Candi Nusantara: Candi Gayatri

Penampakan Candi Gayatri, di Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Kerajaan Majapahit besar dan jaya pada masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi dan Hayam Wuruk. Namun sesungguhnya, otak dari kemajuan itu adalah Sang Gayatri Rajapatni. Dialah putri Raja Kertanegara –Raja Singosari, dan istri dari Raden Wijaya –sang pendiri Majapahit.
.
Putra Mahkota Majapahit si Jayanegara, adalah putra R Wijaya dengan Darapetak (putri persembahan dari Melayu –cek kisah Ekspedisi Pamelayu). Pernikahan R Wijaya dengan Darapetak menimbulkan konflik batin bagi Gayatri. Ia merasa tidak sejalan karena sang suami mengambil “selir” dan kemudian melahirkan sang Putra Mahkota, pewaris takhta karena Jayanegara anak lelaki pertama bagi R Wijaya. Gayatri pun enggan berbela debat dan ia pun mundur dari istana. Meninggalkan Trowulan dan menyepi sebagai biksuni di Boyolangu, Tulungagung. Pilihan ini sebenarnya adalah pilihan strategis. Gayatri bisa mengatur putusan-putusan penting lewat kaki tangan dan orang-orangnya di istana tanpa gangguan. Selain itu jarak Trowulan Boyolangu relatif dekat dan mudah aksesnya.

Sisi lain dari Candi Gayatri, Boyolangu, Tulungagung. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Gayatri pun mulai menata langkah, demi merebut takhta agar kembali pada garis keturunannya, bukan keturunan Dara Petak (Melayu). Saat itu si Jayanegara yang doyan perempuan dan kurangajar hendak menikahi saudara kandungnya (anak-anak Gayatri). Hal inilah yang membuat sang Ibunda Gayatri murka. Politik skandal pun dibuat dengan cermat.
.
Istri jelita Ratanca –tabib pribadi Jayanegara pun diumpankan untuk menggoda dan berada di sekitar sang Putra Mahkota. Ratanca pun dendam dan merasa sang Jayanegara telah berbuat aniaya yang melanggar dharma kesatriya, ngrusak pager ayu. Ratanca tidak pernah tahu bahwa semua itu sudah didesain. Dendam Ratanca menemui jalan ketika Jayanegara sakit. Sebagai tabib istana, ketika mengobati Jayanegara, Ratanca pun langsung membunuhnya. Saat itu juga, Gadjah Mada membunuh Ratanca tanpa sidang dan tidak pernah ada yang mengangkat kisah pembunuhan Putra Mahkota ini ke persidangan kerajaan Majapahit. Padahal kita tahu, betapa detailnya hukum peradilan Majapahit.

Gambaran sosok Gayatri Rajapatni. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Matinya Jayanegara, membuat Tribhuwana Tunggadewi –anak Gayatri dan R Wijaya, naik tahta. Majapahit tidak mengenal sistem raja/penguasa harus laki-laki; meskipun bila ada garis putra mahkota akan tetap diutamakan. Di sinilah terlihat bagaimana Gayatri mempersiapkan suksesi untuk garis keturunannya. Sang Mahapatih tua yang sakit-sakitan dan mengajukan pensiun saat itu, ditolak mentah-mentah oleh Gayatri. Sang Biksuni Agung ini sedang mempersiapkan posisi itu untuk Gadjah Mada.
.
Begitu siap, Gadjah Mada langsung jadi mahapatih. Dari seorang bekel (komandan pasukan penjaga raja) naik kasta sebagai perdana menteri. Konon ini adalah bentuk balas budi Gayatri karena berhasil membunuh Jayanegara lewat Ratanca.
.
Melalui Gadjah Mada di bawah Tribhuwana Tunggadewi, Gayatri mendikte seluruh perluasan wilayah Majapahit di Nusantara. Cita-cita luhur Kertanegara yang terwujud lewat Hayam Wuruk.
.
Hampir seluruh negeri di Asia Tenggara bernaung di bawah panji Majapahit; kecuali Pasundan. Lalu negeri kecil inilah yang melahirkan kisah Perang Bubad. Hayam Wuruk ingin meminang dan menjadikan Dyah Pitaloka sebagai Ratu Majapahit. Tapi Gadjah Mada merancang acara ini sebagai siasat untuk penaklukan Negeri Pasundan. Seluruh pasukan dan rombongan Raja Pasundan diserangbunuh di perbatasan gerbang Majapahit. Dyah Ayu Pitaloka pun memilih suduk salira (bunuh diri) daripada menjadi putri boyongan Majapahit. Kisah yang membawa duka cita bagi Hayam Wuruk dan petanda tidak harmonisnya hubungan Sang Raja dengan Mahapatih Gadjah Mada. Kisah yang menandai kemunduran demi kemunduran Dinasti Majapahit.
.
Gayatri Rajapatni meninggal di usia 76 tahun, mengatur, mengendalikan, dan menyaksikan anak dan cucunya membesarkan Majapahit. Abunya disemayamkan di Candi Gayatri. Candi ini sebagai tempat “makam” Sang Ratu Agung Majapahit.
.
Sayangnya, Candi Gayatri mengalami banyak perusakan. Patung Gayatri pun hilang bagian kepala dan sebagian anggota badan. Batu-batu candi pun banyak yang hilang.
.
Semoga hal itu tidak menghilangkan jejak kebesaran Gayatri di masa lampau. Nah, kamu sudah main ke candi ini atau belum?
.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kebiasaan-Kebiasaan Baik dalam Penulisan

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Sebenarnya, kalau menulis menjadi kebiasaan kita sehari-hari seperti kita bicara, kemampuan kita menulis juga akan terlatih dan terasah dengan sendirinya. Hanya, tidak banyak orang yang percaya bahwa menulis adalah KEBIASAAN.

Tips ini mungkin membantu meningkatkan kualitas penulisan kita.

1. Ikut kompetisi menulis yang sesuai.
Ada banyak lomba menulis dari yang kecil sampai besar, ikuti saja mulai dari yang kecil dan ringan. Kebiasaan ini bagus untuk mengukur kualitas tulisan kita.

2. Tidak mengedit.
Mungkin sudah sering kali saya menyampaikan, menulis saja. Tidak usah mengedit saat menulis agar naskah cepat selesai.

3. Membiasakan 10-30 menit menulis setiap hari.
Kalau anda merasa tak cukup punya waktu 10-30 menit untuk menulis setiap harinya, lupakan saja keinginan untuk memiliki buku.

4. Pelajari teori penulisan.
Baca buku panduan, ikuti kelas, sekolah, workshop, dll. mana saja yang anda sukai. Kalau tidak mau bayar, ikut saja kelas-kelas gratis juga banyak, download ebook-ebook internasional juga ada di mana-mana.

5. Menulis 5-10 halaman naskah dari buku penulis favorit anda.
Ini kebiasaan buruk saya di masa lalu, karena tidak bisa mengarang, saya mencontek saja tulisan-tulisan penulis di buku script saya. Dan akhirnya kebiasaan, saya mulai bisa memilih kata yang terbaik dan menulis sendiri.

6. Menerima kritik.
Jadi penulis, pengkritiknya banyak, pun pengganggunya beragam, godaannya macam-macam. Ya sudah, terima saja dengan legawa. Mereka hanya ingin tahu apa kita cukup bertahan atau sekedar ingin jadi penulis. Banyak penulis yang sekali naskahnya “dibantai” menghilang dari peredaran. Sebagai pembedah karya yang blak-blakan mengatakan “buruk” pada naskah, sudah sering pula saya menemukan penulis yang tak cukup mental untuk masuk industri kreatif.

7. Jadi pembaca yang baik.
Syarat mutlak penulis yang baik, tentu pembaca yang baik. Cermati, ikuti, kisahkan kembali, dan mengertilah gaya penulisannya.

8. Gunakan kata-kata baru, pakai kamus.
Kata-kata baru memperkaya tulisan kita. Hindari pengulangan karena akan membosankan, kecuali untuk memperoleh rima yang sesuai dan mendapatkan efek puitis.

9. Fokus.
Setiap orang kaya ide, terlebih yang mau jadi penulis. Tanya saja, idenya berlimpah. Tapi mereka tidak fokus. Menulis satu, belum selesai, loncat ke lainnya. Belum selesai lagi, loncat lagi, dst. akhirnya tak ada yang selesai dan tidak ada yang bisa dipublish. Niat, fokus, konsistensi, komitmen itulah yang bisa menyelesaikan naskah anda.

10. Cari Dukungan.
Hindari orang-orang yang tidak support. Untuk hal ini saya termasuk “kejam” dan “tegas” menolak orang-orang yang tidak support. Kita boleh berteman dengan siapa saja, tapi hati-hati dengan sejenis orang yang meracuni pikiran dan mengatakan kita tidak mampu. Itu membuat kita tidak mencapai apa-apa. Bergaul dengan orang positif dan semangat agar dapat spirit dan supportnya. Bergabung dengan komunitas yang sesuai.

Happy Writing, be a Good Writer ❤️
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!
*Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Hal-hal yang Bikin Editor Sebel Sama Naskah (Kamu)

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Editor adalah orang kunci yang bikin naskah jadi “lebih baik” dan “lebih menjual”. Nah, biar jalan naskahmu mulus di tangan editor, berikut ini beberapa hal yang harus dihindari. Kalau bisa ditiadakan, biar editor nggak sebel sama naskah kamu dan kadang jadi merembet ke kamu (penulisnya).

  1. Banyak salah ketik. Modal dasar penulis adalah menulis huruf dengan benar. Kalau belum terbiasa menulis, minta orang untuk mengecek masalah salah ketik. Sekurangnya naskah harus bebas dari salah ketik.
  2. EYD yang masih berantakan (baca: penulisan tidak sesuai EYD). Sekarang EYD bisa diakses online dan nggak berbayar. Cek-cek ketentuannya, sehingga naskahmu lebih rapi dan terbaca sesuai EYD.
  3. Penyajian bahasa terlalu kaku. Dalam penulisan mengikuti aturan KBBI, EYD itu sangat baik. Namun kalau terlalu kaku demi mengejar kebakuan, ini juga bukan tulisan yang menyenangkan.
  4. Penyajian naskah bertele-tele dan melantur ke mana-mana, tidak fokus. Pastikan memeriksa bawa dari judul sampai bagian akhir, semuanya merupakan satu kesatuan dengan benang merah yang sama.
  5. Banyak kalimat yang tidak dimengerti apa maksudnya. Biasanya ini karena penulis berusaha membuat kalimat kalimat puitis, tapi kurang tepat pilihan kosakata dan penempatannya.
  6. Banyak kosakata jorki (baca: sadisme, pornografi, makian/umpatan, pertentangan SARA). Untuk kosakata yang harus sangat ekstrim wajib ada, cobalah memilih kosakata yang lebih ringan tanpa kehilangan maknanya. Beberapa penerbit langsung membuang naskah yang kosakatanya jorki, sadis, atau makian yang dianggap terlalu kasar.
  7. Tidak sesuai dengan orientasi penerbit. Kamu punya naskah fiksi, tapi kirim ke penerbit yang cuman bikin buku kesehatan. Ya jelas ditolak langsung. Jadi sebelum kirim naskah, cek-cek dan periksa orientasi penerbit atau medianya.
  8. Naskah tidak lengkap (tidak ada pengantar, daftar isi, sinopsis/intisari, proposal, dan biodata penulis). Daripada sulit-sulit, biasanya editor langsung meninggalkan naskah yang begini. Jadi pastikan naskahmu komplit ya, terutama kalau kamu baru berurusan dengan penerbit tersebut.
  9. Penulis tidak mau revisi. Kalau ketemu penulis yang begini, besoknya editor jadi males berurusan dengan penulisnya. Kalau memang sudah disepakati untuk perbaikan, lakukan saja dan jangan mangkir-mangkir.
  10. Penulis sulit dihubungi. Waah, hari gini kalau ada penulis yang sulit dihubungi, ya wislah, ditinggalkan saja. Jadi, pastikan memberi nomor contact yang online 24 jam…. apalagi kalau kasih contact ke produser…. itu jenis orang-orang ajaib, yang suka seenaknya mencari penulis. Nggak peduli jam dua pagi, kalau dirasa harus dibicarakan, pasti ditelpon. Hihi…. penulis memang hidupnya penuh keajaiban 😀

Editor juga sama manusiawinya dengan kita. Ada banyak capeknya, ada banyak deadline dan kerjaannya. Be nice-lah. Jangan mengejar-ngejar mereka tak kenal waktu. Kalau baru kasih naskah hari ini, ya jangan besok ditanyakan. Bulan depan mungkin, biar sekalian ingat.

Percaya deh, kalau naskah kamu bagus bingit nggak sampai seminggu kamu pasti sudah dapat kabar gembira. Apalagi kalau produser, bisa dua jam berikutnya sudah dapat kabar. Tapi kalau nggak, ya yang sabar dikit…. karena nggak cocok itu, bukan berarti naskah kamu selalu nggak bagus. Bisa jadi karena nggak cocok saja.

Happy Writing, Be A Good Writer ❤️

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tabungan Emas di Pegadaian

Buku rekening tabungan emas di pegadaian. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


“Mbak Ari, di mana kita beli emas kl uang sedikit? LM kecil juga mahal. Saya bisa nyisihin uang sebulan 100 s/d 200 rb. Masih jauh dari harga LM yang paling ringan.”
.
LM yang banyak dijual bebas di pasaran mulai dari 0,5 gram dengan rate harga 650rb, 1 gram 1,2 juta untuk harga normal tahun 2024 ini. Tiap hari harganya bisa naik turun lagi. Relatif fluktuatif.
.
Ternyata belum semua orang tahu tabungan emas pegadaian. Kalau buka tabungan ini, akan gampang beli emas. Setoran terendah hanya 10 rb IDR dan langsung dikonversi dengan emas.
.
Tiap bulan kena biaya 7rb an. Dulu siy dari 2014 sampai entah kapan gratis, saya lupa. Daftarnya juga gampang. Tinggal ke pegadaian terdekat bawa materai 10 rb, copy KTP dan uang setoran pertama.
.
Akan kena charge kl cetak emas karena yang diperjualbelikan harga dasar emas. Cetak bisa dari 1,5,10,25,50,100,250,500,1000 gram dst. Kl LM di pasaran tersedia dari 0.5,1,2,3, 4,5,10, 25,50,100,250,500,1000 gram. Saya gemas belum pernah punya yang 1000 gram😅 Siapa tahu pas undian tabungan emas pegadaian saya dapat yang 1000 gram😍😇
.
Buat teman teman yang tidak sepakat dan berpikir model tabungan emas ini riba, begini begitu, sumonggo. Harap tidak berdebat di web pribadi saya. Anda bisa juga mengambil cara mengumpulkan uang sedikit demi sedikit dan membeli emas, saat uang mencukupi untuk membeli LM cetak terendah.
.
Dulu saya juga begitu sebelum mengenal tabungan emas pegadaian. Seringnya sudah merencanakan untuk beli LM 10 gram pas uangnya sudah cukup; halah uangnya malah kecomot-comot untuk aneka kepentingan yang urgent-urgent amat 😅 Jadi lama ngumpulin buat beli 10 gram aja.
.
Makanya pas ada program ini, saya ikut. Nabungnya bisa dari mana aja via online semudah ngisi gopay. Aman dan duit tabungan tidak ke sana sini lagi😅🙈
.
Emas bebas inflasi. Nabung emas juga serasa bawa cash. Kl saya siy, sudah buat sekolah, piknik jauh, beli rumah, beli barang yang rada mahal, buat kondisi darurat, ngumrohin ibu dan saudara, bantu orang, dll.
.
Kadang kalau saya pas butuh uang banyak tapi dalam waktu dekat bisa dapat duit, saya gadaikan. Kalau belum tahu ada jaminan untuk membayarmya, ya saya jual saja. Ntar ada uang beli lagi. Simpel aja mikirnya.
.
Kuncinya disiplin. Mo emas murah atau mahal, kalau sudah niat nabung emas ya nabung aja. Nggak usah mikir nunggu pas harga emas murah. Sejak saya nabung emas, rasanya nggak pernah turun harga😅
.
Ayo, semangat menabung. Freelancer pun bisa hidup sejahtera dengan manajemen duit yang sesuai dan pilihan tabungan yang pas sesuai kantong 😍🤗
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Ritual Khusus Sebelum Menulis

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Anonim. Unduhan semena-mena dari internet.


“Mbak Ari, apa ada ritual khusus sebelum menulis?”
.
Mo ketawa nggak ketawa saya mendapat pertanyaan ini. Jawaban saya: dengan banyak ritual😀
.

  1. Kudu wes bangun, sadar; karena kalau tidur nggak bisa nulis 😂
    .
  2. Mandi bebersih serapinya, senyamannya, dandan secantiknya seperti orang mau kerja kantoran. Ya ini, semacam penambah semangat.
    .
  3. Makan minum secukupnya biar full energi. Nulis dengan perut kenyang bikin pikiran tenang.
    .
  4. Rapikan meja kerja. Siapkan perangkat menulis; laptop/tab/komputer/minibook, draft kerja, buku-buku referensi, alat tulis catat, rekaman, dll kruncilan yang anda perlukan. Setting semuanya pada posisi siap pake.
    .
  5. Pasang musik kalau anda suka. Kalau nggak, ya nggak usah ikutan.
    .
  6. Siapkan air minum dan cemilan kalau senang. Bagi pengemil tidak disarankan menyediakan “amunisi” berlebihan, karena anda bisa ngemil tok tanpa nulis apapun 😂😅
    .
  7. Berdoa dan mulai bekerja. Cek-cek 30 menitan break 1-2 menit biar rehat mata. Kalau sudah 2 jam an sebaiknya berhenti 10 an menit, sebelum kembali nulis.
    .
    Nah ritual itulah yang bikin saya tetap semangat menulis dan cukup banyak tulisan setiap kali kerja.
    .
    Ritualmu beda? Ya gpp. Tiap penulis punya aturan main berbeda saat mulai kerja 😀👍 Yang penting produktif nulis, sehat, happy, banyak uang, banyak piknik, banyak berbagi 💖🙏
    .

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Membukukan Naskah yang Berupa Potongan-Potongan Kisah

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis naskah panjang itu problem dan tantangan tersendiri. Cara yang mudah adalah membuatnya menjadi bagian-bagian ringan/kecil/pendek yang gampang kita selesaikan. Jadilah banyak orang memiliki banyak sekali tulisan pendek dengan ragaman tema yang bermacam macam dan tidak sinkron. Lalu bisakah kita membukukannya sebagai satu naskah panjang yang layak jadi buku? Jawabannya, oh tentu bisa. Mari kita cek poin-poinnya.

  1. Punya naskah panjang itu tantangan tersendiri. Bikinnya lama dan sering menghabiskan energi. Karenanya ada banyak orang yang lebih senang menulis naskah yang pendek pendek. Semacam tips dan cerita pendek.
  2. Lalu bagaimana kalau naskah kita model begitu? Bukan satu dua siy, tapi banyak sekali dan beragam. Apa bisa dibukukan?
  3. Bisa lah. Yang jelas, satu buku 120-150 hlm standar itu wajib kita penuhi kalau mau bikin buku yang cukup untuk ditenteng dan bisa masuk toko toko buku besar dengan label “buku”.
  4. Langkah pertama yang mesti anda lakukan, sortir dan pilih pilih naskah pendek anda itu keseluruhannya. Mungkin anda punya seratusan naskah pendek, itu akan menyenangkan sekali.
  5. Lalu cari tema yang mayoritas banyak anda tulis; bisa sosial, makanan, resep, perjalanan, dll. Anda bebas menggolongkan tema dan ide pada saat ini ya. Ingat, berdasarkan naskah yang sudah ada. Biar anda tidak perlu bingung lagi mencari cari atau membuat yang baru.
  6. Kalau sudah ada tema yang terpilih, sortir kira kira 10-12 naskah untuk satu tema yang menarik. Anda bisa konsens pada 10-12 naskah pendek itu. Kalau total halamannya sudah 120-150 bagus sekali. Kalau tidak, sekaranglah anda mulai perlu bekerja keras.
  7. Coba buatlah setiap naskah itu menjadi 10-15 hlm, baik itu cerita atau artikel. Atau kalau anda memiliki banyak sekali tetapi kurang dari 10 atau 15 hlm, anda bisa memperbanyak judulnya.
  8. Di sini anda mesti konsisten pada tema tema yang diusung ya. Saya membuat model naskah yang seperti ini kalau tidak cukup energi untuk menulis naskah panjang. Dan menyenangkan juga. Anda bisa lihat di seri cinta, tahajud cinta, istikharah cinta, inspirasi cinta, jodoh cinta, lautan cinta, cahaya cinta, cahaya hidayah. Semuanya kisah pendek pendek. Sekali baca satu judul selesai.
  9. Bagaimanapun, menulis naskah pendek lebih gampang daripada naskah panjang. Anda hanya perlu konsisten dengan tema yang anda usung. Dan ini berlaku untuk semua jenis naskah, fiksi atau nonfiksi.
  10. Kalau tidak menyenangkan untuk menulis naskah pendek yang bisa sekali duduk anda selesaikan, sepertinya anda harus mengecek lagi motivasi anda untuk menulis. Mungkin anda tak serius ingin menulis.

Nah, jadi lebih mudah kan? Jadi menulis pendek-pendek sebenarnya adalah “menabung” untuk naskah panjang. Ya kali 300 apalagi 1000 hlm langsung sim salabim jadi. Itu siy Bandung Bondowoso bikin Candi Prambanan, eh Patung Roro Jonggrang siy….

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Ketahanan Pangan versi Ibu Saya

Telur hasil ayam piaraan ibu di rumah. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Tulisan ini sudah pernah saya share di sosmed pada awal pandemi tahun 2020. Namun ini saya share dan tulis repro di web pribadi agar tidak hilang. Sebagai jawaban praktis untuk keresahan rutin ibu ibu setiap kali jelang Ramadan, Lebaran, Liburan. Semua harga kebutuhan pokok merangkak naik setingginya, sesukanya. Kalau kita terbiasa dengan model ketahanan pangan di rumah (sesempit apapun halaman rumah kita), pasti tidak terlalu terpengaruh dengan kenaikan harga yang suka datang tiba-tiba dan biasanya nggak pernah turun lagi 😆

Lele hasil kolam di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Keberadaan pandemi dengan wabah corona (Maret 2020 sd Juni 2022) telah sedikit banyak mengubah kebiasaan kita. Ada banyak orang yang selama ini tidak “menanam”, tidak “beternak” njur bergerak. Bahkan institusi yang punya banyak lahan; TNI, Polri dll pun bergerak memberdayakan “lahan lahan nganggur” mereka untuk ketahanan pangan. Tentu akan jadi baik kalau tetap berlanjut. Biar kita tidak tergantung impor pangan dan tidak melulu makan beras, eh nasi😀

Kalau saya melihat soal ketahanan pangan dari ibu saya sejak kecil. Rumah yang tak seberapa luas itu; muka dan belakang tetap disisakan tanah kosong. Di depan untuk menanam aneka empon empon, pohon mangga, cabe, tomat, nanas, ketela, dan ada kolam lele 2x5x2 meter. Kapasitas ikan 1000 ekor. Semua orang tetangga kiri kanan sudah kebagian sepanjang waktu. Kl berlebih, ibu akan membawanya ke pasar dan pulang membawa 200rb pun sudah besar dari penjualan empon empon 😀

Tanaman ubi jalar di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Di belakang rumah untuk piara ayam kampung maksimal 25 ekor; tapi sekarang ibu piara 5 ekor saja yang bertelur tiap hari. Kalau tidak ada anak, mantu, cucunya yang pulang dan makan telur itu, dibagikan tetangga kiri kanan. Sebagian dibeli bakul jamu. Biasanya ibu juga piara ayam ayam kecil, nanti kalau ayam besar sudah tidak bertelur akan dijual dan ayam kecil pun tiba masanya bertelur.😀

Sirih dan aneka tanaman obat di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Jadinya ikan, telur, dan daging ayam akan tetap tersedia di rumah kami 😍 Sesekali kami menyembelih ayam itu kalau harga daging ayam tinggi dan kami pingin makan ayam. Mungkin itu sebabnya anak anak ibu saya (termasuk saya) kuat sekolah tinggi; kebutuhan protein untuk mikir tetap tercukupi walaupun sedang tidak punya uang😎

Tanaman jahe dan lengkuas di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Dalam kondisi seperti ini, tentu saya harus mengacungi jempol untuk ibu. Saat terjadi pandemi ya tetap anteng, mengikuti anjuran pemerintah di rumah saja. Pun kalau terjadi lonjakan harga barang kebutuhan pokok, tetap tidak beribetan ikut mengisruh. Tidak ada panic buying dalam konsep ibu saya, tidak ada rasa khawatir tidak ada lauk dan sayur, tidak menimbun sembako. Karena hidup sudah begitu bertahun tahun.

Pohon yodium obat segala luka di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Ada banyak keluarga yang baru mikirin ketahanan pangan dari rumah pas wabah ini atau juga di berbagai kondisi krisis keluarga. Tidak apa apa. Semoga diteruskan karena sistem ketahanan pangan keluarga itu sangat membantu kita semua untuk tetap survive di saat krisis atau kondisi darurat lainnya, seperti harga kebutuhan pokok yang mendadak tinggi.

Tanaman serai untuk bumbu dapur dan obat di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Ada banyak alasan untuk kita tidak menanam atau beternak, terutama karena nggak ada halaman/lahan kosong dan tentu saja tidak ada waktu karena kesibukan kerja. Tapi sebenarnya di era modern ini kita sudah punya banyak cara untuk tetap menanam dan beternak dengan praktis. Sistem hidroponik, menanam dalam pot, beternak dalam wadah tertentu atau ruang terbatas, dll strategi untuk ini sudah banyak. Tinggal kita mau atau tidak.

Pohon mangga di rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Kalau kita mau sedikit “repot” dan “ribet” menanam dan beternak, ke depannya kita punya banyak cadangan pangan yang tidak perlu beli. Karena kita sudah punya di rumah kita masing-masing. Tidak mudah, karena ini sangat berkaitan dengan mind set dan etos kerja serta karakter masing masing orang.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: