Kegiatan Ibu-Ibu RT 10 CGI

Sebagian ibu-ibu RT 10 CGI. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Di RT tempat tinggal saya ki kegiatan ibu-ibunya banyak banget. Pengajian —ini pun beragam, Posyandu, Cooking Class, Arisan, dll acara dadakan sesuai moment. Yang paling saya ingat ya rutinan bulanan; olga, arisan, plus info-info. Acaranya hari Minggu, jam 7 s/d 9 pagi tapi kadang molor s/d jam 10 an kalau info dan atau topik bahasan bermacam-macam.
.
Arisannya berapa? 10 rb perak. Terimanya 120 rb tiap putaran, satu tahun habis. Wajib ikut satu. Ada ibu-ibu yang ikut dua, tiga, s/d berbanyak arisan untuk nabung. Saya penggembira bae. Tapi kalau pas dapat arisan yo tetap senang, padahal duitnya sendiri 😂
.
RT ini termasuk lingkungan produktif. Masih banyak pasangan muda. Banyak suami-istri yang usianya jauh lebih belia daripada saya. Balita, anak-anak, remaja pun banyak. Kami satu RT ada 35 KK, total warga sekrucilnya ada 150-an jiwa. Jadi hampir tiap rumah ada anak 1,2,3 atau 4.
.
Haish, saya kayak petugas sensus bae 😆😅 Iya, karena mereka menghafal identitas saya gampang: Bu Ari. Tapi saya mikir untuk menghafal nama mereka satu per satu; terutama kalau sebutan suami istri berbeda. Belum lagi bocil-bocil yang versi saya, kayaknya wajah mereka kok mirip-mirip😅
.
Tapi ya menyenangkan tinggal di lingkungan yang ada anak-anak. Ada masanya mereka ramai teriakan. Ada masanya lihat mereka berlarian, sepedaan sana sini, ciblonan di sungai, mandi beributan di halaman, menarik ulur layangan, gabur burung dara, main petasan, dll.
.
Sekurangnya tempat saya, sungguh lingkungan yang hidup. Mayoritas warganya yo baik. Tentu ada satu dua yang kadang bikin heboh. Biasa itu… namanya juga banyak orang. Aktivitas warga dari pagi s/d malam banyak, dan syukurlah tempat saya itu tetap tenang tidak berisik. Alhamdulillah 😍🤩
.
Jadi kalau saudara, ipar, teman dll kerabat saya nanya kenapa saya lebih suka tinggal pulang ke sini, ya karena lingkungannya. Peduli, tapi nggak reseh. Di perumahan, tapi adem ayem saja kami seperti keluarga.
.
Teriring doa semoga semua warga tetep rukun, sehat, bahagia, peduli asah asih asuh sesama layaknya keluarga yang kuat tali persaudaraannya ❤❤
.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kalau Kopimu Terlalu Pahit

Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Hari ini saya jian pingin sambatan tenan 😂 Ya Allah, capeknya saya 😭🙈

Jam segini baru selesai kelas dengan siswa-siswa yang superaktif. Berasa habis energi saya. 🙏

Sabtu yang mestinya selow-selow, kok malah banyak gaweyan. Pagi tadi wes ngisi kelas. Untungnya rada tenang, karena yang ikut wes penulis kabeh. Jadi saya agak enteng jawabin pertanyaannya.
.
Setelah itu ngecek naskah-naskah tugas kelas; jian pingin misuh-misuh saya. Lha dari 34 mahasiswa, 8 orang tulisannya plek ketiplek sama persis sejudul dan persis materinya kuy lho, karepe piye 🙈
.
Dikira tugas tulisannya nggak dibaca gitu po? Kasih tugas kok sakarepe dhewe. Biyuuu… saya wes menahan diri tenan nggak memaki, nggak misuh, tapi menyuruh mereka menulis ulang. Bikin materi baru. Ben bae kalau pada jengkel. Lha ya situ yang cari gara-gara kalau ini siy.
.
Kopi saya hari ini terlalu pahit. Kayaknya perlu tambahan gula yang agak banyak biar terasa maniz. 😃 Ya sudah, hidup jadi freelancer yo begini. Ada masanya orang libur, saya kudu kerja. Sebaliknya orang kerja, saya liburan.
.
Happy weekend ya. Pokoknya nikmati dan syukuri saja hidupmu dengan bahagia. Karena sepahit apapun itu, kadang orang pun iri dengan hidupmu 🤩🥰

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tentang Geblek: “Ini makanan apa, kok asam? Basi ya?”

Setelah makan. Kopi Pari. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Saya ki wes suwe tinggal di Jogja, makan minum semua kuliner Jogja. Tapi lidah saya memang bukan lidahnya orang Jogja. Makanan minuman yang over manisnya, kalau ada pilihan biasanya saya skip. Termasuk kalau over rasa lainnya.
.
Nah geblek ini (makan bulat-bulat putih) di meja itu; termasuk yang saya skip kalau ada pilihan lain. Dizoom aja. Karena kita lupa foto-foto. Ingetnya malah wes bubar makan 😆😅 Bukan gen milenial ya begitu. Makan ya makan aja, foto video itu tugas fotografer😆🙈
.
Kenapa? Karena rasa asamnya yang kadang berlebihan. Rasa asam ini berasal dari pati ketela (singkong) yang jadi bahan dasar geblek. Proses fermentasinya itulah yang menyebabkan rasa asam. Makin lama makin pekat asamnya.
.
Jadi begitu ada yang tanya, “Ini makanan apa, kok asam? Basi ya?” —saya bisa menjelaskan asal usul, bahan, dan proses pembuatan geblek. Nggak suka, nggak makan, bukan berarti saya mengabaikan hal lain tentang kulinernya. Apalagi kuliner khas daerah tertentu, seperti geblek Kulon Progo.
.
Baru setelah tahu bahwa geblek di meja kami bukan makanan basi, mereka yang non Jogja sekitarnya mau memakannya 😀 Saya? Yo tetep makanlah. Makanan halal ini yes 😁😆
.
Di beberapa tempat oleh-oleh khas Jogja, biasanya banyak yang jual geblek. Ada versi mentah dan versi matang. Tinggal memilih. Orang membeli geblek, biasanya untuk selingan di luar oleh-oleh mainstream Jogja; bakpia dan gudeg. Perlu usaha ekstra dari warga dan pemerintah KP untuk menjadikan geblek ini sebagai oleh-oleh utama dari daerah, sekurangnya di daerahnya sendiri.
.
Ahaha, saya pribadi kurang sreg dengan istilah geblek itu. Karena kalau di daerah asal saya; geblek itu berarti orang bodoh, nggak berguna. Mungkin —itu juga mempengaruhi mood saya tentang makanan ini.
.
Apapun pikiranmu tentang geblek, kamu perlu cobain makanan ini ya kalau berkunjung ke Jogja sekitarnya. Biar referensimu tentang oleh-oleh Jogja nggak cuman bakpia dan gudeg. Gak bosen kah makan, lalu beli bakpia atau gudeg teruuuz. Hello, kulinernya Jogja macem-macem lhooo 😁😆😅
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kenali Dirimu dengan Baik ❤

Sesaat setelah saya dkk mengikuti Puja Bakti Waisak Borobudur 2024. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Saya muslim, Islam sejak lahir. Bapak Ibu saya Islam taat, dengan tradisi NU dan Jawa yang kental. Saya mengenal syahadat, sholat, zakat, puasa, mengaji dari orang tua. Termasuk kebiasaan puasa sunah Senin-Kamis dll ajaran kebaikan.
.
Bahkan ibu saya karena tumbuh besar di lingkungan priyayi Jawa, masih menambahkan beragam puasa untuk nirakati kami anak-anaknya. Entah itu puasa weton hari lahir, saat kami harus menghadapi hari-hari berat (ujian, tes, seleksi kerja, tugas luar negeri, dll).
.
Saya terbiasa mengikuti ibadah sebagai muslim ya karena dicontohkan begitu. Tapi saya beneran menjadi seorang muslim, memilih jalan Islam karena kesadaran pribadi, saat berusia 18-19 tahun. Setelah perjalanan panjang saya “mencari Tuhan”. Belajar, berguru, bertanya tentang beragam ajaran agama; sampai akhirnya saya memilih Islam sebagai jalan hidup.
.
Kebiasaan untuk turut mendengar, menyimak, belajar kebaikan dari agama lain itu, berlangsung hingga sekarang. Bagi saya, setiap agama memiliki koridor dan aturannya masing-masing. Kunci besar yang bisa dijadikan benang merah adalah setiap agama pasti mengajak umatnya pada tindak kebaikan, agar selamat dunia akhirat.
.
Itu saja bagi saya sudah cukup untuk menghormati penganut agama lain, tanpa diribetkan dengan beragam perbedaan. Prinsip dasar toleransi bermasyarakat, bagi saya sudah cukup untuk memberikan ucapan selamat merayakan hari besar mereka masing-masing.
.
Masa iya misalnya kawan saya Katolik dan Budhis, yang setiap saya lebaran datang berkunjung memberi ucapan selamat, besok-besok pas mereka perayaan hari besar saya (nggak balas) memberi selamat merayakan? Lalu etika saya sebagai teman, di mana letaknya?
.
Kalau bagi sebagian yang lain tindakan itu dianggap bisa mengganggu kualitas keimanannya, ya tidak usah melakukan. Tapi janganlah merusak model toleransi sosial “bermasyarakat” yang sudah ada. Pemahaman setiap orang terhadap agama berbeda-beda. Kualitas iman dan ibadah setiap orang juga beragam. Kenali dirimu dengan baik, lalu bijaklah bersikap terhadap sesama.❤
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Sungai Mudal: Wisata Keluarga yang Menyenangkan dan Murah Meriah

Wisata Sungai Mudal. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Pas ditanya sudah pernah ke Sungai Mudal atau belum, saya jawab belum. Karena ya memang belum pernah ke sana. Sekali dulu, hampir saja berangkat njur nggak jadi karena acara berubah.

Kalau ke sini bawa mobil atau motor, kuy drivernya kudu memang wes bisa nyetir yo. Bukan lagi ajaran atau baru bisa. Karena jalanannya nggak segampang jalanan di Jogja yes😅

Nah pas datang ke sini, saya mengapresiasi tempat parkirnya. Lumayan dekat dari lokasi. Maksudnya kalau jalan nggak terlalu jauuuh gitu. Hayaaa, mbok olga rutin saya yo lari, tapi kalau jalan rada jauhan kalau boleh milih, yo pilih enggak. Hihi….

Cuman yang rada sedikit mengganggu tuh karena tempat jualan makanan sama toilet mepet. Jadi orang keluar masuk toilet masih bisa dilihat saat orang-orang makan; dan makanya saya nggak mau diajak makan di sini.

Tiket masuk murah meriah banget. 10 ribu kamu bebas main di seluruh areal, termasuk mandi- mandi, pecicilan nyebur-nyebur air, ciblonan bolak-balik, sepuasnya. Oh ke toilet 2 rb. Makan minum standar 5 rb sd 20 rb an. Nggak ada mark up harga. Pokmen puas-puasin deh.

Dari ujung bawah sampai ujung atas lokasi ada yang jualan makan minum. Cuman di sini nggak ada oleh-oleh khasnya. Cari kaos atau souvenir bertulisan khas Sungai Mudal, Kulon Progo dll yo gak ada 😆😅

Buka pagi sampai jam 5 sorean. Ada banyak jenis ukuran kolam untuk mandi-mandi dan beragam peralatan pendukung ben gak tenggelam. Ada kolam untuk anak-anak sampai dewasa. Paling dalam 170 cm.

Ada juga kolam tempat terapi ikan yang nyokotan itu lho… hihi… entahlah, saya kok nggak pernah happy dengan terapi cokotan ikan itu… lha kaki saya nggak apa-apa, masuk air malah sakit gegara digigitin ikan 😂🙏

Pokokmen di sini saya anggap bisa jadi wisata murmer yang menyenangkan untuk keluarga dengan bocil-bocil. Ya kalau main air, siapkan baju ganti secukupnya. Juga atur waktu jangan terlalu lama, ntar malah masuk angin.

Terus kudu hati-hati; karena areal air… banyak tanah, batu yang licin. Terus gitu tangga-tangga untuk ke atas masih tinggi-tinggi. Rada butuh energi lah untuk sampai atas. Tapi ya nggak seberat kalau di Tawangmangu, Solo yes.

Pagar pembatas sudah sangat membantu, cuman karena lubang nya besar-besar, kalau nggak ati-ati ya bisa bablas kecebur areal airnya.

Foto-foto bebas sakarepmu. Bawa kamera dan fotografer gak perlu izin apalagi bayar. Mo bikin adegan atau gambar untuk sosmedmu yo jelas boleh, nggak perlu ragu-ragu.

Di atas banyak view yang cukup baik. Saya cukup senang lihat kemeriahan rame dan kegembiraan anak-anak bermain air. Biasanya kalau ada air, saya pasti turun.

Cuman kali ini karena harus simpan energi, terus dokter saya rada ceriwis banyak larangan ben saya tetap sehat, saya memilih dolan aman. Nggak pecicilan, nggak ciblonan, nggak turun ke air.

Haiish, tapi ini kan karena Sungai Mudal cukup dekat dengan rumah saya; lha masih di Jogja. Jadi saya boleh rela nggak turun air. Sekurangnya kalau pingin ke sini, saya tinggal balik datang saja. Nah, kalau di Papua atau negeri-negeri jauh, mungkin akan beda lagi ceritanya 😂🙏
.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Ke Gamplong Lihat Apa?

Salah satu sudut di Studio Gamplong. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Ke Gamplong Lihat Apa?
.
Begitu kata kawan pas saya ajak beberapa waktu lalu. Ya sudah, berarti dia tidak tertarik ikut. Saya sudah beberapa kali ke mini studio semi permanen besutan Hanung Bramantyo ini.
.
Kalau kali ini saya mau ke sini lagi, ya karena versi yang saya dengar, ini studio semi permanen. Jadi setiap kali akan diubah-ubah desain dll nya sesuai kepentingan syuting film. Pasti sudah banyak yang berubah, sejak terakhir saya datang.
.
Saya pribadi memberi dua jempol untuk sang sutradara kondang ini. Karena membeli tanah, membangun itu hanya sekali; tapi maintenance, ngopeni, merawat bangunan itu seumur hidup. Apalagi untuk tempat yang luas dan beragam atribut begitu.
.
Dan sebab dibuka untuk umum, salah satunya biar biaya perawatan ikut tercover dari biaya masuk para pengunjung. Meskipun kayaknya sang pemilik tetap akan nombok dengan luasan areal dan banyaknya proverty di tempat itu.
.
Masuk ke sini, saya kurang tahu persis harga tiketnya. Tiap wahana kena sekitar 10 s/d 25 rb. Jadi tinggal itung saja mau masuk atau pake berapa wahana. Kalau total ya mungkin perlu sekitar 120-150 rb per kepala.
.
Kalau hanya pingin foto-foto mider ya pakai satu atau dua wahana pun bisa. Nggak dibatasi waktu kok di sini. Pokoknya jam 5 sorean wes tutup.
.
Oh iya, kalau bawa kamera dan fotografer masuk sini juga harus izin. Untuk kegiatan-kegiatan pengambilan gambar atau adegan untuk kegiatan komersial juga harus izin.
.
Kalau HP siy secanggih apapun bebas nggak perlu izin khusus. Kalau kamu mau pecicilan aksi-aksi dengan adegan secapekmu untuk upload-an sosmedmu, bebas nggak perlu izin.
.
Terus ya enaknya di sini parkir luas. Kalau beli makan minuman harganya sama saja dengan harga standar. Es teh, es dawet, es tebu dll minuman mung 5 rb-an saja. Makanan dll ya sekitar 15-20 rb-an. Sama seperti di tempat lain. Tidak ada mark up harga karena berada di zona wisata.
.
Karena waktu terbatas, tidak banyak yang bisa saya ceritakan. Tapi berbagai proverty syuting Bumi Manusia masih banyak tersedia. Masih bisa dilihat, sebelum nanti (mungkin) akan diganti dengan proverty lain bila harus syuting film-film yang baru.
.
Studio ini kalau dibandingkan dengan studio- studio kelas dunia, mungkin tidak ada apa-apanya. Tapi sebagai milik pribadi, dengan modal pribadi, dan bentuk kepedulian terhadap dunia di balik film yang boleh diakses masyarakat umum, Gamplong ini menjadi sangat luar biasa.👍
.
Kalau sedang main ke Jogja, tengoklah. Mainlah. Datanglah. Biar sedikit tambah gambaran kita tentang dunia di balik layar film. Bagaimana desain segala macam benda dibuat senyatanya untuk memberikan kesan natural. Film-film bagus sering dimulai dari desain proverty yang seindah versi aslinya.
.
.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Sambatlah pada Orang yang Tepat 😆😂🙏

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
.
.
Beberapa kawan menjapri tentang tulisan saya berjuang pas kuliah. Lebih kurang komennya;

“Kukira Ri, hidupmu paling baik-baik saja. Kamu tinggal di rumah guru besar, makan minum terjamin, baju bagus-bagus, sudah ada yang nyuci nyetrikain, buku-buku kuliah catatan paling lengkap, banyak ikut kegiatan, nggak punya utang sama temen, dan malah sering bawain jajanan atau traktir makan. Ya ampun, bisa-bisanya aku dulu malah ngutang kamu untuk makan atau bayar kos….”
.
Tahun-tahun itu ya, masa itu, kuliah di Sastra sering dilabeli sebagai mahasiswa gembelnya UGM 🙈🙏 Karena kuliah paling murah di lingkungan kampus. Terus banyak mahasiswa
yang slebor nggak urus baju kuliah. Pake kaos oblongan lecek sobek, sendal jepit, jeans/celana robek-robek, dll. Pokmen banyak yang nggak tampang mahasiswa wes 🙈🙏
.
Zaman itu masih boleh bebas keluar masuk kampus tanpa banyak aturan. Bahkan ada yang ngekos di kampus atau gelanggang mahasiswa berbulan-bulan. Haiiish, tempatnya itu langsung bersih kalau ada info sidak WR 3 atau WD 3 atau embuh pejabat kampus 😂🙏🙈
.
Kampus tercinta saya itu ya memang banyak cerita suka dukanya. Merah hitam kisahnya pun nggak kurang-kurang. Cerita hantu-hantunya pun nggak kalah horor. Zaman itu ya masa masih nggak semudah sekarang. Masih ada dosen killer. Masih ada nilai kuliah keluar 2-3 tahun setelah ujian, itu biasa 😂
.
Tapi saya gak ikut ikutan berbaju sekarep gitu. Berbaju sopan rapi. Kalau berangkat kuliah baju saya nggak bener, suka ditegur ibu kos untuk ganti. Jadi ya memang, memilih circle yang tepat itu penting.
.
Saya bilang ke temen saya yang nanya, itu karena dari belia saya mengikuti prinsip bapak ibu saya. Sambatlah pada orang yang tepat atau nggak usah sambat sama sekali.
.
Jadi, saya nggak akan curhat sambatan soal duit SPP, kerja, capek, berasa hopeless, dll itu ke teman-teman saya. Lha wong mereka aja yo nungguin kiriman ortunya sok telat banyak yang lebih parah dari saya.
.
Rerata mahasiswa Sastra tentu nggak seelit seperti mereka yang di Kedokteran atau Ekonomi ya😜 Mahasiswa yang susyaaah duitnya banyak. Tapi soal gaya slebor dan banyak karya, kita Sastra lebih heboh laah 😜👏
.
Dan bagi saya kalau wes diselesaikan masalahnya ya sudah. Nggak saya inget-inget lagi. Saya pun sambatan soal biaya kos ya ke bapak ibu kos. Bukan ke pihak lain. Wong solusinya itu tergantung pemilik kos, masa nyari orang lain.
.
Pernah waktunya bayar SPP dll dari 305 rb kurang sehari terakhir bayar, duit saya mung 250 rb an, itu pun pecahan kecil kecil. Artinya semua isi duit celengan sudah dikeluarkan 🙈🙏
.
Zaman dulu, masih offline jadi telat bayar bisa langsung ke bendahara pusat UGM. Nggak kayak sekarang online, harus tepat waktu. Kalau wes tutup atau telat bayar, beuuuh urusannya panjaaaang minta tanda tangan sana sini persetujuan…. untung bukan saya 🤣🙈
.
Nah saat itu saya ketemu Kajur minta penundaan bayar SPP sebulan. Saya ditanya ya saya bilang duit saya baru 250 rb. Kurang 55 rb. Kalau hari ini punya 55 rb pun, saya beneran nggak pegang duit blas. Bisa repot kalau ada kondisi darurat. Praktis, sekurangnya saya perlu 100 rb. Jadi untuk bayar 55 rb, saya masih pegang 45 rb.
.
Lalu beliau bilang, nggak usah tunda bayar SPP, tunggu sebentar. Lalu beliau entah ke mana, dan balik wes bawa duit pecahan cukup banyak. Lebih dari 100rb, menyuruh saya bayar SPP.
.
Saya pun menegaskan ini uang utang, dibantu atau bagaimana. Kata beliau dibantu banyak orang. Nanti kalau saya wes mapan, bantulah juga mereka yang sekolah.
.
Wah saya terimakasih dan langsung ke tempat bayar SPP. Bawa resi bayar kasih lihat ke Kajur dan pulang kos dengan tenang karena masih bawa uang. Eeh tapi pas saya wes ada duitnya, sejumlah yang dikasih Kajur itu saya balikin agar digunakan untuk membantu mahasiswa yang lain.
.
Mental saya dari dulu bukan mental gratisan yes. Bayar untuk apa yang kita ambil, nikmati. Itu bikin hati saya lebih tenang damai dan nggak ngerasa mendzalimi hak orang lain.

Artinya dengan sambat pada orang yang tepat, sekurangnya saya pasti dapat solusi. Kalau semua disambatin, beuh kek kurang kerjaan bae. Bisa- bisa bukannya dapat solusi malah ghibah fitnah nyebar ke mana-mana.

Itu sebabnya saya bilang, kalau mengeluh, protes, sambat, curhat, bisa menyelesaikan masalah; saya akan bilang. Kalau enggak ya diem diem saja. Mari curhat sekalian di sujud-sujud malam pada Sang Pencipta. Wes pasti nanti ketemu jalan keluar nya. Tapi ya kudu, kita wajib usaha duluuuu… Jangan cuma berdoa, kurang manteplah kalau versi saya 😀👏
.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: