacam-macam. Anda bisa memadupadankan satu sama lain saat menulis. Tidak pernah ada aturan baku dalam menulis.

Penulis sebebasnya boleh membuat rumusan baru yang sesuai. Pada akhirnya yang dilihat pembaca adalah: apakah tulisan itu menarik. Bagaimana caranya, itu bukan hal yang masuk di pikiran pembaca.

Selamat membuat storytelling yang menarik. Selesaikan novel anda sekeren mungkin.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

10 Langkah Mudah Membuat Draft Novel

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Novel sebagai bentuk tulisan timeless yang bisa diterbitkan dan dijual kapan saja, termasuk jenis penulisan yang ingin dilakukan banyak orang. Namun menulis novel perlu lebih dari sekedar “keinginan”.

Menulis novel memerlukan serangkaian kemampuan dan komitmen untuk menyelesaikannya. Salah satu hal penting yang bisa dilakukan oleh penulis novel adalah membuat draft novel.

Dengan adanya draft novel yang baik, novel akan segera selesai. Membuat draft novel yang baik memerlukan proses yang terstruktur dan konsisten.

Berikut ini 10 langkah yang dapat membantu Anda dalam proses tersebut:

1. Penetapan Tujuan:

    Tentukan tema dan pesan yang ingin Anda sampaikan melalui novel Anda.

    2. Riset:

    Lakukan riset mendalam tentang latar belakang, karakter, dan plot yang Anda inginkan.

    3. Pengembangan Karakter:

    Buat karakter-karakter yang kompleks dan beragam, dengan kelebihan dan kelemahan masing-masing.

    4. Penentuan Plot:

    Rencanakan plot secara keseluruhan, termasuk puncak konflik dan resolusinya.

    5. Outline:

    Buat outline yang detail untuk setiap bab, termasuk perkembangan karakter dan alur cerita.

    6. Penulisan Draft Pertama:

    Mulailah menulis secara konsisten berdasarkan outline yang telah Anda buat.

    7. Edit dan Revisi:

    Lakukan revisi terhadap draft pertama, perbaiki plot hole, karakter yang kurang, dan masalah lainnya.

    8. First Readers:

    Mintalah pendapat dari first readers untuk mendapatkan masukan dan saran dari sudut pandang yang berbeda.

    9. Edit Lanjutan:

    Perbaiki dan perhalus naskah berdasarkan umpan balik beta readers dan revisi Anda sendiri.

    10. Penyuntingan atau Edit Akhir:

    Lakukan penyuntingan akhir untuk memastikan keseluruhan novel telah terlihat profesional dan siap untuk dipublikasikan.

    Setiap langkah ini bisa berulang dan dipersonalisasi sesuai kebutuhan Anda. Yang terpenting adalah konsisten dan terus belajar dari setiap tahap. Selamat mencoba dan segeralah memiliki novel yang keren.

    Ari Kinoysan Wulandari

    Please follow and like us: