Biar Tulisan Cepat Rampung

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Saya tahu, tidak semua orang memutuskan jadi penulis seperti saya. Ada banyak yang bekerja di bidang-bidang lain, tapi ingin menulis. Ada juga yang sangat sibuk, hingga selalu tak punya waktu untuk menulis. Ada lagi yang tak cukup merenung untuk menulis. Ada banyak kondisi dan kasus kenapa orang tidak bisa menulis.
Oke, mari kita cari solusinya.

  1. Tetapkan dulu apa yang ingin anda tulis.
    Pikirkan ini masak-masak sampai anda meyakini materi yang mau anda tuliskan. Pertama, pastikan anda senang. Kedua, pikirkan materinya sudah lengkap atau anda kuasai. Ketiga, rencanakan berapa lama anda menulis. Keempat, pikirkan apa kendala yang akan terjadi.
  2. Setelah tahu apa yang ingin anda tulis, buatlah perencanaan.
    Buat sinopsis global/intisari; kerangka penulisan; detail keseluruhan naskah bila memungkinkan (isi, bab, subbab, gambar-gambar, sumber pustaka, acuan referensi, pemikiran tokoh, dll).
  3. Buat deadline pribadi.
    Tidak ada tulisan yang selesai tanpa tujuan. Anda bebas menentukan berapa lama anda menyelesaikan tulisan. Bisa setahun, bisa dua tahun. Terserah anda. Lalu hitung, kalkulasikan dengan kemampuan anda menulis setiap hari. Kalau anda hanya punya waktu 10 menit, menulislah 10 menit dan cari tahu 10 menit dapat berapa paragraf dan perkirakan naskah halaman anda berapa banyak, lalu bagi dengan hitungan waktu yang anda miliki.
  4. Fokus.
    Kalau sudah punya rencana dan deadline, pakai kacamata kuda. Tidak usah tolah-toleh. Tidak usah pikir baik buruk. Menulis saja dan terus menulis sesuai format yang sudah ditentukan. Abaikan semua keinginan melenceng sana-sini. Fokus. Kacamata kuda.
  5. Setelah selesai, tinggalkan naskah itu seminggu atau sebulan, terserah anda.
    Setelah itu tengok lagi, baca dari awal. Cari tahu kekurangannya dan perbaiki.
  6. Bila memungkinkan, cari first reader yang jujur.
    Usahakan yang bisa membongkar keburukan naskah kita. Tidak harus penulis ahli atau editor ahli, cukup orang lain siapa saja yang bisa membaca dengan objektive.
  7. Dengarkan saran perbaikan, pertimbangkan, putuskan mana yang terbaik.
    Ingat, naskah itu naskah milik anda dan andalah yang menjadi pemegang keputusan apakah mau merombak seperti apapun.
  8. Periksa setiap detail kesalahan
    Cari rumusan yang terbaik untuk anda menulis. Lalu sempurnakan.
  9. Format sesuai standar penerbit atau media saat anda berniat memperdagangkan naskah anda. Pastikan anda bertemu penerbit atau media yang tepat.
  10. Berdoa.
    Tidak ada hubungannya dengan semua materi penulisan; tapi berdoa mengingatkan kita bahwa segala usaha tidak ada artinya kalau Tuhan tidak mengizinkan. Jadi, minta yang terbaik sama Tuhan dan biarkan Tuhan memanajemeni naskah anda.

Cukup mudah kan?

Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Produktif? Gampang Kok!

Please follow and like us:

Mengulik tentang Motivasi Menulis

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Motivasi adalah sesuatu yang membuat orang rela melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya, tidak kenal waktu, menghabiskan banyak energi demi totalitas; bahkan meskipun tidak ada reward ataupun bayarannya.

Menulis adalah menuliskan sesuatu dalam bentuk tulisan yang sesuai dengan aturan-aturan yang diikutinya.

MOTIVASI MENULIS adalah sesuatu yang membuat orang rela menulis sebaik-baiknya dengan totalitas bahkan bila tidak ada reward ataupun bayarannya.

Motivasi menulis tidak harus sesuatu yang besar. Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam menulis.

Bisa jadi uang, popularitas, sharing, menyampaikan fakta dan kebenaran, menyajikan pemikiran dan pendapat, memblow-up pemikiran massa, dan lain-lain.

Motivasi menulis harus dirumuskan dengan jelas agar kita tahu, kenapa sebenarnya kita menulis. Motivasi bisa dirumuskan sederhana seperti ini:

“Saya mau menulis cerpen karena saya yakin bisa menulis cerpen yang lebih bagus daripada cerpen yang ada di media remaja.”

Ini adalah motivasi saya menulis cerpen ketika saya masih belia; kalau urusan pede, saya cenderung ndableg, selalu pede. Bahkan ketika saya tidak tahu apa-apa soal menulis.

Mungkin ini karena pola didikan orang tua saya yang mengatakan pada anak-anaknya —bahwa kami selalu bisa melakukan apapun yang kami inginkan kalau mau berusaha.

Tak pelak 121 kali cerpen saya ditolak media, lebih dari 2 tahun saya hanya menulis dan menulis dan ditolak dan ditolak. Tapi yang saya pikir hanya saya bisa menulis cerpen lebih bagus daripada cerpen yang ada di media remaja. Hanya itu.

Setelah 2.5 tahun, saat cerpen saya pertama kali dimuat media di Kawanku “Makna Sesungguhnya” itu seperti membayar motivasi saya yang seolah sudah berabad-abad melekat di hati. Honornya waktu itu 80ribu saja, tapi itu besar sekali bagi anak SMP seperti saya yang sehari-hari dapat uang saku hanya 500 rupiah.

Lalu, saya vakum menulis. Kenapa? Ya karena motivasi saya hanya untuk memenuhi keinginan bisa menulis lebih bagus.

Ketika sudah dimuat itu, saya rasa keinginan sudah tercapai. Saya menulis dengan rumusan cerpen pertama saya, dan sejak itu hampir tidak pernah ditolak. Tapi saya hanya menulis kalau mood, kalau ada ide bagus. Tak ada niatan jadi penulis.

Motivasi saya lebih jadi pengusaha daripada jadi penulis. Sampai saat ayah saya bangkrut dan saya harus survive untuk kuliah; ya menulis lagi dan dari sana saya produktif menulis.

Sekarang…. sebelum anda memutuskan untuk menulis, baik menjadi penulis profesional atau sekedar hobi; pastikan anda memiliki MOTIVASI YANG BENAR.

Catat, rumuskan, taruh di depan meja tempat anda menulis. Itu yang bisa dorong anda menulis, seberapapun sulit dan lelahnya mendapatkan “tulisan pertama”.

Jangan cepat menyerah. Tuhan tidak mengharuskan kita sukses. Kita hanya diwajibkan berusaha terus menerus dan memperbaiki diri sebaik-baiknya. Jadi, benarlah berpikir, benarlah bertindak. Kesuksesan biasanya dampak dari usaha yang terus menerus dan tidak kenal menyerah.
.
Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!

Please follow and like us:

Membahas tentang Konflik Cerita

Seri panduan penulisan. Pesan buku cetak bisa wa.me/6281380001149

Cerita atau fiksi yang menarik pasti ada konfliknya; ada masalah yang harus diselesaikan oleh tokoh tokoh cerita. Perjalanan dan proses penyelesaian masalah itulah yang menjadi daya pikat pembacaan sepanjang naskah. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan konflik cerita.

  1. Konflik adalah unsur fundamental dari fiksi karena dalam naskah fiksi, satu-satunya hal yang penting adalah MENARIK.
  2. Dibutuhkan keterampilan dan keahlian untuk mengubah tema-tema kehidupan ke dalam sebuah cerita; mulai dari kelahiran, pertumbuhan, cinta, keluarga, kerja, perjalanan, menua, hingga kematian.
  3. Konflik yang menghasilkan keteganganlah yang membuat cerita bisa dimulai. Ketegangan dapat diciptakan dari pertentangan antar karakter; karakter dengan kekuatan internal atau eksternal; bisa juga dengan kondisi.
  4. Dengan menyeimbangkan kekuatan yang saling berlawanan dari konflik, kita tetap bisa mengajak pembaca terpaku pada halaman naskah dan bertanya-tanya bagaimana cerita akan berakhir.
  5. Konflik yang bisa kita bangun, lebih kurang dari:
    • Protagonis terhadap individu lain
    • Protagonis melawan alam (atau teknologi)
    • Protagonis terhadap masyarakat
    • Protagonis terhadap Allah (atau keyakinannya)
    • Protagonis terhadap dirinya sendiri
  6. Konflik dapat dibangun dengan cara menggoda pembaca, tidak memberikan segala sesuatunya dan baru dibuka di akhir cerita.
  7. Konflik juga biasa dimunculkan dengan memberdayakan karakter-karakter utama, sehingga tensinya sangat tinggi.
  8. Kondisi yang surprise, tidak diperkirakan oleh pembaca juga dapat digunakan untuk menyajikan konflik.
  9. Karakter-karakter yang dari awal menimbulkan simpati dan empati pembaca, dapat juga kita jungkirbalikkan sebagai “antagonis” sehingga konflik menjadi terasa dan bisa menambah napas cerita.
  10. Yang penting diingat dari konflik, bentrokan yang sepele atau terlalu dangkal juga akan menyebabkan cerita yang dangkal dan kurang menarik.

Menulis adalah keterampilan pribadi. Seberapa pun banyaknya teori penulisan, tetap tidak bisa seratus persen kita ikuti. Karena setiap pribadi unik dengan cara dan ekspresi penulisannya. Yang pasti, menulislah dengan cara kita sendiri. Perhatikan apa saja yang penting sehingga cerita kita MENARIK dengan semua unsur yang membentuknya.

Happy Writing, Be a Good Writer 🙂
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
Jadi Penulis Produktif? Gampang Kok!
Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!
Manajemen Penulisan Kreatif Prinsip-prinsip Penyuntingan Naskah

Pesan buku wa.me/6281380001149

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Setiap Naskah Memiliki Takdirnya Masing-masing

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis adalah kebiasaan saya sejak belia. Karena biasalah, menulis saya menjadi kebisaan atau keahlian yang teruji oleh nilai nilai ekonomi dan standar kebaikan lainnya. Namun “menulis” dan “mempublikasikan” tulisan adalah dua hal yang berbeda.

Saat menulis, mungkin saya bisa lebih bebas daripada saat mempublikasikan naskah. Saya sebut mungkin, karena sejatinya untuk bisa menghasilkan tulisan yang baik; kita sudah dibombardir dengan serangkaian teori dan doktrin tentang menulis. Lebih lebih saat kita hendak mempublikasikan naskah –terutama untuk komersial, aturan dan seleksinya bisa sepanjang jalan kereta api 😅

Toh ya karena dunia menulis sudah seperti hidup itu sendiri bagi saya, maka menulis dan mempublikasikan naskah adalah satu paket yang saling mendukung. Prinsipnya, kalau nulis kita baik, publishnya pun lebih gampang. Kecenderungannya kalau proses publish nya gampang, bestseller, rating, box office nya juga mudah ❤️🙏

Toh dari pengalaman bertahunan, saya melihat bahwa dalam menulis, setiap NASKAH memiliki takdirnya masing-masing. Nggak setiap naskah bagus, bestseller. Nggak setiap naskah buruk, jeblok pasarannya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi; kemasan, tema, moment, public figure, iklan, waktu rilis, resensi, review, film setipe, dll yang kadang itu tidak terprediksi.

Ada naskah yang kita tulis dengan totalitas yang sangat tinggi dan seluruh komponen industrinya dipersiapkan, tetapi ternyata jeblok di pasaran. Ada naskah yang sederhana kita siapkan tanpa fasilitas
yang berlebihan, ternyata melejit di pasaran dan jadi hits di mana-mana.

BESTSELLER adalah rahasia yang tidak terprediksi. Meskipun setiap penulis, penerbit, distributor, marketing selalu memiliki RUMUSAN tertentu, tapi itu semua TIDAK PASTI. Pun dengan film-film laris atau series yang rating dan mendapat skor tertinggi dalam hitungan platform. Semua serba tidak menentu dan tidak seperti 1+1=2.

Jadi, versi saya untuk urusan “laku laris” itu sederhanakan saja. Jangan tanya saya apa rumusnya bestseller, cukup menulislah dengan totalitas dan kapasitas terbaik, biarkan produksi membuatnya dengan versi terbaik mereka, lalu izinkan MANAJEMEN TUHAN yang mengaturnya. Ingat, kita tak pernah bisa MENDIKTE TAKDIR. Rezeki tiap orang sudah tertentu, yang tak akan tertukar atau SALAH TEMPAT 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tantangan Terbesar dalam Penulisan

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Dunia penulisan seperti dunia kerja lainnya. Banyak merah hitamnya. Banyak pahit manisnya. Banyak suka dukanya. Banyak kisah pengalamannya. Namun bagi saya, kalau kita menulis memang ya karena “mau menulis”, semua tantangan dunia penulisan rasanya lewat saja. Cek cek tulisan berikut untuk memberikan insight baru tentang dunia penulisan.

  1. Menulis itu (tidak) gampang. Lebih tidak gampang lagi pada mereka yang tidak disiplin. Segala teori penulisan menjadi sia sia kalau kita tidak menulis.
  2. Ada banyak orang yang sebenarnya tidak tahu dan tidak mengerti cara menulis, tapi mereka menulis. Tidak selalu baik, tapi ada tulisan yang bisa dikoreksi untuk menjadi baik.
  3. Kebiasaan harus selalu diingatkan, ditagih, diomelin, jelas bukan kebiasaan yang baik untuk seorang penulis. Anda harus melatih disiplin.
  4. Tanpa disiplin, kita sulit progress dengan tulisan karena nyaris tak ada yang peduli ketika tulisan itu baru berupa embrio. Anda harus menjadikannya naskah yang lengkap dan utuh agar bisa dijual.
  5. Kesulitan terberat penulis: menulis naskah pertama dan mempublish naskah pertama.

Tak peduli semahir apa anda sekolah penulisan, menulis pertama tetap tidak mudah. Butuh tekun dan disiplin.

Sebagus apapun tulisan pertama kita, tetep juga diover sana sini kalau di media. Bisa ditaruh dulu, dibawa dulu… Dan bisa 3-4 tahun lho berjuang untuk first publication 😭

  1. Urusan teknis menulis sungguh urusan gampang. Anda bisa baca tulis, cukup sudah. Tapi menyelesaikan naskah pertama, terlalu banyak godaan. Kalau anda nggak cukup niat, seringnya naskah tak selesai.
  2. Lalu berikutnya proses publikasi pertama, bisa makan hati kalau tak sabar. Dan saya sudah belajar menulis itu kesenangan. Diterbitkan atau belum, tulis saja terus. Apalagi zaman internet gini, yang anda boleh pilih suka suka medianya sebebas anda memilih rasa es krim 😂
  3. Jadi yang bikin sulit menulis ya jelas diri kita sendiri. Baru nulis sedikit ributnya ampun 🙈 baru kirim naskah 6 bln sudah beriweuh di mana mana. Lha gimana to, persaingan makin ketat penulis makin banyak. Kalau lebih suka ribut daripada nulis ya anda ditinggal. Karena tak punya naskah baru untuk ditawartawarkan lagi.
  4. Kisah jatuh bangun menulis saya sudah banyak saya tuliskan. Tapi kemarin saya dapat cerita penulis script yang laris manis, katanya dulu sampai tiga tahun hidup menyusu pada istrinya (dihidupi istrinya) demi bisa jadi penulis script. Ditolak di sana sini, dicuekin produser, tidak dipedulikan. Lalu kesempatan berubah ketika ia datang di acara pralaunching film. Dia datang awal sekali, panitia saja belum semua ada.

Membantu orang di situ untuk menyiapkan kursi kursi untuk tamu. Dush, dia tidak tahu produser datang dan malah mempersilakan duduk. Lalu dia ikut membantu kegiatan. Pas acara tahulah dia siapa produser. Dan dia minta waktu 5 menit saja untuk presentasi 1 sinopsisnya. Tapi 5 menit itu jadi 1 jam dan esoknya dia dapat kontraknya dan karya hits.

Lalu semua cerita nya yang ditolak-tolak dulu menjadi diburu-buru produser. Hingga sekarang sudah hampir 30 tahunan dia menulis.

Hidup tenang dan tetap sabar tekun meskipun namanya seperti jaminan sinetron panjang.

  1. Komitmen dan kesabaran sepertinya adalah dua makhluk langka di kalangan penulis pemula. Pinginnya nulis langsung bagus langsung hits. Lupa kalau yang bagus itu ada prosesnya. Yang hits itu pasti ada kisah berliku yang panjang untuk diceritakan.

Ari Kinoysan Wulandari


Please follow and like us:

Waktu yang Ideal untuk Menulis

Beli buku versi cetak dan bertandatangan bisa wa.me/6281380001149.

Sebenarnya siy nggak ada waktu yang benar-benar ideal untuk menulis. Setiap orang berbeda keadaannya. Setiap penulis berbeda target dan orientasinya. Jadi tidak pernah bisa disamaratakan. Masing-masing penulis harus menyesuaikan dengan kemampuan dan kepentingan yang hendak dituju. Berikut ini hal yang berkaitan dengan waktu ideal untuk menulis, yang bisa jadi pertimbangan.

Saya pribadi tidak pernah bisa menjawab pertanyaan tersebut. Menulis adalah ranah kerja pribadi. Ketika merancang sebuah naskah, sebenarnya penulis telah mengalokasikan sejumlah rencana dan waktu untuk menyelesaikannya.

Artinya, ketika rancangan naskah sudah siap, penulislah yang bisa menghitung berapa waktunya yang ideal untuk menulis sesuai dengan kerumitan naskah, ketersediaan bahan, kesulitan penulisan, hingga kapasitas penulis, waktu, dan dana yang tersedia.

Seorang penulis pemula mungkin perlu waktu setahun untuk menulis naskah 200 hlm saja, tetapi penulis yang profesional mungkin perlu sebulan saja.

Ibu rumah tangga yang juga mompreneur mungkin perlu 1 tahun menulis buku singkat 50 hlm, tapi mbak mbak yang mahasiswa mungkin perlu seminggu untuk tulisan 50 hlm.

Setiap orang kondisinya berbeda-beda. Oleh karena itu, dirinya sendirilah yang bisa menentukan waktu ideal menulis. Termasuk kapan atau jam berapa ia bisa menulis.

Berapapun waktu anda menulis, konsistenlah. Karena sedikit demi sedikit akhirnya bukit juga. Ketekunan dan kesabaran itulah yang membuat naskah anda terselesaikan dengan baik.

Selamat mencari dan menghitung waktu yang ideal untuk menulis. Pastikan anda merampungkan naskah dengan baik.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Memilih Penerbit yang Baik

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Kadang sebagai penulis, kita masih berpikir penerbit yang baik itu seperti apa. Dari berbagai jenis penerbit, kiranya pertimbangan berikut dapat kita jadikan acuan.

  1. Periksa buku-buku terbitannya di toko buku, kalau terus menerus, dan selalu ada dalam jumlah banyak, umumnya penerbitnya mapan secara finansial.
  2. Periksa update di internet. Internet menyediakan informasi apa saja tentang penerbitan buku. Ada banyak kabar yang bisa kita cari tahu dari internet. Cari yang bagus.
  3. Tanya ke penulis dan pihak-pihak lain yang pernah berhubungan atau bekerja sama dengan penerbit yang bersangkutan.
  4. Gabunglah di komunitas-komunitas yang berkaitan dengan dunia penerbitan. Biasanya, di komunitas lebih terbuka dan blak-blakan. Berita apa saja umumnya dishare. Kalau berita baik biasanya tidak sampai heboh, tapi kalau berita buruk umumnya banyak orang yang tahu.
  5. Datang ke workshop penulisan dan workshop-workshop yang berkaitan dengan dunia penerbitan. Biasanya di sana ada sharing tentang penerbitan yang bagus.
  6. Coba temui pihak penerbit sebelum bekerja sama. Tatap muka dan diskusi, biasanya memberikan kita gambaran penerbitannya seperti apa.
  7. Menyesuaikan tulisan yang dikirim dengan visi misi penerbit. Jangan sampai buku kita religi, tapi mengirimnya ke penerbit yang hanya menerbitkan buku pertanian, misalnya.
  8. Menyesuaikan kemampuan penulisan dengan penerbit yang dikirimi. Maksudnya, kalau kita penulis yang baru sama sekali dan tidak ada link, tidak salah kok mencoba ke penerbit kecil yang profesional dan bagus. Kemungkinkan diterima dan diterbitkan lebih besar.
  9. Memilih penerbit melalui perantara atau agensi. Sekarang sudah banyak agensi naskah. Biasanya mereka lebih kenal medan penerbitan. Yang penting, pilih yang baik.
  10. Gunakan intuisi. Ya, tiap orang beda-beda. Kadang-kadang ketika harus mengambil keputusan dalam waktu cepat, mau menerima tawaran kerja sama atau tidak, sementara saya tidak banyak tahu hal tentang partner baru ini, saya menggunakan hati dan intuisi saya. Melihat kondisi yang terlihat pada mata pikiran saya. Kalau di hati kok rasanya bagus, biasanya saya ikuti. Kalau rasanya tidak bagus, meski tawarannya terlihat “menggiurkan” saya pilih meninggalkannya.

Nah, selamat mencoba. Silakan kalau ada yang mau menambahkan.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: