Membangun Kreativitas

Kreativitas kadang lahir dari masalah-masalah di sekitar kita.

Apa siy yang dimaksud dengan kreativitas? Apakah anda ingin meningkatkan kreativitas dalam menulis? Jangan terlalu percaya diri sebagai orang yang kreatif. Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan KREATIVITAS.

  1. Kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan ide-ide yang tampaknya tidak tersambung. Menghubungkan ide-ide menjadi seperti baru adalah dasar kreativitas.
  2. Kreativitas tidak terbatas pada orang-orang berbakat, siapa saja bisa menjadi orang kreatif.
  3. Kreativitas tidak semata-mata harus dikembangkan dalam dunia yang berkaitan dengan penulisan, tetapi seluruh bidang kehidupan memerlukan kreativitas untuk berkembang.
  4. Kreativitas seseorang dapat dilatih dengan sering mengasah kemampuan. Banyak sekolah dan pelatihan-pelatihan khusus untuk mengasah kreativitas.
  5. Kreativitas dapat ditingkatkan secara konsisten dengan:

A. Mengamati semua hal di sekitar anda dan menemukan hal yang baru.

B. Mempertanyakan dari apa yang anda amati, tulis 50 daftar pertanyaan dan kemudian buat 5-10 pertanyaan mendalam untuk menguji dan mengetahui hal-hal baru.

C. Networking; bagaimanapun semakin luas pergaulan seseorang semakin berwarna kreativitasnya.

D. Eksperimen; dengan penelitian kita bisa menjawab pertanyaan baru atau menemukan hal yang baru. Penelitian termasuk di dalamnya mengunjungi daerah-daerah baru.

E. Jangan membatasi diri; jangan mudah mengatakan, oooh itu bukan dunia saya…. segala sesuatu bisa dicoba dan mungkin anda menemukan hal baru yang menyenangkan.

F. Memperbanyak wawasan dengan membaca, travelling, sekolah, workshop, seminar, dll. yang memungkinkan ilmu anda berkembang.

G. Menerima tantangan untuk menuliskan hal baru yang sama sekali berbeda dengan lingkungan dan dunia kita.

Selamat mengasah kreativitas anda. Selamat menulis. Selamat beraktivitas kembali.

Happy Writing Be A Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Ide-Ide Tulisan

Baik karya kecil atau besar, sederhana atau rumit; semuanya berasal dari ide.

Ide adalah kunci pokok penulisan. Tanpa ide kita nggak bisa menulis apa-apa. Dari mana ide diperoleh? Bisa dari mana saja. Yang paling penting untuk diingat, ide nggak bisa dicari, tetapi harus ditemukan. Berikut ini beberapa hal yang perlu kita ketahui berkaitan dengan ide.

  1. Ide harus menarik, penting, dan bermanfaat.
  2. Ide tidak harus selalu baru, mungkin hanya perlu inovasi dan modifikasi dari yang sudah ada.
  3. Ide bisa lahir dari pengalaman, pengamatan, dan imajinasi. Salah satu saja sudah cukup banyak untuk menulis.
  4. Ide bisa diperoleh dengan bertukar pikiran, membaca, silaturahmi, olahraga, menari, berwisata, main musik, atau bahkan sekedar mendengar berita dan mengintip social media.
  5. Jangan alergi dengan kegiatan di luar penulisan, ide umumnya lebih banyak dari dunia di luar penulisan.
  6. Jadilah orang yang terbuka dan mudah membaur dengan segala kalangan. Di sana ide bertebaran dengan bebas dan tinggal menunggu kita tangkap.
  7. Setiap ide yang muncul kapan saja, sebaiknya didokumentasikan. Terserah caranya. Bisa ditulis tangan, bisa diketik, bisa direkam, bisa dipotret, bisa divideokan…. yang penting jangan sampai kehilangan ide hanya karena tidak mendokumentasikan.
  8. Cek-cek bank ide. Tiap bulan bersihkan yang tidak penting, simpan ide yang bisa diubah jadi naskah dan diuangkan.
  9. Kalau bener-bener nggak punya ide, jangan memaksa diri. Tinggalkan saja urusan penulisan, mungkin perlu istirahat, wisata, atau sekedar bermain dengan binatang piaraan atau silaturahmi.
  10. Saat mulai menulis, prioritaskan ide yang disukai orang, yang kita kuasai, yang gampang menulisnya, dan banyak atau mudah referensinya.

Percayalah, kalau sudah jadi penulis…. akan begitu banyak ide, bahkan rasanya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, 12 bulan setahun terasa begitu cepat untuk menyelesaikan ide menjadi satu buku/film yang bagus. Biar ringan, prioritaskan ide yang simpel. Tulis yang gampang saja. Biar karyanya cepet banyak dan produktif.

Yang mau tahu lebih banyak soal ide bisa ngecek dan baca di buku ini:
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kalau Kita Menyunting Naskah

Wonderful Bangkok. Pesan novel wa.me/6281380001149.

Pada prinsipnya, penyuntingan naskah itu memperbaiki kekurangan naskah dan menjadikan naskah lebih baik.

Proses ini bisa menjadi beragam, tergantung kualitas dasar naskahnya. Kadang-kadang naskah yang sudah bagus, nyaris tidak memerlukan campur tangan editor, karena dari konten, gaya bahasa, template, dan ejaan pun sudah sesuai. Ini sungguh editornya “beruntung” karena nggak perlu capek capek kerja.

Namun untuk materi naskah yang hampir semuanya “bermasalah” editor harus bekerja sangat ekstra.

  1. Masalah isi
    Periksa keseluruhan, lengkap atau tidak dari judul, pengantar, daftar isi, materi bab per bab, penutup referensi, biodata penulis, lampiran bila ada.

Bila sudah, cek cek pula materi tiap bab, imbang, ilustrasi benar, materi cukup.

Cek hubungan antar bab, apakah sesuai atau ada yang diubah.

Materi untuk fiksi menyesuaikan standar.

  1. Masalah gaya bahasa
    Apakah penulis menggunakan style tertentu yang tidak biasa?

Perlukah diubah? Ataukah sudah sesuai standar penerbit/media/PH?

  1. Masalah template atau aturan format standar.
    Sudah sesuaikah?

Jumlah halaman?

Model penulisan bisa diterima atau harus diubah total?

  1. Ejaan dan pengetikan
    Hal sepele yang sering diabaikan adalah salah ketik dan salah ejaan. Perhatikan hal ini, kalau terlalu berat serahkan korektor; hanya checking kata demi kata.

Penyuntingan yang paling berat pada tataran isi dan struktur. Karena ini melibatkan kemampuan, wawasan, kejelian melihat potensi pasar, kekuatan naskah, pengalaman pribadi yang turut jadi pertimbangan, dll sehingga naskah menjadi paripurna dan meraih potensi bestseller nya.

Penyuntingan materi, biasanya dilakukan oleh ahli di bidang yang bersangkutan, baru kemudian diserahkan pada editor profesional.

Artinya naskah tersebut secara konten sudah divalidasi tidak menyesatkan. Tugas editorlah yang kemudian menyempurnakan naskah sesuai standar masing masing kepentingan atau institusi.

Jadi sebenarnya, kalau kita menulis dan mengedit sendiri; itu melakukan banyak sekali pekerjaan “orang”. Dan ini tidak mudah. Tapi belajar memang selalu butuh investasi; waktu, uang, sarpras dan niat.

Bagaimanapun, naskah awal yang bagus lebih berpotensi diterbitkan daripada naskah awal yang masih acak acakan.

Semoga membantu ya 😀🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tentang Judul Tulisan

Prinsip Prinsip Penyuntingan Naskah. Pesan buku wa.me/6281380001149

Apa siy judul itu? Seberapa pentingnya judul untuk tulisan kita? Mari kita cek-cek.

  1. Judul adalah identitas/nama untuk buku/jurnal/cerpen/novel/artikel/film/sinetron, dll. yang menjadi ruh dari keseluruhan karya.
  2. Tidak pernah ada patokan baku dalam membuat judul, bebas. Mau pendek, mau panjang, terserah penulisnya. Asal mudah diingat dan mewakili gambaran isinya. Tapi ada juga yang senang dengan judul-judul yang menipu, artinya judul tidak mewakili isinya. Kalau saya pribadi, tidak memakai judul yang begini.
  3. Judul-judul dengan konsep bagaimana, biasanya menarik: Cara Jitu Mengatasi Jerawat.
  4. Judul dengan kata-kata gampang atau yang bersinonim biasanya disenangi orang: Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
  5. Judul yang memuat kata-kata cerdas dan rahasia biasanya disenangi: Cerdas Memilih Rumah Sakit.
  6. Judul dengan kata cinta dan yang setipe (love, asmara, dll) umumnya bestseller: Tahajud Cinta.
  7. Judul dengan ikon-ikon yang unik sering jadi pusat perhatian: Kingkong Jatuh Cinta, Hot Chocolate
  8. Judul yang kontroversial biasanya mengundang perhatian. Namun kalau sampai isinya tidak kontroversial, orang tetap tidak mau membaca. Hati-hati dengan judul kontroversial karena bisa memicu masalah.
  9. Nilai positif. Bagi saya pribadi ini sangat penting. Segala sesuatu yang baik dan positif lebih disenangi daripada sesuatu yang buruk dan negatif. Kalau pun ada judul-judul yang sedih dan negatif, itu terserah saja. Tapi secara prinsip orang lebih senang yang baik dan positif. Bahkan, kisah sangat sedih sekalipun biasanya tetap diberi judul yang baik dan positif.
  10. Judul dengan nama orang/nama tokoh sangat boleh. Pastikan nama itu benar-benar unik dan memiliki sesuatu yang layak dijual.
    Setiap penulis bebas memilih dan menentukan judul. Yang pasti judul adalah hal yang pertama kali dilihat orang. Jadi harus membuat rasa penasaran, eyecatching, unik, tapi familiar. Nah, selamat memikirkan judul-judul naskah anda 🙂

Happy writing, Be a Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
Jadi Penulis Produktif? Gampang Kok!
Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!

Please follow and like us:

Prinsip-prinsip Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Herbal Kalimantan. Pesan buku bertandatangan wa.me/6281380001149.

Dalam penulisan, modal utamanya adalah kata-kata yang membentuk kalimat. Kalimat-kalimat itulah yang membentuk satu kesatuan dalam paragraf. Dari paragraf itulah yang terus membentuk rangkaian panjang dalam bab-bab. Dari bab-bab ini akan membentuk naskah yang utuh.

Prinsip-prinsip seperti apa yang harus kita terapkan dalam membuat kalimat? Berikut ini adalah beberapa hal yang harus kita jaga:

  1. Kalimat sebaiknya pendek-pendek. Semakin pendek semakin baik. Hal ini berlaku untuk tulisan fiksi maupun nonfiksi. Kalimat yang panjang-panjang akan melelahkan dan tidak fokus. Sebagian penulis menyukai kalimat panjang. Tidak apa apa. Hanya pastikan fokus kalimat sudah tertera dengan jelas.
  2. Gunakan prinsip dasar untuk kalimat lengkap S-P-O-K, Subjek-Predikat-Objek-Keterangan; contoh: Saya (Subjek) menulis (Predikat) naskah cerita (Objek) setiap pagi (Keterangan).
  3. Kalimat inti sebenarnya hanya terdiri dari dua kata yang menduduki fungsi subjek dan predikat, contoh: Saya (Subjek) makan (Predikat). Kadang-kadang dilesapkan dalam kalimat hanya berupa predikat, terutama dalam kalimat dialog.

Contoh:
“Apa yang sedang kamu kerjakan?”
“Menulis.”

Kata “Menulis.” sebenarnya merupakan kalimat yang utuh, karena kalau dipanjangkan akan menjadi “Saya sedang menulis.” Tapi karena setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia punya keefektifan, maka otomatis akan menjadi “Menulis.” demi memenuhi prinsip efektivitas.

  1. Dalam penggunaan kata-kata kiasan, yang tidak sebenarnya, sebaiknya melihat pula panjang pendeknya.
    Contoh: Langit biru cerah seolah menggambarkan cerianya hati Bintang.
  2. Meskipun kalimat-kalimat dalam naskah adalah “bahasa tulis” jangan takut-takut membawa “bahasa lisan” dalam tulisan anda. Dengan demikian, bahasa kalimat yang anda gunakan adalah bahasa yang praktis.

Perhatikan contoh berikut:

(A) Saya mau pergi ke pasar, membeli bahan-bahan masakan untuk acara perayaaan ulang tahun pernikahan ayah dan ibu yang ke 50 tahun. Ternyata ada banyak sekali bahan yang harus saya beli, yaitu beras, bahan kue, bumbu-bumbu, daun, sayur-mayur, daging, rempah-rempah, dan masih banyak lagi yang harus disiapkan.

(B) Saya mau pergi ke pasar. Di sana saya akan membeli bahan-bahan masakan. Ini belanja besar untuk perayaan ulang tahun pernikahan ayah dan ibu yang ke-50. Ada banyak bahan masakan yang harus saya beli. Bahan-bahan itu adalah beras, bahan kue, bumbu-bumbu, daun, sayur mayur, daging, rempah-rempah, dan masih banyak lagi. Semuanya harus segera disiapkan.

Coba rasakan kalimat (A) dan (B), pasti anda bisa membedakan rasanya 🙂

Semoga membantu dalam merangkai kalimat yang baik, benar, efektif dan efisien 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Menulis Naskah Nonfiksi

Batik Nusantara. Contoh buku nonfiksi. Pesan buku cetak wa.me/6281380001149.

Bagi sebagian orang menulis naskah nonfiksi dianggap lebih mudah karena data dan fakta telah tersedia. Selain itu, tidak perlu menggunakan banyak imajinasi untuk menulis. Benar mungkin, tapi tidak sepenuhnya benar.

Dalam menulis apapun, imajinasi tetap penting. Data dan fakta juga harus benar. Terlebih untuk nonfiksi. Buku harus benar, tidak boleh menyesatkan pembacanya.

Berikut langkah-langkah penulisan naskah nonfiksi.

  1. Tetapkan topik yang akan ditulis. Jelas, penting, spesifik. Makin spesifik makin baik karena akan membuat tulisan kita fokus dan mendalam.
  2. Carilah sumber informasi; referensi, browsing, dokumen sejarah, studi lapangan, kuesioner, wawancara, uji lab, hasil penelitian, dll.
  3. “Baca” sumber informasi dan buat catatan serinci mungkin. Kadang-kadang hal yang kita anggap kecil sebenarnya besar dan penting bagi keseluruhan naskah.
  4. Atur ide-ide penulisan secara sistematis. Gunakan sistem pembuka, inti, kesimpulan atau penutup. Paragraf pendek-pendek. Contoh-contoh spesifik. Gambar pendukung. Data yang terbaru.
  5. Tulis draft pertama secara cepat; yang penting selesai dulu. Tidak perlu mengedit saat menulis.
  6. Buat catatan kaki atau catatan akhir untuk sumber dokumen; dan jangan lupakan daftar referensi.
  7. Biodata yang praktis sesuai jenis naskah nonfiksi yang ditulis. Singkat, padat, komprehensif. Lebih kurang setengah halaman.
  8. Revisi draft pertama setelah kita mengendapkan beberapa waktu. Revisi sangat penting karena inilah “penyempurnaan” naskah kita. Kalau malas, anda bisa minta bantuan editor.
  9. Verifikasi dari ahli. Cari ahli kompeten untuk keabsahan naskah kita. Salah satu tantangan penulisan nonfiksi adalah verifikasi dari ahli; bila kita bukan orang yang ahli sesuai dengan jenis tulisan yang dibuat. Bukan tidak mungkin, untuk sesi ini, naskah kita akan dibongkar habis oleh ahlinya dan terpaksa menulis ulang. Siap-siaplah.
  10. Naskah nonfiksi sudah siap kita tawarkan atau kirimkanke penerbit. Siapkan copy file, print, proposal naskah, sponsor (bila ada). Carilah pihak ketiga yang cocok untuk mempublish karya kita.

Pada prinsipnya menulis jenis apapun, selalu ada tantangan dan kesulitan masing-masing. Tugas kita menaklukkan tantangan dan kesulitan tersebut agar naskah bisa selesai. Selamat mencoba 😀🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kompromi dengan Peluang Penulisan

Cover buku Tahajud Cinta. Pesan buku bisa ke gramedia.com atau amazon.com.

Saya memulai karir menulis dari cerita
anak, cerpen, cerbung di media, dan
mulai menulis novel secara mapan. Lalu bekerja menetap sebagai editor buku dan terakhir yang paling lama sebagai script
editor sinetron dan film.

Saya merasa jiwa penulisan saya ya di
materi fiksi, dan bersikukuh itulah yang
saya bisa. Namun dalam perjalanan industri penulisan, ada masa-masanya pasar fiksi begitu jenuh. Buku fiksi model apapun jeblok di pasaran, bahkan untuk mereka yang sudah punya nama besar.

Saat itu, salah satu penerbit menawarkan
saya, menulis nonfiksi. Apa itu nonfiksi….
Saya tidak tahu dan tidak berminat. Hei,
tapi begitu mendapatkan penjelasannya….
take it easy. Tidak ada salahnya mencoba,
toh ada editor yang bisa saya tanya apa dan
bagaimananya.

Saya pun tidak kepedean. Saat tawaran ini datang, saya sudah di Jakarta. Ada banyak penulis yang saya kenali. Saya pun “berguru” dengan serius untuk menulis buku nonfiksi selama berbulan bulan; mungkin setahunan. Sebelum akhirnya saya mencoba mengadu untung dengan menulis nonfiksi dan menyerahkan naskah saya ke penerbit.

Mana bisa saya prediksi kalau nonfiksi pertama saya “Tahajud Cinta” jadi istimewa dan laris manis…. dan setelah itu, saya lupa menghitung bagaimana buku-buku nonfiksi saya menjadi cukup banyak. Tenang saja, belum 1001 judul. Versi saya ya belum banyak 😃

Lalu, saya belajar dengan cepat. Bahwa dalam penulisan apapun, kadang kita harus berhitung dan kompromi dengan kesempatan dan peluang yang ada. Bisa jadi, siswa-siswa kelas yang ngotot betul “hanya mau menulis ini” sesuai bidangnya, padahal bidang itu jelas tidak dicari, perlu berpikir untuk kompromi dengan peluang.

Mungkin dengan menulis “pesanan” itu bisa jadi “batu loncatan” untuk menulis apa yang diinginkannya. Bagaimanapun, anda harus
tahu dan sadar: media, penerbit, PH, jauh lebih senang “menerima” tulisan dari penulis yang sudah eksis dibandingkan penulis yang belum dikenal, betapapun “sangat baiknya” tulisan anda.

Jadi, jangan alergi pada kesempatan. Ingat, berlian tidak ditemukan di permukaan 😃
Anda harus menggali sangat dalam untuk
bisa memperolehnya.


Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: