Kalau Kamu Kirim Naskah ke Penerbit

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Untuk penulis pemula, biasanya setelah menyelesaikan naskahnya, mereka sering merasa kebingungan bagaimana cara mengirim naskah ke penerbit. Padahal sekarang sudah banyak akses dan jauh lebih mudah mengenali penerbit. Sekurangnya, buka-bukalah web dan sosmednya. Paling enggak, pasti ketemu model-model naskah yang sudah dipublikasikan dan diperjualbelikan.

Berikut ini adalah uraian singkat agar naskah bisa sampai ke tangan penerbit dengan aman dan tidak disalahgunakan.

1. Bila sampeyan sama sekali baru dan hendak mengirimkan naskah ke penerbit, siapkan print out NASKAH yang disertai dengan SINOPSIS, kalau bisa dilengkapi PROPOSAL NASKAH, dan jangan lupa BIODATA singkat dilengkapi alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

Ini akan mempermudah pihak penerbit membaca naskah sampeyan, karena mereka nggak perlu ngeprint. Kalau mereka mengizinkan untuk mengirim naskah via email dengan softcopy, ya lakukan saja. Lebih mudah, praktis, nggak banyak biaya.

2. Bila sampeyan mengirimkan naskah lewat pos atau ekspedisi pengiriman, pastikan sampeyan mengisi semua daftar kolom isian untuk pengirim dan penerima. Hal ini untuk melacak bila terjadi sesuatu dengan naskah anda. Misalnya, naskah nggak sampai ke tujuan.

3. Bila sampeyan hendak menyerahkan NASKAH printout langsung pada penerbit, mintalah tanda bukti penyerahan naskah dan tanyakan kepada siapa nantinya mengurus follow up naskah tersebut dan berapa lama akan dapat kabar. Biasanya lebih kurang 3-6 bulan. Makin besar penerbit yang anda tuju, makin lama pula waktu untuk menerima kabar diterima atau ditolak.

Ini bisa lama banget lho. Naskah saya ada yang antrian sampai tujuh atau delapan tahun, sampai saya pun wes lupa. Tapi kalau naskah timeless siy biasanya aman, mo terbit kapan aja tetap “baru”.

4. Bagi yang sudah terbiasa menulis atau bekerja sama dengan penerbit tentu tidak masalah untuk mengirimkan via email karena cepat dan mudah, dan lebih praktis. Kemungkinan untuk disalahgunakan juga kecil karena sudah saling kenal.

5. Kalau sampeyan sudah mengirimkan naskah, selama tiga bulan tidak ada kabar, tanyakan tentang naskah tersebut. Ada penerbit yang kadang-kadang sudah tahu jawaban penolakan, tapi karena banyaknya pengiriman surat penolakan itu biasanya dibarengkan dengan penolakan naskah-naskah lainnya.

6. Apakah etis menyerahkan atau mengirimkan satu naskah ke beberapa penerbit yang berbeda-beda dalam satu waktu? Jawabannya, bisa beragam.

Menurut saya pribadi, tidak etis. Lebih baik mengirimkan naskah ke satu penerbit lebih dulu baru ketika ditolak, anda bisa tawarkan ke penerbit lain.

Lebih ribet juga kalau misalnya anda menyerahkan kedua penerbit sekaligus, beruntung kalau keduanya menolak, anda bisa menawarkan ke penerbit yang lain; bagaimana kalau keduanya berniat menerbitkan? Bagaimana anda akan bicara kepada keduanya? Tidak mudah kan?

7. Apakah benar ada penyalahgunaan naskah yang dikirim dikatakan tidak diterbitkan lalu diolah, diubah sana sini lalu diterbitkan dengan nama lain? Selama ini, kasus seperti itu jarang terjadi. Karena menulis itu sulit, mengubah segala sesuatu juga sulit. Waspada dan hati-hati memang perlu, tapi tidak perlu takut.

8. Ke mana dikirimkan? Ada banyak penerbit di Indonesia, anda bisa mencari sendiri alamat-alamat penerbit dan melihat jenis buku terbitannya di toko-toko buku, untuk melihat apakah jenis tulisan anda cocok untuk anda kirimkan ke penerbit tersebut. Cek di buku JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG KOK!

Gampang saja toh ternyata untuk mengirimkan naskah? Percayalah, urusan teknis lebih mudah daripada urusan menyelesaikan naskah 🙂

    Selamat menulis dan mengirimkan naskah.
    Semoga bermanfaat.

    Ari Kinoysan Wulandari

    Please follow and like us:

    Adaptasi Naskah

    Prinsip-Prinsip Penyuntingan Naskah. Pesan buku wa.me/6281380001149. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

    Adaptasi adalah hal yang biasa dalam dunia penulisan dan industri kreatif secara umum. Apa saja yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan adaptasi?

    1. Adaptasi dan menuliskan kembali itu boleh. Tetapi, yang mesti dihindari adalah menjiplak. Setiap kali kita menjiplak, maka Allah akan mengurangi satu pikiran kreatif kita. Makin sering menjiplak, makin bodohlah diri kita.

    2. Aturan adaptasi lebih kurang seperti ini:
    a. Ide boleh sama, bisa dimiliki siapa saja.
    b. Seluruh penulisan harus beda.
    c. Karakter harus dimodifikasi.
    d. Dialog juga tidak boleh sama.
    e. Setting harus berbeda.

      Intinya: adaptasi untuk cerita adalah pada batasan ide yang sama, tetapi dalam segala hal dari tata cara, sudut pandang, model, karakter harus beda.

      3. Ada yang memberi usulan adaptasi dengan cerita mirip-mirip boleh, tetapi batasannya 10 persen saja dari total seluruh naskah yang diadaptasi.

      4. Ini berbeda dengan urusan pembelian copyright, lisensi. Banyak pula yang memang kontrak kerja samanya harus dialihkan dengan model (versi) Indonesia saja tanpa boleh mengganti apa pun, termasuk satu kata dialog sekali pun.

      5. Kalau adaptasi saja bebas, boleh dalam batas-batas wajar. Tidak ada yang klaim. Permasalahan klaim mengklaim dan gugat menggugat ini biasanya kalau karya adaptasi BOOMING, maka yang terjadi pastilah heboh sampai seret-seretan ke pengadilan segala karena duitnya memang BANYAK.

      6. Kalau adaptasinya hanya ide yang sama, sumber tak perlu disebutkan. Tetapi kalau banyak, ya disebutkan. Ada etika tak tertulis untuk memberi surat pemberitahuan pada PENULIS, PENERBIT. Tidak dipungut bayaran kok. Hanya untuk sopan santun saja.

      7. Karya adaptasi sering juga sebagai PERSETUJUAN, BANTAHAN, SANGGAHAN, PENYEMPURNAAN suatu karya sebelumnya. Misalnya, Umar Kayam menulis karya legendaris PARA PRIYAYI itu sebetulnya modifikasi dan bantahan untuk karya CLIFFORD GERTZ yang bicara soal Priyayi, Santri Abangan, dan Kalangan Petani. Dan, tidak ada seorang pun yang mengklaim Para Priyayi itu sebagai bantahan untuk karya Gertz.

      8. Menjiplak persis biasanya kalau untuk diri sendiri tidak ada yang klaim. Tetapi kalau sudah urusan komersial, diperdagangkan, disiarkan, diakui sebagai karya penjiplak; baru JADI MASALAH.

      9. Sebenarnya, kalau mau curang sih bisa saja, asal tidak ketahuan. Tetapi kalau ketahuan, — hari serba internet serba canggih begini, apa yang tidak ketahuan? — SIAP-SIAP saja. Itu MEMATIKAN MASA DEPAN sendiri.

      10. Intinya, teman-teman, jangan takut MEMBUAT KARYA ORISINIL. Yang bagus itu tidak harus yang berbau luar negeri kok. Ayolah, kunjungi daerah-daerah Indonesia, berjalanlah. Pasti akan tahu, kita ini lebih kaya dari negeri-negeri jiran di sekitar kita. Mari ciptakan kiblat, bukan berkiblat kepada negeri orang.

        Happy Writing, Be A Good Writer 🙂

        Ari Kinoysan Wulandari
        Griya Kinoysan University

        Please follow and like us:

        Cara Memilih Klien Penulisan

        Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

        Memilih klien itu versi saya juga “jodoh-jodohan”. Kalau jodoh, semua pekerjaan rasanya lempeng saja dan mudah dibereskan. Diskusinya enak, nulisnya lancar, bayarnya besar. Biasanya klien klien begini “menyadari” nulis nggak mudah dan dari awal dia tahu maunya tulisan seperti apa.

        Jadi kalau kamu penulis yang biasa terima orderan tulisan, cermati betul calon klienmu. Kadang better menolak daripada bekerja remuk redam makan hati dengan honor nggak seberapa, masih ditawar diulur-ulur diincrit-incrit pula bayarnya. Niy biasanya klien yang saya sebut “BPJS” Banyak Permintaan (kalau diminta bayar) Jawab Sesuk-sesuk 🤣 Westalah, dunia penulisan itu kadang nggak selalu indah seperti yang kamu bayangkan 😅

        Yuk kita ulik seputar pilih-pilih klien ini. Kamu boleh tetap bertahan menulis dengan fee kecil, asal yo profesional dan jelas aturan main, job desknya ngapain, revisi berapa kali, kapan bayar. Karena kadang kita sebagai penulis kudu berdamai dengan honor-honor kecil. Pokoknya, kalau saya kliennya jelas harus baik dulu dan kerja nulisnya bikin saya senang. Honor besar itu bagian bonus rezeki.

        1. Jadi ghostwriter atau menulis biografi memang jalan cepat dapat duit banyak dari menulis. Tapi ya ini dapatnya nggak selalu mudah. Cari kliennya sulit sulit gampang.

        2. Tapi kalau sekali dapat, biasanya terus saja. Nah, saya tidak tahu bagaimana cara memilih klien untuk ghostwriter atau biografi, karena setiap kali beda orang beda model pendekatannya.

        3. Yang jelas kalau manajer saya oke, umumnya saya oke saja. Tidak banyak keribetan. Baru kalau manajernya setengah yakin setengah enggak, saya perlu bertemu dan bisa lihat niy orang masalah apa enggak.

        4. Eh yang namanya masalah klien itu nggak cuma urusan sulit atau nggak bayar lho. Klien beribet revisi bongkar bongkir materi itu juga problem. Klien sulit diajak kompromi, itu juga keribetan.

        5. Jadi dalam model kinerja apapun, yang berkaitan dengan ghostwriter dan biografi, pastikan sampeyan senang dulu dengan kliennya, senang pada materinya, dan syukur-syukur asyik duitnya juga. Kalau tidak, jangan memaksakan nanti makan hati; bisa langsing mendadak 😂

        6. Ada model model klien yang tak terduga yang mungkin tidak saya kenali. Tapi kalau sepanjang semua oke oke saja, ya tidak apa-apa. Meskipun mungkin ada banyak karakter orang yang tidak seide dengan pikiran saya.

        7. Yang penting Teman-teman, jangan terima klien karena terpaksa. Sengsara nanti. Karenanya kalau jadi penulis harus bagus mengatur keuangan agar nggak ada alasan terima klien semata mata karena uang.

        8. Menulis itu bukan sekedar tukang ketik. Sampeyan harus pake otak; pikiran, hati, energi waktu dll yang tidak sedikit. Kalau nggak senang nggak ikhlas, percayalah itu hanya akan bikin sampeyan terbebani 2x atau 3x dari energi yang semestinya sudah cukup untuk merampungkan satu buku. Jadi pilih pilih klien itu penting agar oke semuanya.

        Selamat berburu klien penulisan. Kalau proyekmu banyak, berbagi gaweyan dengan saya juga boleh. Jangan lupa contact wa.me/6281380001149😀 Honor? Cincailah, itu bisa diatur 😂

        Ari Kinoysan Wulandari

        Please follow and like us:

        20 Hal Yang Menyebabkan Tulisan Tidak Selesai

        Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

        20 hal yang sering menyebabkan penulisan tidak selesai:

        1. Kurangnya Perencanaan
          Tidak ada outline atau rencana yang jelas dapat membuat penulis bingung tentang arah cerita.
        2. Prokrastinasi
          Menunda-nunda untuk menulis dapat menyebabkan hilangnya momentum dan inspirasi.
        3. Perfeksionisme
          Terlalu fokus pada kesempurnaan tiap kalimat bisa menghambat kemajuan.
        4. Kehabisan Ide
          Terkadang penulis mengalami kebuntuan ide di tengah jalan.
        5. Gangguan Eksternal
          Gangguan dari lingkungan sekitar seperti keluarga, pekerjaan, atau media sosial.
        6. Kritik Diri yang Berlebihan
          Terlalu keras mengkritik tulisan sendiri dapat mengurangi motivasi.
        7. Tidak Konsisten
          Tidak menulis secara rutin atau tidak memiliki jadwal yang tetap.
        8. Ketidakpastian Plot
          Ragu-ragu tentang perkembangan cerita atau akhir cerita.
        9. Masalah Teknis
          Kesulitan dalam hal-hal teknis seperti tata bahasa, struktur kalimat, atau dialog.
          1. Kurangnya Dukungan
            Tidak memiliki dukungan dari teman, keluarga, atau komunitas penulis.
        10. Riset yang Berlebihan
          Menghabiskan terlalu banyak waktu untuk riset tanpa mulai menulis.
        11. Takut Gagal
          Khawatir bahwa novel/naskah tidak akan diterima dengan baik oleh pembaca atau penerbit.
        12. Tidak Menikmati Proses
          Menulis lebih karena kewajiban daripada kenikmatan dapat mengurangi semangat.
        13. Kesehatan Mental
          Masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan dapat mempengaruhi produktivitas.
        14. Perubahan Prioritas
          Kehidupan yang berubah, seperti pekerjaan baru atau keluarga, dapat mengubah prioritas penulis.
        15. Penulisan Ulang yang Terlalu Sering
          Terus-menerus menulis ulang bagian-bagian yang sudah ditulis tanpa maju ke bagian baru.
        16. Kurangnya Motivasi
          Tidak memiliki motivasi atau tujuan yang jelas untuk menyelesaikan novel.
        17. Tidak Ada Deadline
          Tidak menetapkan batas waktu untuk diri sendiri dapat membuat penulis merasa tidak terdesak untuk menyelesaikan.
        18. Menghindari Kesulitan
          Menghindari menulis bagian yang sulit atau tidak menyenangkan dalam cerita.
        19. Perubahan dalam Cerita/Naskah
          Mengubah alur cerita atau karakter utama terlalu sering dapat menghambat kemajuan. Membongkar naskah juga meribetkan banyak hal.

        Monggo silakan dicermati naskah Anda belum selesai karena apa, termasuk dari 1 s/d 20 di atas kah? Kalau iya, cobalah mencari solusinya 😀

        Ari Kinoysan Wulandari

        Please follow and like us:

        Waktu Yang Tepat

        Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

        Sering kali kita bertanya-tanya, kapan waktu yang tepat untuk memulai sesuatu?

        Apakah menunggu momen ideal adalah keputusan yang bijak, atau justru kita harus segera bertindak tanpa ragu?

        Jawabannya bergantung pada apa yang ingin kita mulai dan bagaimana kita mempersiapkan diri.

        Berikut beberapa pertimbangan penting dalam menentukan waktu yang tepat untuk memulai sesuatu, baik itu proyek, bisnis, kebiasaan baru, atau perubahan hidup lainnya.

        1. Jangan Menunggu Sempurna, Mulailah dengan yang Ada

        Banyak orang terjebak dalam “paralysis by analysis”—terlalu banyak berpikir dan menunggu momen sempurna hingga akhirnya nggak pernah mulai.

        Kenyataannya, momen sempurna jarang datang. Sebagian besar kesuksesan datang dari mereka yang berani mulai dengan sumber daya yang ada, lalu memperbaiki dan beradaptasi seiring perjalanan.

        Contoh: Jika ingin memulai bisnis, sampeyan tidak harus menunggu modal besar atau rencana sempurna. Mulailah dengan langkah kecil, uji ide sampeyan, dan kembangkan perlahan.

        1. Awali dengan Motivasi yang Jelas

        Sebelum memulai sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: Mengapa saya ingin melakukan ini? Motivasi yang kuat akan membantu sampeyan bertahan di saat menghadapi tantangan. Pastikan alasan sampeyan jelas dan cukup kuat untuk menjadi bahan bakar perjalanan.

        Contoh: Jika ingin mulai berolahraga, jangan hanya karena tren, tapi karena sampeyan ingin hidup lebih sehat dan bugar dalam jangka panjang.

        1. Manfaatkan Momentum dan Energi

        Ada kalanya kita merasa sangat termotivasi untuk memulai sesuatu. Inilah saat terbaik untuk bertindak! Momentum adalah faktor penting yang bisa mempercepat langkah awal dan membantu kita tetap konsisten.

        Jangan menunda ketika semangat sedang tinggi, karena semakin lama menunda, semakin sulit untuk mulai.

        Contoh: Jika setelah membaca buku inspiratif sampeyan merasa terdorong untuk menulis, segera ambil kertas atau laptop dan mulailah menulis, meskipun hanya beberapa paragraf.

        1. Perhatikan Kondisi dan Kesempatan

        Meskipun nggak perlu menunggu momen sempurna, tetap penting untuk memperhitungkan kondisi eksternal yang dapat memengaruhi keberhasilan sampeyan. Beberapa keputusan memerlukan perencanaan yang matang agar lebih efektif.

        Contoh: Jika ingin memulai bisnis musiman seperti jualan baju Lebaran, maka waktu terbaik untuk mulai adalah beberapa bulan sebelum Ramadan, bukan setelahnya.

        1. Gunakan Prinsip “Mulai Sekarang, Sempurnakan Kemudian”

        Banyak orang sukses yang memulai sesuatu tanpa perencanaan sempurna, tapi mereka terus belajar dan menyesuaikan diri sepanjang perjalanan.

        Jangan takut memulai hanya karena merasa belum siap. Yang penting adalah mengambil langkah pertama dan terus berkembang.

        Contoh: Jika ingin belajar bahasa asing, mulailah dengan kosakata dasar dan percakapan sederhana. Jangan menunggu sampai sampeyan merasa siap berbicara dengan lancar.

        Waktu terbaik untuk memulai itu ya sekarang
        Jika sampeyan masih ragu, ingatlah bahwa semakin lama sampeyan menunda, semakin kecil kemungkinan sampeyan untuk benar-benar memulai. Ambil langkah pertama, atur strategi, dan biarkan proses berjalan.

        Nggak pernah ada waktu yang benar-benar sempurna, tapi setiap langkah kecil yang sampeyan ambil hari ini akan membawa sampeyan lebih dekat ke tujuan.

        Jadi, apa yang ingin sampeyan mulai hari ini?

        Ari Kinoysan Wulandari

        Please follow and like us:

        Menulis Paragraf Pertama

        Cerita Rakyat Maluku. Pesan buku cetak wa.me/6281380001149. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

        Bagian yang paling sulit dari penulisan umumnya menulis paragraf pertama atau memulai. Tips ini mungkin bisa membantu:

        1. Carilah sebuah paragraf pertama dari berbagai buku yang anda rasa ingin menuliskannya seperti itu. Kaji dan pelajari betul, lalu terapkan pada objek materi yang sedang anda tulis.

        2. Setiap kali memulai naskah baru dan kembali “kesulitan” lakukan lagi cara yang pertama. Kalau bisa kita memiliki “deposito paragraf pertama” yang isinya hanya paragraf-paragraf pembuka, yang bisa kita cek dan pelajari kapan saja.

        3. Ketika paragraf pertama selesai anda tulis, biarkan saja. Tidak usah merevisinya dan teruskan menulis.

        4. Pada saat selesainya naskah, mungkin anda perlu ekstra waktu untuk merevisi paragraf pertama sebelum jadi “paragraf kesayangan” anda.

        5. Berlatih terus akan membuat penulisan paragraf pertama sampai jadi gampang dan akan lebih gampang untuk memulai setiap kali penulisan baru.

          *Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
          *Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
          *Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!
          *Jadi Penulis Produktif? Gampang Kok!
          Pesan buku wa.me/6281380001149.

          Ari Kinoysan Wulandari

          Please follow and like us:

          Menawarkan Jasa Menulis

          Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

          Pingin nawarin jasa menulis untuk orang-orang atau calon klien potensial? Cek-cek yang harus kita perhatikan.

          1. Buku karya kita adalah bukti yang tak terbantahkan. Karenanya mau anda jadi ghostwriter, jadi penulis buku biografi, tetep wajib punya buku yang nangkring di toko buku. Biar bikin promosi atau proposalnya gampang. Selain itu kalau punya buku, kita juga gampang ngasihnya. Terus calon klien juga bisa baca-baca cocok tidaknya dengan gaya tulisan kita.

          2. Blog dan sosmed kita yang ada beragam tulisan, juga bisa jadi acuan seseorang akan menggunakan jasa kita atau tidak. Blog dan sosmed kita nggak harus “aktif” banget, tapi cukuplah kalau diupdate per minggu.

          3. Cara menawarkan jasa kita bisa dengan beragam cara. Mengirimkan surat perkenalan dan proposal via email sering dianggap sebagai cara yang mudah.

          4. Namun kalau pas di pertemuan tertentu jumpa dengan calon klien, bilang dan tawarkan saja. Mereka pasti senang. Oh ya, rata rata orang penting senang jumpa penulis karena mereka sering nggak sempat menulis. Ingat ya, nggak sempat, bukan nggak bisa.

          5. Saya, dengan latar etnis Jawa yang melekat dengan budayanya —yang nggak terbiasa dengan memamerkan diri seluruh kemampuannya, termasuk jarang menghubungi orang untuk menawarkan ini itu jasa yang kami sediakan.

          Bukan karena tidak mau begitu, tapi karena masih banyak pe er gaweyan yang belum selesai. Menambah orang, belum tentu cocok cara nulis dan kerjanya.

          6. Tapi sesekali saya akan menghubungi orang orang yang saya anggap potensial. Kalau sudah ada klien, ya nggak usah serakah mencari terus. Bikin naskah pesanan klien itu cukup melelahkan. Kita nggak bisa sembarangan nulis semaunya kita. Harus nurut mereka maunya gimana. Kalau serakah ntar malah bubrah atau tidak jadi dan bikin kredit point kita buruk di mata klien.

          7. Saya nggak tahu anda model penulis yang mana. Yang jelas menawarkan jasa itu penting. Karena klien dengan naskah pesanannya itulah yang biasanya bikin penulis punya banyak duit. Kita bisa nego harga sebebasnya. Syukur banget kalau dapat klien yang royal, wes manut saja dengan harga kita. Cuman yang begini ini sesekali saja 😅😂

          8. Yang penting sopanlah saat menawarkan jasa. Jangan ngotot. Klien yang memang serius pasti akan cari kita. Apalagi kalau cocok model tulisannya.

          Yeach, tapi ini butuh lebih dari sekedar kemampuan menulis. Butuh pribadi dan karakter yang baik. Butuh sikap mental yang kuat. Karena menghadapi klien berduit itu beda dengan menghadapi penerbit yang nggak secara langsung membayar penulisnya.

            Selamat mencoba 😀🙏

            Ari Kinoysan Wulandari

            Please follow and like us: