Hal-hal yang Bikin Editor Sebel Sama Naskah (Kamu)

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Editor adalah orang kunci yang bikin naskah jadi “lebih baik” dan “lebih menjual”. Nah, biar jalan naskahmu mulus di tangan editor, berikut ini beberapa hal yang harus dihindari. Kalau bisa ditiadakan, biar editor nggak sebel sama naskah kamu dan kadang jadi merembet ke kamu (penulisnya).

  1. Banyak salah ketik. Modal dasar penulis adalah menulis huruf dengan benar. Kalau belum terbiasa menulis, minta orang untuk mengecek masalah salah ketik. Sekurangnya naskah harus bebas dari salah ketik.
  2. EYD yang masih berantakan (baca: penulisan tidak sesuai EYD). Sekarang EYD bisa diakses online dan nggak berbayar. Cek-cek ketentuannya, sehingga naskahmu lebih rapi dan terbaca sesuai EYD.
  3. Penyajian bahasa terlalu kaku. Dalam penulisan mengikuti aturan KBBI, EYD itu sangat baik. Namun kalau terlalu kaku demi mengejar kebakuan, ini juga bukan tulisan yang menyenangkan.
  4. Penyajian naskah bertele-tele dan melantur ke mana-mana, tidak fokus. Pastikan memeriksa bawa dari judul sampai bagian akhir, semuanya merupakan satu kesatuan dengan benang merah yang sama.
  5. Banyak kalimat yang tidak dimengerti apa maksudnya. Biasanya ini karena penulis berusaha membuat kalimat kalimat puitis, tapi kurang tepat pilihan kosakata dan penempatannya.
  6. Banyak kosakata jorki (baca: sadisme, pornografi, makian/umpatan, pertentangan SARA). Untuk kosakata yang harus sangat ekstrim wajib ada, cobalah memilih kosakata yang lebih ringan tanpa kehilangan maknanya. Beberapa penerbit langsung membuang naskah yang kosakatanya jorki, sadis, atau makian yang dianggap terlalu kasar.
  7. Tidak sesuai dengan orientasi penerbit. Kamu punya naskah fiksi, tapi kirim ke penerbit yang cuman bikin buku kesehatan. Ya jelas ditolak langsung. Jadi sebelum kirim naskah, cek-cek dan periksa orientasi penerbit atau medianya.
  8. Naskah tidak lengkap (tidak ada pengantar, daftar isi, sinopsis/intisari, proposal, dan biodata penulis). Daripada sulit-sulit, biasanya editor langsung meninggalkan naskah yang begini. Jadi pastikan naskahmu komplit ya, terutama kalau kamu baru berurusan dengan penerbit tersebut.
  9. Penulis tidak mau revisi. Kalau ketemu penulis yang begini, besoknya editor jadi males berurusan dengan penulisnya. Kalau memang sudah disepakati untuk perbaikan, lakukan saja dan jangan mangkir-mangkir.
  10. Penulis sulit dihubungi. Waah, hari gini kalau ada penulis yang sulit dihubungi, ya wislah, ditinggalkan saja. Jadi, pastikan memberi nomor contact yang online 24 jam…. apalagi kalau kasih contact ke produser…. itu jenis orang-orang ajaib, yang suka seenaknya mencari penulis. Nggak peduli jam dua pagi, kalau dirasa harus dibicarakan, pasti ditelpon. Hihi…. penulis memang hidupnya penuh keajaiban 😀

Editor juga sama manusiawinya dengan kita. Ada banyak capeknya, ada banyak deadline dan kerjaannya. Be nice-lah. Jangan mengejar-ngejar mereka tak kenal waktu. Kalau baru kasih naskah hari ini, ya jangan besok ditanyakan. Bulan depan mungkin, biar sekalian ingat.

Percaya deh, kalau naskah kamu bagus bingit nggak sampai seminggu kamu pasti sudah dapat kabar gembira. Apalagi kalau produser, bisa dua jam berikutnya sudah dapat kabar. Tapi kalau nggak, ya yang sabar dikit…. karena nggak cocok itu, bukan berarti naskah kamu selalu nggak bagus. Bisa jadi karena nggak cocok saja.

Happy Writing, Be A Good Writer ❤️

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tabungan Emas di Pegadaian

Buku rekening tabungan emas di pegadaian. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


“Mbak Ari, di mana kita beli emas kl uang sedikit? LM kecil juga mahal. Saya bisa nyisihin uang sebulan 100 s/d 200 rb. Masih jauh dari harga LM yang paling ringan.”
.
LM yang banyak dijual bebas di pasaran mulai dari 0,5 gram dengan rate harga 650rb, 1 gram 1,2 juta untuk harga normal tahun 2024 ini. Tiap hari harganya bisa naik turun lagi. Relatif fluktuatif.
.
Ternyata belum semua orang tahu tabungan emas pegadaian. Kalau buka tabungan ini, akan gampang beli emas. Setoran terendah hanya 10 rb IDR dan langsung dikonversi dengan emas.
.
Tiap bulan kena biaya 7rb an. Dulu siy dari 2014 sampai entah kapan gratis, saya lupa. Daftarnya juga gampang. Tinggal ke pegadaian terdekat bawa materai 10 rb, copy KTP dan uang setoran pertama.
.
Akan kena charge kl cetak emas karena yang diperjualbelikan harga dasar emas. Cetak bisa dari 1,5,10,25,50,100,250,500,1000 gram dst. Kl LM di pasaran tersedia dari 0.5,1,2,3, 4,5,10, 25,50,100,250,500,1000 gram. Saya gemas belum pernah punya yang 1000 gram😅 Siapa tahu pas undian tabungan emas pegadaian saya dapat yang 1000 gram😍😇
.
Buat teman teman yang tidak sepakat dan berpikir model tabungan emas ini riba, begini begitu, sumonggo. Harap tidak berdebat di web pribadi saya. Anda bisa juga mengambil cara mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dan membeli emas, saat uang mencukupi untuk membeli LM cetak terendah.
.
Dulu saya juga begitu sebelum mengenal tabungan emas pegadaian. Seringnya sudah merencanakan untuk beli LM 10 gram pas uangnya sudah cukup; halah uangnya malah kecomot-comot untuk aneka kepentingan yang urgent-urgent amat 😅 Jadi lama ngumpulin buat beli 10 gram aja.
.
Makanya pas ada program ini, saya ikut. Nabungnya bisa dari mana aja via online semudah ngisi gopay. Aman dan duit tabungan tidak ke sana sini lagi😅🙈
.
Emas bebas inflasi. Nabung emas juga serasa bawa cash. Kl saya siy, sudah buat sekolah, piknik jauh, beli rumah, beli barang yang rada mahal, buat kondisi darurat, ngumrohin ibu dan saudara, bantu orang, dll.
.
Kadang kalau saya pas butuh uang banyak tapi dalam waktu dekat bisa dapat duit, saya gadaikan. Kalau belum tahu ada jaminan untuk membayarmya, ya saya jual saja. Ntar ada uang beli lagi. Simpel aja mikirnya.
.
Kuncinya disiplin. Mo emas murah atau mahal, kalau sudah niat nabung emas ya nabung aja. Nggak usah mikir nunggu pas harga emas murah. Sejak saya nabung emas, rasanya nggak pernah turun harga😅
.
Ayo, semangat menabung. Freelancer pun bisa hidup sejahtera dengan manajemen duit yang sesuai dan pilihan tabungan yang pas sesuai kantong 😍🤗
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Ritual Khusus Sebelum Menulis

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Anonim. Unduhan semena-mena dari internet.


“Mbak Ari, apa ada ritual khusus sebelum menulis?”
.
Mo ketawa nggak ketawa saya mendapat pertanyaan ini. Jawaban saya: dengan banyak ritual😀
.

  1. Kudu wes bangun, sadar; karena kalau tidur nggak bisa nulis 😂
    .
  2. Mandi bebersih serapinya, senyamannya, dandan secantiknya seperti orang mau kerja kantoran. Ya ini, semacam penambah semangat.
    .
  3. Makan minum secukupnya biar full energi. Nulis dengan perut kenyang bikin pikiran tenang.
    .
  4. Rapikan meja kerja. Siapkan perangkat menulis; laptop/tab/komputer/minibook, draft kerja, buku-buku referensi, alat tulis catat, rekaman, dll kruncilan yang anda perlukan. Setting semuanya pada posisi siap pake.
    .
  5. Pasang musik kalau anda suka. Kalau nggak, ya nggak usah ikutan.
    .
  6. Siapkan air minum dan cemilan kalau senang. Bagi pengemil tidak disarankan menyediakan “amunisi” berlebihan, karena anda bisa ngemil tok tanpa nulis apapun 😂😅
    .
  7. Berdoa dan mulai bekerja. Cek-cek 30 menitan break 1-2 menit biar rehat mata. Kalau sudah 2 jam an sebaiknya berhenti 10 an menit, sebelum kembali nulis.
    .
    Nah ritual itulah yang bikin saya tetap semangat menulis dan cukup banyak tulisan setiap kali kerja.
    .
    Ritualmu beda? Ya gpp. Tiap penulis punya aturan main berbeda saat mulai kerja 😀👍 Yang penting produktif nulis, sehat, happy, banyak uang, banyak piknik, banyak berbagi 💖🙏
    .

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Membukukan Naskah yang Berupa Potongan-Potongan Kisah

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis naskah panjang itu problem dan tantangan tersendiri. Cara yang mudah adalah membuatnya menjadi bagian-bagian ringan/kecil/pendek yang gampang kita selesaikan. Jadilah banyak orang memiliki banyak sekali tulisan pendek dengan ragaman tema yang bermacam macam dan tidak sinkron. Lalu bisakah kita membukukannya sebagai satu naskah panjang yang layak jadi buku? Jawabannya, oh tentu bisa. Mari kita cek poin-poinnya.

  1. Punya naskah panjang itu tantangan tersendiri. Bikinnya lama dan sering menghabiskan energi. Karenanya ada banyak orang yang lebih senang menulis naskah yang pendek pendek. Semacam tips dan cerita pendek.
  2. Lalu bagaimana kalau naskah kita model begitu? Bukan satu dua siy, tapi banyak sekali dan beragam. Apa bisa dibukukan?
  3. Bisa lah. Yang jelas, satu buku 120-150 hlm standar itu wajib kita penuhi kalau mau bikin buku yang cukup untuk ditenteng dan bisa masuk toko toko buku besar dengan label “buku”.
  4. Langkah pertama yang mesti anda lakukan, sortir dan pilih pilih naskah pendek anda itu keseluruhannya. Mungkin anda punya seratusan naskah pendek, itu akan menyenangkan sekali.
  5. Lalu cari tema yang mayoritas banyak anda tulis; bisa sosial, makanan, resep, perjalanan, dll. Anda bebas menggolongkan tema dan ide pada saat ini ya. Ingat, berdasarkan naskah yang sudah ada. Biar anda tidak perlu bingung lagi mencari cari atau membuat yang baru.
  6. Kalau sudah ada tema yang terpilih, sortir kira kira 10-12 naskah untuk satu tema yang menarik. Anda bisa konsens pada 10-12 naskah pendek itu. Kalau total halamannya sudah 120-150 bagus sekali. Kalau tidak, sekaranglah anda mulai perlu bekerja keras.
  7. Coba buatlah setiap naskah itu menjadi 10-15 hlm, baik itu cerita atau artikel. Atau kalau anda memiliki banyak sekali tetapi kurang dari 10 atau 15 hlm, anda bisa memperbanyak judulnya.
  8. Di sini anda mesti konsisten pada tema tema yang diusung ya. Saya membuat model naskah yang seperti ini kalau tidak cukup energi untuk menulis naskah panjang. Dan menyenangkan juga. Anda bisa lihat di seri cinta, tahajud cinta, istikharah cinta, inspirasi cinta, jodoh cinta, lautan cinta, cahaya cinta, cahaya hidayah. Semuanya kisah pendek pendek. Sekali baca satu judul selesai.
  9. Bagaimanapun, menulis naskah pendek lebih gampang daripada naskah panjang. Anda hanya perlu konsisten dengan tema yang anda usung. Dan ini berlaku untuk semua jenis naskah, fiksi atau nonfiksi.
  10. Kalau tidak menyenangkan untuk menulis naskah pendek yang bisa sekali duduk anda selesaikan, sepertinya anda harus mengecek lagi motivasi anda untuk menulis. Mungkin anda tak serius ingin menulis.

Nah, jadi lebih mudah kan? Jadi menulis pendek-pendek sebenarnya adalah “menabung” untuk naskah panjang. Ya kali 300 apalagi 1000 hlm langsung sim salabim jadi. Itu siy Bandung Bondowoso bikin Candi Prambanan, eh Patung Roro Jonggrang siy….

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Ketahanan Pangan versi Ibu Saya

Telur hasil ayam piaraan ibu di rumah. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Tulisan ini sudah pernah saya share di sosmed pada awal pandemi tahun 2020. Namun ini saya share dan tulis repro di web pribadi agar tidak hilang. Sebagai jawaban praktis untuk keresahan rutin ibu ibu setiap kali jelang Ramadan, Lebaran, Liburan. Semua harga kebutuhan pokok merangkak naik setingginya, sesukanya. Kalau kita terbiasa dengan model ketahanan pangan di rumah (sesempit apapun halaman rumah kita), pasti tidak terlalu terpengaruh dengan kenaikan harga yang suka datang tiba-tiba dan biasanya nggak pernah turun lagi 😆

Lele hasil kolam di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Keberadaan pandemi dengan wabah corona (Maret 2020 sd Juni 2022) telah sedikit banyak mengubah kebiasaan kita. Ada banyak orang yang selama ini tidak “menanam”, tidak “beternak” njur bergerak. Bahkan institusi yang punya banyak lahan; TNI, Polri dll pun bergerak memberdayakan “lahan lahan nganggur” mereka untuk ketahanan pangan. Tentu akan jadi baik kalau tetap berlanjut. Biar kita tidak tergantung impor pangan dan tidak melulu makan beras, eh nasi😀

Kalau saya melihat soal ketahanan pangan dari ibu saya sejak kecil. Rumah yang tak seberapa luas itu; muka dan belakang tetap disisakan tanah kosong. Di depan untuk menanam aneka empon empon, pohon mangga, cabe, tomat, nanas, ketela, dan ada kolam lele 2x5x2 meter. Kapasitas ikan 1000 ekor. Semua orang tetangga kiri kanan sudah kebagian sepanjang waktu. Kl berlebih, ibu akan membawanya ke pasar dan pulang membawa 200rb pun sudah besar dari penjualan empon empon 😀

Tanaman ubi jalar di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Di belakang rumah untuk piara ayam kampung maksimal 25 ekor; tapi sekarang ibu piara 5 ekor saja yang bertelur tiap hari. Kalau tidak ada anak, mantu, cucunya yang pulang dan makan telur itu, dibagikan tetangga kiri kanan. Sebagian dibeli bakul jamu. Biasanya ibu juga piara ayam ayam kecil, nanti kalau ayam besar sudah tidak bertelur akan dijual dan ayam kecil pun tiba masanya bertelur.😀

Sirih dan aneka tanaman obat di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Jadinya ikan, telur, dan daging ayam akan tetap tersedia di rumah kami 😍 Sesekali kami menyembelih ayam itu kalau harga daging ayam tinggi dan kami pingin makan ayam. Mungkin itu sebabnya anak anak ibu saya (termasuk saya) kuat sekolah tinggi; kebutuhan protein untuk mikir tetap tercukupi walaupun sedang tidak punya uang😎

Tanaman jahe dan lengkuas di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Dalam kondisi seperti ini, tentu saya harus mengacungi jempol untuk ibu. Saat terjadi pandemi ya tetap anteng, mengikuti anjuran pemerintah di rumah saja. Pun kalau terjadi lonjakan harga barang kebutuhan pokok, tetap tidak beribetan ikut mengisruh. Tidak ada panic buying dalam konsep ibu saya, tidak ada rasa khawatir tidak ada lauk dan sayur, tidak menimbun sembako. Karena hidup sudah begitu bertahun tahun.

Pohon yodium obat segala luka di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Ada banyak keluarga yang baru mikirin ketahanan pangan dari rumah pas wabah ini atau juga di berbagai kondisi krisis keluarga. Tidak apa apa. Semoga diteruskan karena sistem ketahanan pangan keluarga itu sangat membantu kita semua untuk tetap survive di saat krisis atau kondisi darurat lainnya, seperti harga kebutuhan pokok yang mendadak tinggi.

Tanaman serai untuk bumbu dapur dan obat di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Ada banyak alasan untuk kita tidak menanam atau beternak, terutama karena nggak ada halaman/lahan kosong dan tentu saja tidak ada waktu karena kesibukan kerja. Tapi sebenarnya di era modern ini kita sudah punya banyak cara untuk tetap menanam dan beternak dengan praktis. Sistem hidroponik, menanam dalam pot, beternak dalam wadah tertentu atau ruang terbatas, dll strategi untuk ini sudah banyak. Tinggal kita mau atau tidak.

Pohon mangga di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Kalau kita mau sedikit “repot” dan “ribet” menanam dan beternak, ke depannya kita punya banyak cadangan pangan yang tidak perlu beli. Karena kita sudah punya di rumah kita masing-masing. Tidak mudah, karena ini sangat berkaitan dengan mind set dan etos kerja serta karakter masing masing orang.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kompromi dengan Peluang Penulisan

Cover buku Tahajud Cinta. Pesan buku bisa ke gramedia.com atau amazon.com.

Saya memulai karir menulis dari cerita
anak, cerpen, cerbung di media, dan
mulai menulis novel secara mapan. Lalu bekerja menetap sebagai editor buku dan terakhir yang paling lama sebagai script
editor sinetron dan film.

Saya merasa jiwa penulisan saya ya di
materi fiksi, dan bersikukuh itulah yang
saya bisa. Namun dalam perjalanan industri penulisan, ada masa-masanya pasar fiksi begitu jenuh. Buku fiksi model apapun jeblok di pasaran, bahkan untuk mereka yang sudah punya nama besar.

Saat itu, salah satu penerbit menawarkan
saya, menulis nonfiksi. Apa itu nonfiksi….
Saya tidak tahu dan tidak berminat. Hei,
tapi begitu mendapatkan penjelasannya….
take it easy. Tidak ada salahnya mencoba,
toh ada editor yang bisa saya tanya apa dan
bagaimananya.

Saya pun tidak kepedean. Saat tawaran ini datang, saya sudah di Jakarta. Ada banyak penulis yang saya kenali. Saya pun “berguru” dengan serius untuk menulis buku nonfiksi selama berbulan bulan; mungkin setahunan. Sebelum akhirnya saya mencoba mengadu untung dengan menulis nonfiksi dan menyerahkan naskah saya ke penerbit.

Mana bisa saya prediksi kalau nonfiksi pertama saya “Tahajud Cinta” jadi istimewa dan laris manis…. dan setelah itu, saya lupa menghitung bagaimana buku-buku nonfiksi saya menjadi cukup banyak. Tenang saja, belum 1001 judul. Versi saya ya belum banyak 😃

Lalu, saya belajar dengan cepat. Bahwa dalam penulisan apapun, kadang kita harus berhitung dan kompromi dengan kesempatan dan peluang yang ada. Bisa jadi, siswa-siswa kelas yang ngotot betul “hanya mau menulis ini” sesuai bidangnya, padahal bidang itu jelas tidak dicari, perlu berpikir untuk kompromi dengan peluang.

Mungkin dengan menulis “pesanan” itu bisa jadi “batu loncatan” untuk menulis apa yang diinginkannya. Bagaimanapun, anda harus
tahu dan sadar: media, penerbit, PH, jauh lebih senang “menerima” tulisan dari penulis yang sudah eksis dibandingkan penulis yang belum dikenal, betapapun “sangat baiknya” tulisan anda.

Jadi, jangan alergi pada kesempatan. Ingat, berlian tidak ditemukan di permukaan 😃
Anda harus menggali sangat dalam untuk
bisa memperolehnya.


Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Menulis dengan Hati

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Zaman dulu, saat saya mulai belajar menulis bukan zaman internet seperti sekarang. Nggak ada kelas-kelas penulisan. Nggak ada guru menulis, apalagi di kampung saya yang pelosok –nulisnya pun masih pakai mesin ketik. Suaranya cetak cetok mengganggu kalau malam sunyi.

Kalau kirim naskah ke media harus disertai perangko balasan biar dikembalikan dengan catatan koreksi. Tapi ya tentu saja saya tetap nggak mudeng, di sekolah nggak ada pelajaran menulis.

Saya buangi saja naskah kembalian di tempat sampah ruang belajar, begitu dikembalikan dari redaksi. Jadi saya nggak pikiran sudah nulis begitu banyak. Saya ngitungnya ya tetep satu naskah yang sedang saya kerjakan.

Tahunya pas saya sudah jadi penulis, sudah lama banget, ibunda saya ngasih tuh naskah-naskah yang ditolaki media…. 111 naskah. Bayang pun 🤣🙈 Betapa heroiknya saya menulis dengan membabibuta, tak tahu arah jalan dan cara yang benar.

Terus entah kapan begitu ibu saya menemukan lagi sekitar 10-an, jadi ya 121. Kalau sekarang mengingat lagi, saya bersyukur diberi “mudah lupa” tidak terlalu mengingat apa yang sudah lewat. Nulis terus, dengan satu fokus: dimuat di media 😃💪

Jadi asli, sebel banget kalau ada calon penulis yang baru 3x naskah ditolak sudah teriak menye-menye ke seluruh dunia, hidupnya paling apes…. lah, yang ngerasa apes kan dirinya sendiri 😂

Menulislah dengan sungguh sungguh, pakai hati. Lamban gakpapa yang penting progress.
Buruk gakpapa yang penting jujur dan
tulisan sendiri, bukan plagiat apalagi ketik ulang naskah orang yang sudah publish
dan mengakui sebagai milik sendiri.
Itu sungguh tidak patut!

Menulislah sendiri. Lamban dan buruk itu proses menulis dengan cepat dan baik.
Berlatihlah dan terus belajar hingga menulis
jadi gampang dan menyenangkan 😊😍🤗

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: