Tips Menulis Novel

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Sebenarnya menulis novel itu menceritakan kisah yang kita ketahui dalam tulisan. Ada berapa banyak kisah yang kita ketahui, maka sebanyak itulah pula novel yang bisa kita tulis. Nah, caranya biar menulis novel itu gampang, bagaimana? Berikut ini tips triknya…

Mengerti apa yang dimaksud novel
Novel itu apa? Tulisan dengan materi fiksi atau sesuatu yang difiksikan (berdasarkan kisah nyata) yang terdiri dari 100-150 halaman. Bisa lebih menurut aturan masing-masing penerbit dan media.

Mengerti cara menulis novel
Bagaimana cara menulis novel? Novel terdiri dari deskripsi dan dialog yang disusun per paragraf-paragraf, per bab-bab hingga jadi satu kesatuan cerita yang utuh.

Caranya menulis dimulai dari IDE yang menarik. SINOPSIS yang rinci untuk MENGEMBANGKAN IDE dan menggambarkan KARAKTER TOKOH. Ikuti sinopsis untuk bisa membuat ALUR CERITA. Alur diolah menjadi ADEGAN-ADEGAN. Ikuti saja semuanya sesuai sinopsis dan selesaikan sampai tamat. PERBAIKI NASKAH sampai rapi dan enak dibaca.

Mengerti ide yang brilian
Ide yang brilian seperti apa? Yang familiar tapi tidak pasaran. Ada banyak novel yang sudah beredar dan diterbitkan. Jadi penulis mesti cerdas membidik sesuatu yang brilian, familiar tapi tidak pasaran. Tema apa saja boleh asal brilian. Tema cinta, tema religi, tema ilmu pengetahuan, dll. tapi pastikan dibidik dari sisi atau sudut pandang yang berbeda.

Mengerti unsur-unsur cerita yang istimewa
Apa unsur-unsur cerita yang istimewa? Sesuatu yang hanya ada di dalam novel yang kita tulis. Boleh settingnya, boleh karakternya, boleh dialognya, boleh deskripsinya, boleh kisahnya, dll. Apapun yang ada di dalam novel yang istimewa yang tidak dimiliki novel lain.

Mengerti pembagian cerita
Novel adalah satu kesatuan yang sebenarnya terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Sering disebut opening, inti, dan ending. Mainkan perasaan untuk membaginya. Porsikan bagian inti 50 persen, bagian opening dan ending masing-masing 25 persen. Pikirkan benar-benar bagaimana membagi hal ini.

Opening yang kelamaan juga bikin bosan. Ending yang terlalu cepat juga membuat jengkel karena terasa tiba-tiba. Biasakan membuat platform yang jelas, bab mana yang menjadi opening, inti, dan ending. Catatlah yang kita pikirkan, jangan diangan-angankan, karena pasti besok sudah lupa.

Tips Penting:

  1. Setia pada sinopsis. Jangan melakukan perombakan besar saat menulis.
  2. Jangan gampang menyerah saat menulis. Kalau bosan, tinggalkan. Kalau sudah fresh, kembali dan teruskan menulis.
  3. Jangan mengedit saat menulis. Kalau ada salah ketik, biarkan saja. Editing nanti kalau sudah kelar.
  4. Cari waktu dan tempat yang paling nyaman untuk menulis.
  5. Kalau novelnya perlu banyak referensi, pastikan referensi telah tersedia di dekat meja kerja. Kalau perlu post it bagian-bagian yang akan digunakan sebagai referensi.

Menulis novel berapa lama yang normal? 2 bulan untuk 100-150 halaman, dengan target 1-2 halaman sehari; dengan range waktu 30-60 menit per hari.

Bagaimana? Bukankah menulis novel itu gampang? Apa yang membuat ragu-ragu? Pikiran kita sendiri 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

30 Hari 1 Naskah

Ingin produktif menulis dan punya banyak tabungan naskah?
Menulislah dengan sistem 30 hari 1 naskah. Ikuti tata cara berikut.
1. Beranilah menulis. Mulailah menuliskan konsep yang akan ditulis dengan detail, baik judul, sinopsis, karakter, konfliks, setting, alur, sudut pandang, ending, dll yang dirasa perlu.
2. Pikirkan IDE yang KECIL, SEDERHANA, tetapi anda SUKAI dan anda KUASAI.
Kebanyakan kesalahan penulis adalah berusaha memikirkan ide yang besar agar tampak hebat, tapi banyak bolongnya karena materi tidak dikuasai.
3. Luangkan waktu khusus setiap hari sesuai kemampuan. Misal naskah 300 halaman dan 1 jam bisa menulis 5 lembar, maka anda perlu 2 jam setiap hari.
Makin sedikit jumlah halaman yang anda hasilkan per jam, makin lama waktu yang dibutuhkan. Sesuaikan dengan kemampuan.
4. Mulailah menulis, berhentilah mengangankan atau membicarakan naskah yang akan anda tulis.
5. Mulailah dari hal yang paling anda anggap penting. Dalam penulisan, tidak ada aturan baku dalam penulisan, yang penting tulisan BAGUS dan MENARIK.
Buku Manajemen Penulisan Kreatif
6. Jadilah DIRI SENDIRI, jangan MENJIPLAK GAYA orang lain. Jadi diri sendiri lebih menarik daripada meniru gaya orang lain.
7. SELESAIKAN sesuai TARGET dan kemudian ENDAPKAN.
8. Setelah diendapkan, lakukan EDITING PRIBADI, cek segala hal yang perlu diperbaiki baik dari judul, isi, ejaan, kelogisan, dll.
9. Lengkapi materi yang sudah siap dan ‘sempurna’ dengan BIODATA PENULIS.
Biodata tak usah panjang-panjang, cukup nama, email, prestasi penulisan, dan contact HP bila dirasa perlu.
10. KEMAS NASKAH, berdoa, dan siaplah untuk MENAWARKAN NASKAH.
Kalau sudah beres, mulailah menulis lagi dengan cara yang sama untuk bulan kedua, dst.
Cukup mudah kan? Ya, hanya butuh komitmen dan konsisten untuk bisa menerapkannya.
.
.
Ari Kinoysan Wulandari

0 Komentar

Please follow and like us:

Fokus Merampungkan Tulisan

Menulis itu memiliki tantangan tersendiri. Terlebih menulis naskah yang panjang. Perlu materi, sarpras, waktu, energi, konsentrasi, dan suka cita yang melimpah. Tanpa dukungan yang prima, menulis panjang bisa jadi hanya impian yang sulit untuk diwujudkan.

Jangankan bagi mereka yang tidak berprofesi sebagai penulis, mereka yang penulis profesional pun (tidak selalu) mudah merampungkan naskah. Godaan, gangguan, dan tantangannya saat proses menulis itu beragam. Apakah deadline tidak bisa membantu? Tenggat waktu sangat mendorong seseorang bekerja cepat, tetapi tidak selalu dalam hal merampungkan penulisan.

Oleh karena itu, kalau sudah memutuskan untuk menulis panjang: misalnya 500 halaman, sudah memiliki gambaran materi, sudah menyiapkan materi secara keseluruhan, deadline sudah ada, sarpras sudah memadai, waktu dan energi prima, lakukan saja. Segera menulis. Tidak perlu berencana nanti, besok, dll.

Tulip Merah

Menulis dengan fokus merampungkan. Tidak usah menoleh-noleh. Tidak usah berpikir ini baik atau buruk, cocok atau tidak, sesuai dengan standar kelayakan tulis atau belum, dll. Berhentilah memikirkan tentang “kualitas” saat menulis draft pertama. Rampungkan secepat mungkin yang anda bisa.

Setiap orang punya waktu sama, 24 jam per hari. Namun kesibukan dan problematika kehidupannya berbeda. Anda wajib tahu, berapa alokasi waktu yang anda sediakan untuk menulis setiap hari demi tujuan anda. Kalau sudah ketemu besaran waktu dan saatnya, tetaplah menulis di jam yang sama. Ini biar naskah anda segera rampung.

Singkirkan semua gangguan yang mungkin terjadi pada saat anda menulis. Baik itu sosmed, telepon, keriuhan, anak-anak, cucu cicit, keributan tetangga, suara berisik pembangunan komplek, dll. Anda yang tahu, anda yang bisa mengatasinya.

Bila naskah sudah rampung, rasa lega akan memenuhi hati dan jiwa anda. Tidak peduli kualitasnya masih jauh dari harapan, tapi naskah itu sudah selesai. Anda bisa mulai memperbaiki, membenahi, menambah mengurangi, mengecek kesalahan-kesalahan, dll yang anda rasa harus diperbaiki.

Di sinilah objektivitas anda diuji. Anda harus bersedia mengatakan oh, bagian ini kurang dalam; bagian itu kelebihan; ini karakternya kok tahu-tahu hilang; ini dialognya kok kepanjangan; dst. Kalau hati anda terbuka; saya yakin anda bisa memperbaiki naskah semaksimal mungkin.

Kalau tidak bisa objektif dan merasa tulisan sudah terbaik, bagaimana? Cari aja editor freelance untuk memeriksa dan memberikan masukan. Yach, ini berbayar siy. Tapi saya yakin, menggunakan jasa editor justru bisa menambahkan masukan dan perbaikan yang lebih banyak daripada kita sekedar membaca secara mandiri.

Bagi anda yang memerlukan jasa editor freelance yang baik dan terpercaya dengan harga terjangkau, bisa wa.me/6281380001149. Saya akan menghubungkan anda dengan para editor freelance yang kerjanya cepat, praktis, dengan hasil sangat prima.

Tulip Ungu

Atau kalau anda tidak mau membayar editor, sekurangnya carilah first reader yang anda percayai pendapat dan masukannya. Minta mereka membedah karya anda untuk diperbaiki. Tentu ini tergantung dari masing-masing penulisnya ya. Ada penulis yang merasa cukup dengan editing pribadi atau self editing. Namun ada yang merasa perlu ada pihak lain yang membantu, selain pertimbangan objektivitas ya karena ada dana yang tersedia.

Lalu bagaimana kalau sudah mendapatkan masukan? Putusan revisi atau perbaikan ada di tangan anda. Mau anda revisi atau tidak, itu hak anda. Tapi kalau dari awal anda sudah meniatkan cari masukan, yo diperbaiki to. Percayalah, pembacaan orang lain sering lebih baik daripada penilaian versi kita. Santai santai saja. Memperbaiki memang perlu waktu yang sering lebih lama daripada proses menulisnya. Kalau ini menjadikan buku bestseller dan bisa merambah ke mana-mana, ya kenapa tidak.

Kalau sudah beres, selesailah sudah naskah anda. Sekurangnya anda punya satu naskah yang oke. Siap diperjualbelikan. Siap diperdagangkan. Entah itu mau anda publish ke media, penerbit, atau versi lain sesuai keperluan. Anda sudah bisa tenang. Kalaupun ada program publish harian, anda sudah punya naskahnya dan tidak perlu ngos-ngosan setiap hari.

Salam kreatif,

#happywriter #happylife #tipsfiksi #tipsproduktif #arikinoysantips

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Workshop Bikin Cerpen Keren

Mengawali tahun 2022, saya memberikan kelas online Bikin Cerpen Keren Berdasar Kisah Nyata. Kelas ini berbayar 77ribu. Selain materi dan diskusi via WAG, siswa juga mendapatkan tugas menulis cerpen yang akan direview.

Monggo yang mau ikut kelas online bikin cerpen keren 😊 Berdasar kisah nyata. Plus bonus review cerpen ya. 😊
.
Please follow and like us:

Penilaian Naskah di Penerbit


Setiap hari ratusan, mungkin bisa ribuan naskah baru yang diterima oleh penerbit. Semakin besar penerbit, biasanya naskah yang diterima semakin banyak dan semakin lama pula proses penentuan atau penilaian.

Apa saja siy sebenarnya yang dinilai oleh penerbit berkaitan dengan naskah yang kita kirimkan? Uraian berikut kiranya dapat membantu.

Tim Redaksi
Pada umumnya, tim redaksi di penerbit melakukan penilaian dengan melihat hal-hal berikut.

1. Konsep yang diajukan; apakah sesuai dengan visi misi penerbitan atau tidak. Misalnya penerbit konsepnya buku-buku rohani, anda mengirim buku masakan, jelas ditolak.

2. Sistematika penyajian; harus sesuai dengan konsep yang disampaikan.

3. Bahasa; yang baik, benar, taat azas, sesuai dengan keperluan.

4. Pembahasan; apakah mendalam, cukup, atau hanya menempel di permukaan.

5. Kebaruan dan trend masalah. Ini sangat penting. Masalah kebaruan ini tidak mesti segala hal yang baru, tetapi bisa saja hal lama tetapi masih diperlukan oleh pembaca dan target market.

6. Format penulisan; apakah formatnya biasa, luar biasa, sangat menarik, dll.

7. Pesaing; adakah buku sejenis yang sudah beredar di pasaran.

8. Editorial; apakah tulisannya rapi, atau banyak sekali kesalahan-kesalahan pengetikan, ejaan, plagiat atau tidak, dll yang bersifat teknis tulisan.

9. Nama penulis; walaupun tidak ada aturan penulis lama dan penulis baru, senior dan yunior, tapi biasanya redaksi akan mendahulukan mereka yang sudah punya nama atau sudah biasa berurusan dengan redaksi.

10. Sistem kerja sama; ada beberapa penerbitan yang mulai mendahulukan penulis-penulis yang mau membiayai percetakan bukunya sendiri. Jadi, kalau anda mengikuti sistem penerbitan konvensional, sabarlah.

Panduan Penulisan Fiksi


Tim Produksi
Jangan berpikir, naskah diterbitkan di penerbit hanya urusan redaksi. Semua tim terlibat. Termasuk tim produksi.

Tim ini biasanya melakukan penilaian dengan melihat hal-hal berikut.

1. Mudah dan bisa diproduksi dalam waktu cepat.

2. Biaya produksi terjangkau, sesuai standar penerbit.

3. Bisa dijual dengan harga bersaing.

4. Kemasan bisa cantik dan eye catching dengan budget standar.

Tim Pemasaran dan Promosi
Di beberapa penerbitan, tim pemasaran dan promosi kadang digabungkan jadi satu, tetapi ada juga yang memisahkan.

Biasanya tim ini yang “paling bawel” dan “paling ribet” soal naskah yang mau diterbitkan. Karena mereka yang berada di depan, ujung tombak penerbitan, yang setiap bulannya dikenai target penjualan, sehingga sering dianggap tim yang paling “sulit” untuk menerima naskah. Meskipun sebenarnya urusan “sulit” tersebut sangat relatif dan kembali lagi pada naskah yang kita tulis serta kita kirim ke penerbit.

Biasanya, tim ini melakukan penilaian pada:
1. Naskah tersebut layak jual.

2. Ketiadaan pesaing.

3. Formatnya harus berbeda dengan buku yang sudah ada, bila ada pesaing.

4. Harganya bersaing.

5. Penulisnya “bermutu”.

Buku Panduan Penulisan


Nilai Plus untuk Penilaian Naskah
Point atau nilai plus yang bisa ditambahkan agar naskah cepat diterima dan diterbitkan:

1. Naskah yang diperlukan masyarakat luas.

2. Anda sebagai penulis menjamin naskah tersebut dipesan atau dibeli dalam jumlah besar.

3. Ada sponsorship atau kerja sama biaya cetaknya.

4. Sedang trend.

Nah, semoga ini membantu. Jadi penulis jangan bawel. Kalem-kalem saja, sabar, dan tidak usah terlalu ribut dengan naskah anda.

Sepanjang pengelolanya jelas, penerbitnya masih ada dan bisa dikontak, saya tidak pernah ambil pusing berapa lama naskah saya antri di penerbit. Karena toh pada akhirnya akan mendapat kabar juga, baik diterima atau ditolak.

Daripada ribut menunggu proses penilaian yang ngujubileh panjangnya itu, bukankah lebih baik kita menulis lagi.

Merancang buku baru, mungkin untuk penerbit lain. Kita tidak jengkel, dan justru produktif. Tahu-tahu buku kita banyak saja yang beredar 😊

*Jadi Penulis Fiksi
*Jadi Penulis Nonfiksi
*Jadi Penulis Skenario
*Jadi Penulis Produktif
#BukuPanduanPenulisan
.
.
Ari Kinoysan Wulandari

 

Please follow and like us:

Menulis Novel Itu Gampang

 Sebenarnya menulis novel itu menceritakan kisah yang kita ketahui dalam tulisan. Ada berapa banyak kisah yang kita ketahui, maka sebanyak itulah pula novel yang bisa kita tulis. Nah, caranya biar menulis novel itu gampang, bagaimana? Berikut ini tips triknya…
1. Mengerti apa yang dimaksud novel Novel itu apa? Tulisan dengan materi fiksi atau sesuatu yang difiksikan (berdasarkan kisah nyata) yang terdiri dari 100-150 halaman. Bisa lebih menurut aturan masing-masing penerbit dan media.
2. Mengerti cara menulis novel Bagaimana cara menulis novel? Novel terdiri dari deskripsi dan dialog yang disusun per paragraf-paragraf, per bab-bab hingga jadi satu kesatuan cerita yang utuh. Caranya menulis dimulai dari IDE yang menarik. SINOPSIS yang rinci untuk MENGEMBANGKAN IDE dan menggambarkan KARAKTER TOKOH. Ikuti sinopsis untuk bisa membuat ALUR CERITA. Alur diolah menjadi ADEGAN-ADEGAN. Ikuti saja semuanya sesuai sinopsis dan selesaikan sampai tamat. PERBAIKI NASKAH sampai rapi dan enak dibaca.

Unforgettable Tokyo

3. Mengerti ide yang brilian Ide yang brilian seperti apa? Yang familiar tapi tidak pasaran. Ada banyak novel yang sudah beredar dan diterbitkan. Jadi penulis mesti cerdas membidik sesuatu yang brilian, familiar tapi tidak pasaran. Tema apa saja boleh asal brilian. Tema cinta, tema religi, tema ilmu pengetahuan, dll. tapi pastikan dibidik dari sisi atau sudut pandang yang berbeda.
4. Mengerti unsur-unsur cerita yang istimewa Apa unsur-unsur cerita yang istimewa? Sesuatu yang hanya ada di dalam novel yang kita tulis. Boleh settingnya, boleh karakternya, boleh dialognya, boleh deskripsinya, boleh kisahnya, dll. Apapun yang ada di dalam novel yang istimewa yang tidak dimiliki novel lain.
5. Mengerti pembagian cerita Novel adalah satu kesatuan yang sebenarnya terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup. Sering disebut opening, inti, dan ending. Mainkan perasaan untuk membaginya. Porsikan bagian inti 50 persen, bagian opening dan ending masing-masing 25 persen. Pikirkan benar-benar bagaimana membagi hal ini. Opening yang kelamaan juga bikin bosan. Ending yang terlalu cepat juga membuat jengkel karena terasa tiba-tiba. Biasakan membuat platform yang jelas, bab mana yang menjadi opening, inti, dan ending. Catatlah yang kita pikirkan, jangan diangan-angankan, karena pasti besok sudah lupa.

Supermarket Supercinta

Tips Penting:
1. Setia pada sinopsis. Jangan melakukan perombakan besar saat menulis.
2. Jangan gampang menyerah saat menulis. Kalau bosan, tinggalkan. Kalau sudah fresh, kembali dan teruskan menulis.
3. Jangan mengedit saat menulis. Kalau ada salah ketik, biarkan saja. Editing nanti kalau sudah kelar.
4. Cari waktu dan tempat yang paling nyaman untuk menulis.
5. Kalau novelnya perlu banyak referensi, pastikan referensi telah tersedia di dekat meja kerja. Kalau perlu post it bagian-bagian yang akan digunakan sebagai referensi.
Menulis novel berapa lama yang normal? 2 bulan untuk 100-150 halaman, dengan target 1-2 halaman sehari; dengan range waktu 30-60 menit per hari.
Bagaimana? Bukankah menulis novel itu gampang? Apa yang membuat ragu-ragu? Pikiran kita sendiri 🙂
Ari Kinoysan Wulandari

 

Please follow and like us:

Setting dalam Novel

Setting Laut

Setting sering disebut pula dengan latar belakang cerita; segala hal yang menjadi latar belakang cerita dari awal sampai akhir, itulah yang dimaksud setting.

Pada umumnya setting terdiri dari:

1. Waktu : kapan peristiwa terjadi, bisa masa lalu, masa sekarang atau (prediksi) masa depan.

2. Tempat : di mana peristiwa dalam cerita terjadi, misalnya di sekolah, di kantor, dll.

3. Budaya: adat dan budaya apakah yang digunakan, misalnya budaya Jawa, budaya Betawi, dll.

4. Suasana: suasana atau situasi dan kondisi seperti apa yang melingkupi cerita dalam novel tersebut; apakah semangat, sedih, gembira, bahagia, dll.

5. Latar belakang dan kepribadian karakter; apakah karakter di dalam cerita ini orang yang penyendiri, pendengar yang baik, ramah, mudah bergaul, baik hati, dll.

Jadi Penulis Fiksi

http://andipublisher.com/produk-1004003351-jadi-penulis-fiksi–gampang-kok-.html

Untuk memudahkan penulisan, di awal-awal bila menulis novel, ambillah setting yang paling kita kenali dan kita kuasai dengan baik. Dengan demikian, kita tidak perlu membuang waktu untuk melakukan penelitian atau riset. Setting yang kita kenal baik, pasti akan memudahkan kita dalam membuat deskripsinya.

Misalnya, kalau kita tinggal di Jakarta setiap hari sibuk dan mengetahui hiruk pikuk kota Jakarta, tentu sangat mudah bagi kita untuk menuliskannya. Sebaliknya, kalau kita menuliskan setting kota London, sementara kita belum pernah tinggal di sana, tentu butuh waktu banyak untuk melakukan riset atau wawancara dengan orang-orang yang tinggal di London.

Jadi, pilihlah setting yang paling kita kenal untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan kita dalam menulis novel.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: