Konsistensi dalam Menulis

Manfaat dan Khasiat Sehat dari Dapur. Pesan buku wa.me/6281380001149

Besok sebagian umat Islam sudah mulai puasa Ramadhan. Sebagian lagi masih menunggu hasil sidang dari pemerintah nanti malam. Semoga apapun permulaan puasa yang kamu ikuti, tetap jaga kerukunan dan toleransi umat beragama.

Orang Islam yang paling baik, bukan mereka yang paling banyak ibadahnya; tetapi mereka yang paling baik perlakuannya kepada sesama manusia, kepada binatang, tumbuhan, dan semesta raya seisinya. Selamat berpuasa. Selamat beribadah di bulan Ramadhan. Selamat menempa diri jadi insan yang lebih baik dan lebih beriman takwa. Amin YRA.

==========

Nah, berkaitan dengan konsistensi menulis; tentu banyak yang mengalami hal-hal berikut ini.
Sulit memulai tulisan?

Menulis tidak selesai?

Merasa tidak bisa menulis?

Macet di tengah naskah?

Temanya kok klise banget?

Masih sibuk kerja.

Dan masih banyak lagi alasan yang membuat kita tidak konsisten dalam menulis. Berikut ini cara-cara demi menjaga konsistensi dalam menulis.

  1. Segera Mulai
    Saat menemukan ide, segeralah menulis meskipun sedang malas. Bila tidak ada ide, segeralah menggunakan alat tulis untuk menulis, ide akan datang dengan sendirinya. Apa saja yang ingin kita tulis, segeralah tulis. Mulailah menulis, meskipun kita punya ide atau tidak ada ide.
  2. Tentukan Waktu
    Tiap penulis punya waktu menulis yang berbeda-beda. Pilihlah yang paling membuat kita nyaman menulis. Bisa pagi, siang, sore, malam, atau larut malam.
  3. Fokus
    Kalau sudah menentukan satu proyek penulisan, fokuslah. Jangan tengok-tengok proyek lain. Kebiasaan buruk penulis baru, suka tergoda sana-sini, mencolek sana-sini pekerjaannya, dan pada waktunya tidak ada yang selesai satu pun. Semua nanggung.
  4. Isi Otak
    Baca apa saja, timba ilmu apa saja (bisa sekolah, kursus, pelatihan, dll). Bahkan kadang kalau bacaan atau ilmu itu tidak berkaitan dengan penulisan kita, tetap akan bermanfaat suatu saat.
  5. Pakai Warna
    Dalam pembuatan draft kasar di atas kertas, gunakan warna-warna yang menarik hati. Untuk membedakan mana point penting, mana yang pendukung, mana yang di depan, mana intinya, dst.
  6. Pecah-pecah
    Kalau menulis naskah yang panjang, yang tidak mungkin selesai 1-2 bulan, pecah-pecah, pisahkan dalam bagian kecil-kecil, mungkin per bab atau per bagian. Semuanya terserah kepada kesenangan masing-masing penulis.
  7. Putar Musik
    Selain membuat nyaman, memutar musik favorit kita juga sering membantu tulisan kita lebih “bernyawa”.
  8. Olahraga
    Olahraga penting buat penulis? Wajib. Menulis itu sangat menguras energi pikiran. Kalau sudah mulai tegang, otaknya panas, tinggalkan meja kerja. Keluarlah ke taman dan lakukan gerakan ringan untuk mensuplai oksigen. Setiap hari lakukan olahraga secukupnya, 20-30 menit cukup.
  9. Pasang Foto Orang Kesayangan
    Percaya atau tidak, foto orang-orang kesayangan di dekat kita, sering membuat kita lebih termotivasi dalam bekerja.
  10. Berdoa
    Tidak ada hubungannya dengan tulisan, tapi memulai menulis dan mengakhiri naskah dengan berdoa, rasanya cukup membantu kita menyelesaikan pekerjaan.

Nah, selamat mempraktikkan dan selamat menulis. Happy writing, happy rekening, happy writer, happy lifestyle ❤️

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Masalah Penulisan dan Solusinya

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis pada realitanya (tidaklah) segampang berbicara. Ada banyak orang yang pandai berbicara, tapi tak pandai menulis. Sebaliknya pun mereka yang pintar menulis, tak selalu pintar berbicara.

Keterampilan lisan dan tulis, seharusnya diseimbangkan. Tujuannya agar orang terbiasa berbicara dengan dasar karena memiliki keterampilan menulis yang baik. Berikut ini permasalahan umum penulisan dan solusinya.

1. Saya Baru, Saya Tidak Bisa Menulis
Sebagai guru penulisan, saya sering menemukan tipe yang begini. Padahal menulis ya menulis saja. Ketika anda bicara soal ide, pemikiran, anda bisa menulisnya.
Tidak ada rahasia dalam menulis. Semakin orang berlatih, semakin baik jadinya.

Solusi: menulis saja, lupakan soal yunior senior, lupakan tidak bisa menulis. Prinsipnya: menulis menyampaikan sesuatu pada sahabat dekat. Cukup itu dan menulislah setiap hari.

2. Tidak Punya Waktu
Yach, kita semua sibuk. Menulis tidak menuntut sekaligus diselesaikan. Menulis hanya memerlukan kesungguhan. 10 menit cukup. Kalau anda tidak punya 10 menit untuk menulis, lupakan saja keinginan memiliki buku; atau anda cukup bayar ghostwriter untuk menulis naskah anda. Menulis memerlukan waktu yang cukup untuk berpikir, merencanakan, menulis, merevisi, dan menulis ulang pekerjaan yang kurang baik.

Solusi: memaksa diri membiasakan 10 menit menulis dengan mengurangi nonton teve, telpon, socmed, chatt, dll. yang tidak produktif.

3. Terjebak Aspek Teknis
Sebagian besar penulis pemula terlalu sibuk memikirkan teknis, seperti bagaimana menulis, sumber idenya dari mana, tanda baca, format, dll.

Solusi: menulis saja seperti anda bercerita atau berbicara kepada orang dekat. Teknis itu mudah dibereskan.

4. Duduk Di Depan Komputer, Tapi Tak Bisa Menulis
Ya, terlalu banyak ide di kepala, tapi begitu menghadapi komputer, tak satu baris pun bisa ditulis. Anda terlalu banyak memikirkan sebelum menulisnya.

Solusi: anda harus membuat draft untuk memudahkan penulis. Perencanaan dalam bentuk draft tulisan juga membuat kita mudah menulisnya.

Seperti kalau kita baru sekali pergi dari Jakarta ke Jogja dengan mobil, tentu tidak asal jalan. Kita harus memetakan arah, memeriksa mobil dan memastikan tangki penuh, mendengarkan laporan lalu lintas untuk menghindari kemacetan dan rute alternatif, menentukan kapan harus istirahat, dst. yang membuat kita tenang karena tahu bagaimana mencapai tujuan.

5. Menulis Tanpa Pemahaman
Setiap penulis dalam menulis naskahnya pasti memiliki tujuan. Tujuan itulah yang harus anda pahami. Tanpa itu, tulisan anda akan ke mana-mana dan tidak jelas.

Solusi: dari awal tetapkan tujuan, apakah tulisan anda untuk hiburan, inspirasi, informasi, laporan, dll.

6. Terlalu Sibuk Dengan Tata Bahasa
Menulis tidak sama dengan berbicara. Memang betul. Namun, secara prinsip tidak banyak yang berbeda dari menulis dan berbicara. Ketika orang menulis dengan runtut orang yang membaca akan mudah memahami. Ketika orang bicara dengan tertib orang yang mendengar juga mudah mengerti.

Solusi: abaikan saja soal tata bahasa saat menulis, bereskan pada proses editing ketika semua konsep yang ingin anda sampaikan sudah tertulis.

7. Tidak Memiliki Mentor
Banyak penulis lahir secara otodidak, benar. Termasuk saya. Itu lebih karena pada masa itu tidak banyak pelatihan penulisan. Proses menulis menjadi lama dan harus belajar dari kesalahan sendiri. Sekarang dengan banyaknya kelas penulisan, tentu lebih mudah menulis dengan bimbingan mentor.

Solusi: cari mentor yang anda percayai. Anda boleh memilih mereka yang terpercaya dan sudah dikenal dengan karya karya baru.

8. Macet Menulis
Di tengah-tengah penulisan, tiba-tiba blank. Merasa tidak pede dengan draft yang sudah disusun. Tidak ada sesuatu yang bagus untuk dituliskan lagi.

Solusi: istirahat saja, lakukan sesuatu di luar penulisan. Macet menulis bisa karena bosan, lelah, kurang materi, kurang sehat, dll. jadi, istirahatlah dan kalau sudah fresh, anda bisa memulai lagi.

9. Keinginan Mendefinisikan
Dalam menulis ada banyak kosakata yang tidak biasa yang anda gunakan sesuai bidang penulisan. Anda terlalu khawatir orang tidak mengerti, sehingga sibuk mencari definisi kamus dan tidak menulis materi yang utama.

Solusi: lupakan soal definisi. Tulis saja nanti di lembar tersendiri ketika naskah sudah selesai.

10. Proofreading
Ada banyak penulis yang mengabaikan soal pembacaan naskah oleh orang lain. Menganggap dirinya sudah cukup “ahli”. Heloo…. tidak ada seorang penulis pun yang bisa menilai karyanya sendiri. Tetap harus dibaca dan dinilai orang lain.

Solusi: cari orang lain yang objektif. Tidak harus pintar dan sebidang, tapi cukup objektif dan jujur untuk menilai tulisan kita.

Fungsi proofreading sebenarnya lebih seperti ketika kita bikin kue tart untuk orang tersayang, tetapi kita tidak menyadari ada potongan daun buah yang melekat di salah satu sisi cokelatnya. Kebayang, pasti tidak elok dilihat secara keseluruhan. Nah, proofreading tugasnya menemukan potongan yang tidak berguna itu agar bisa diangkat dan kue tart tetap terhidang dengan sempurna.

Happy Writing, Be A Good Writer.

Ari Kinoysan Wulandari
Please follow and like us:

Manajemen Penulisan Kreatif

Cover buku Manajemen Penulisan Kreatif. Pesan buku wa.me/6281380001149.

Manajemen Penulisan Kreatif ini memuat bahasan mulai dari penulisan kreatif dan manajemennya, cara mengenal karakter diri penulis, tujuan penulisan, jenis-jenis tulisan, memulai menulis, mengatur waktu dan menetapkan deadline, memilih partner kerja yang sesuai, menyingkirkan hambatan penulisan agar naskah dapat selesai tepat waktu.

Dalam buku ini juga terdapat gambaran tentang editing naskah, tata cara publikasi, promosi atau iklan secara mandiri dari penulis, dan mengembangkan kemampuan menulis. Tidak hanya itu, terdapat juga menghitung tarif jasa penulisan yang sesuai, membuat kontrak penulisan, mengatur keuangan, perlu atau tidaknya manajer penulis, dan mengenal karakter klien.

Tawaran kerjasama kepada penulis, baik sebagai penulis pendamping, ghostwriter, atau editor freelance — dapat anda pertimbangkan yang paling sesuai.

Sebaik-baik penulis berkarya, selalu saja ada kritik dan haters. Buku ini memberikan tips praktis menghadapi kritik dan kebencian tidak berdasar. Selain itu, yang terpenting adalah langkah praktis menggunakan manajemen penulis kreatif, program penulisan naskah satu tahun dan penggunaannya untuk penulisan naskah fiksi maupun nonfiksi.

Siapapun dapat menggunakan program penulisan tersebut dengan mudah, terutama bagi anda yang ingin menulis naskah buku solo atau dengan nama anda pribadi.
Pesan buku wa.me/6281380001149

Ari Kinoysan Wulandari

#ariwulandari #arikinoysanwulandari #manajemen #penulisan #kreatif

Please follow and like us:

Prinsip-Prinsip Penyuntingan Naskah

Cover Buku Prinsip-prinsip Penyuntingan Naskah. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari. Pesan buku cetak atau bertandatangan wa.me/6281380001149.


Judul: Prinsip-prinsip Penyuntingan Naskah
Penulis: Dr. Ari Wulandari, S.S, M.A.
Penyunting: Lintang Kusuma
ISBN: 978-623-8246-45-8
Penerbit: LitNus

Sinopsis:
Penyuntingan atau editing biasa dilakukan oleh seorang penyunting atau editor. Penyuntingan naskah meupakan hal yang penting dalam publikasi atau penerbitan berbagai karya tulis, baik karya ilmiah maupun karya populer.

Oleh karena itu, memahami prinsip-prinsip penyuntingan naskah ketika selesai menulis, menjadi hal yang penting bagi setiap penulis. Mereka yang menekuni dunia penulisan sepantasnya mengetahui prinsip-prinsip penyuntingan naskah. Dengan demikian, ia dapat secara mandiri memperbaiki naskahnya.

Penyuntingan naskah secara mandiri oleh penulis akan mengurangi kesalahan dan memperkecil tingkat ketidakterbacaan naskahnya. Pada gilirannya, penyunting akan mudah membantunya mengeksekusi naskah untuk terbit. Proses penyuntingan pun berjalan dengan lebih mudah dan lebih cepat.

Materi buku ini berisi tentang hal-hal prinsip tentang penyuntingan naskah. Materi ini wajib diketahui oleh mereka yang berkecimpung di dunia penulisan, mulai dari mahasiswa, guru, dosen, penulis, hingga penyunting. Bahasannya mulai dari definisi penyuntingan, substansi penyuntingan, penyuntingan naskah sebagai ilmu dan keterampilan, aspek penyuntingan, prinsip kerja penyunting dan mitra kerjanya, proses kerja penyuntingan naskah, seputar kalimat dan paragraf, penggunaan EYD, hingga hal-hal yang berada di luar naskah, seperti urusan penerbitan, masalah plagiasi, penerjemahan, pengalihan hak cipta, hingga perubahan bentuk karya buku menjadi sinetron, web series, film, dll.

Dari materi tersebut, setiap pembaca diharapkan dapat memahami prinsip-prinsip kerja penyuntingan naskah dengan lebih baik. Dengan pengetahuan dasar penyuntingan naskah yang memadai, sekurangnya akan membantu kinerja penyunting dan mempermudah proses seleksi dan publikasi naskah.

Ari Kinoysan Wulandari

#ariwulandari #arikinoysanwulandari #prinsip #penyuntingan #naskah #bukubaru

Please follow and like us:

Tentang Royalti Penulis yang Tidak Banyak Orang Tahu

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Kadang-kadang saya gemas betul lho kalau mendengar hitung-hitungan orang atas royalti penulis. Hitung-hitungan yang sering kali salah kaprah dan berdasarkan teori matematis semata. Secara umum royalti penulis di Indonesia berada pada kisaran 5-12% dari harga jual buku. Yang umum adalah 10% dari harga jual buku dikurangi pajak 15%.

Gampangnya, kalau seorang penulis memiliki 1 buku dengan harga jual 50 ribu dengan jumlah eksemplar cetak 5 ribu, maka secara teori royalti yang diterima adalah 10% x 50,000 x 5000 = 25,000,000 dikurangi pajak 15% (25,000,000 x 15% = 3,750,000). Jadi, secara teori royalti yang harus diterima penulis = 21,250,000 (lumayan to untuk satu buku lho!)

Itu secara teori dan sering kali orang tidak melihat realitanya. Hei, royalti yang dibayarkan penerbit kepada penulis itu berdasarkan jumlah buku yang laku setiap periode royalti (umumnya hanya 2-4 kali dalam setahun, ada yang 6 bulanan, 4 bulanan, atau 3 bulanan). Nah, masalahnya kalau bukunya laku semua dan dijual dalam harga yang riil (50 ribu) memang 21,250,000 itulah yang diterima oleh penulis.

Wah, tentu saya bahagia sekali kalau ternyata penerbit begitu buku saya terbit langsung membayar royalti saya sesuai jumlah cetaknya….. karena ini yang dihitung-hitung oleh orang dan saya tidak mau repot menjelaskan rinci selain ucapan terimakasih.

Alhamdulillah karena berarti itu saya kaya banget lah. Hitung saja, buku solo saya sudah 140 dan mayoritas terbit di penerbit major yang terus saja dicetak ulang. Alhamdulillah. Heheh….

Terus bagaimana kalau bukunya tidak semuanya laku? Dari lima ribu baru laku seribu? Ya seribu eksemplar itu yang dibayarkan. Kalau kurang dari itu? Ya yang terjual itu yang dihitung royaltinya.

Belum lagi kalau bukunya sudah lewat masa dan harus dijual dengan harga murah, jadi masalah lagi karena royalti akan lebih kecil. Selain itu juga ada permasalahan buku-buku yang dibeli proyek pemerintah, royaltinya hanya sekitar 2-5% sehingga besaran royaltinya juga menjadi sangat kecil. Miris?

Tidak apa, saya sudah biasa saja. Sudah mengalami menerima royalti per satuan buku cuma ribuan sampai yang puluhan juta. Jadi tak perlu kaget. Orang kagetan itu tanda kurang ilmu.


Itu kenapa juga ada banyak penulis yang males menulis dengan sistem royalti, lalu mereka pilih menulis dengan jual beli putus. Meski ini nilainya juga sangat rendah di industri kreatif kita. Satu halaman tulisan jadi yang sudah bagus standar dihargai hanya sekitar 20-50 ribu perak –bahkan banyak yang kurang dari itu, apalagi kalau lewat agensi-agensi yang pemiliknya seperti lintah darah menghisap kerja rodi penulis-penulisnya–, tidak terhitung berapa kali revisi. Jadi kalau menulis 100 halaman saja, duitnya ya 2-5 juta perak.

Tidak menyangka kan? Yach, itu realita dunia industri kreatif kita. Jadi maklumkanlah kalau kemudian pemerintah memberi charge beli putus buku antara 8 sd 50 juta per naskah itu pesertanya membludak, mesti dengan aturan administratif yang nggak ringan.

Makanya saya bersyukur banget kalau ketemu klien yang baik, “Sudah Mbak Ari, saya tidak tahu berapa harga tulisan. Saya sudah seneng dengan bab awalnya dan silakan tentukan harganya. Kalau kemahalan saya akan tawar, kalau tidak saya akan membayar saja.”

Bahagianya saya kalau begitu, dan itu sering saya anggap berkahnya menulis sebaik-baiknya. Toh ada juga lho yang kurang ajar, sudah dibikinkan contoh awalnya, lalu bilang kemahalan dan kabur…. meminta orang lain menulis, tapi bab awalnya punya saya dipake, nggak dibayar dan nggak ada omongannya. Ya wislah, itu akan jadi sandungan rezeki dia sendiri.

Karena begitu tidak pastinya kinerja penulis di Indonesia, waktu saya masih di Multivision Plus Jakarta —hei, di sini bayarnya banyak tapi kerjanya juga abis-abisan, salah satu bapak angkat saya yang ada di jajaran direksi BUMN, mendesak saya agar keluar dari MVP dan masuk BUMN lalu sekolah lagi, tapi saya menolak.

Di Jogja pun, setelah saya hengkang dari MVP dan sekolah lanjut atas keinginan dan biaya sendiri, orang tua angkat saya yang dokter dan punya beberapa klinik kecantikan mendesak agar saya membantunya di manajemen, tidak usah menulis. Aduuuh. Masih banyak lainnya. Yang terpenting sebenarnya, saya emoh “berhutang budi” sama siapapun. Gaweyan saja kok nebeng dicariin orang. Lha kita sekolah tinggi kan biar layak untuk dapat kerja secara mandiri 😀

Hidup adalah pilihan. Bekerja tidak semata-mata uang, tapi juga jangan karena menuruti keinginan lalu hidup miskin dan kere. Justru saya toh yang mesti membuktikan kalau menulis bisa digunakan untuk hidup sebaik-baiknya. Saya mengawal adik-adik saya sampai sarjana dengan menulis. Saya sekolah lanjut ya dari menulis. Bukan dibiayai orang tua angkat atau beasiswa atau bea instansi. Semua tinggal seberapa keras usaha kita.

Nah, sekarang bagaimana? Anda masih ingin jadi penulis? Pikirkan lagi….. lebih enak kerja kantoran to? Rajin nggak rajin, kerja keras atau sosmed-an di kantor, tiap bulan anda gajian…..

Itu kenapa jangan heran kalau saya rajin menyuruh orang mempromosikan bukunya —termasuk saya sendiri— ya karena royalti yang saya terima tergantung dari jumlah buku yang terjual. Jadi ada baiknya anda membantu saya dengan membeli buku-buku saya.

Tidak harus lewat saya, anda bisa langsung ke toko buku, ke toko toko online atau langsung ke penerbitnya. Pesan lewat yo boleh. Tinggal cari judul bukunya dan kirim pesan ke wa.me/6281380001149. Tentu jangan lupa transfer duitnya yaa….

Salam Happy Writing,
Ari Kinoysan Wulandari

#ariwulandari #arikinoysanwulandari #kinoysanstory #royalti #penulis

Please follow and like us:

Biografi Rektor UNS (2)

Hal Tidak Terduga
Setiap naskah baru, apapun bentuk kerja samanya; saya kerjakan sebaik-baiknya. Dan njur saya penasaran nanti produknya seperti apa. Alhamdulillah, meskipun di last minute jelang akhir Oktober baru rampung fix, buku ini tepat waktu dirilis tertutup 8 November 2021 dalam format luks menarik. Alhamdulillah. Maturnuwun untuk tim Penerbit UNS.😊
.
Ketika saya matur Prof Jamal kekhawatiran kawan-kawan penerbit yang mencolek saya, beliau menjawab ringan; sudah agak biasa itu. (Maksudnya masih ada waktu). Lalu saya bertanya ke Pak Soni (Sekretaris Rektor) kapan janji ke Penerbit, beliau ringan menyambung, “Pokoke saya manut penulisnya.”
.
Hehe… akhirnya saya mengirim naskah tambahan jam 01 an wib, beliau berdua merespon sekitar 03 an wib 😂 Begitulah orang-orang super. Jam 03 an pagi semua sudah progress kerja.😆
.
Cahaya dari Lereng Gunung Merapi isinya apa? Ya tentu saja perjalanan hidup beliau, Prof Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum. dari awal hingga pada posisi sekarang. Kisah ini agak berbeda dari kebiasaan biografi; karena alur ceritanya bercampur kronologis dan flashback.
.
Butuh ketelitian dan kecermatan saat menulis agar tidak ada kisah yang terlewat. Terlebih dengan banyaknya narsum yang pingin ikut ngomong sumbang saran. Ada banyak tips trik praktis pula yang diceritakan untuk akselarasi semua aspek kehidupan. Anda yang mau piara ikan koi, boleh cek tips praktisnya beliau. 😊
Buku ini tebal 466 hlm full colour dengan foto-foto istimewa, berikut pengantar RI-1, RI-2, (mantan) Panglima TNI, Menko Marivest, Walikota Solo; dan 85 testimoni dari menteri menteri, pejabat setingkat menteri, rektor-rektor dari dalam dan luar negeri, keluarga, rekan dan sahabat 😍🤗
.
Salah satu kisah yang bikin saya takjub itu beliau mendapatkan gelar guru besar (profesor) 5 tahun setelah lulus doktor 😀 Lalu memformat transisi UNS PTNBLU ke UNS PTNBH yang kudunya 2.5 tahun jadi hanya 2.5 bulan. Biyuuu… 😃😅
.
Saya kebayang itu semua civitas akademika UNS betapa oyak-oyakan kerjanya. Tapi saya lihat beliau praktis, rapat ki mung 5 s/d 15 menit. Langsung kerja.kerja.kerja. Kalau ada kesulitan bilang, kalau nggak ada hasilnya kudu sesuai target.😀
.
Dan di buku ini beliau jujur sekali, tidak takut kesehariannya yang sederhana terekspos. Termasuk kebandelan di masa belianya. Hal buruk-buruk pun tetap diizinkan untuk muncul di buku ini. Jadi bukan hanya prestasi dan prestise, pun dosa-dosa remaja beliau ceritakan dengan apa adanya. 😃🤗
.
Jadi anda yang ingin tahu lebih banyak tentang beliau, bisa membaca buku ini. Bagi anda yang dosen mo cepet guru besar, ya baca tips dari beliau aja. Di pict saya sertakan potongan isi teks, di luar prestasi dan prestise 😅
.
Pesan buku ini lewat saya yo bisa. Silakan wa.me/6281380001149. Membeli buku ini berarti anda turut serta pada program UNS Peduli karena seluruh hasil penjualan buku ini, masuk ke rekening UNS Peduli untuk berbagai kegiatan sosial kemanusiaan.
.
Please follow and like us:

Buku dalam Bahasa Inggris

Alhamdulillah 💖🙏
.
Mata saya masih mengembun menatap deretan chat saya dengan editor penerbit buku internasional. Salah satu jurnal saya, menarik perhatian mereka. Penerbit ingin saya membuatnya menjadi buku lengkap dalam bahasa Inggris.
.
Free charge, dengan sistem royalti, dan distribusi seluruh dunia. Lebih kurang sama dengan aturan main penerbitan buku di penerbit major di Indonesia. Waaah, rasanya senang sekali 💖

 

Belum kebayang start penulisannya. Sekurangnya saya bertemu dengan penerbit profesional tanpa perantara. Editornya detail menjelaskan segala hal yang saya tanyakan untuk prosedur penerbitan, hak kewajiban, dll.
.
Wes Ri, deadlinemu tambah💪 Ojo nonton bae 😂 Nonton siy tetep yes. Itu salah satu bahan bakar otak tetap kreatif 😂
.
Kamu ada referensi film/serial bagus yang kudu saya tonton 🤔 Nah kan, nah kan…
.

 

Please follow and like us: