Konflik di dalam Cerita

Cerita rakyat suatu daerah biasanya memiliki konflik cerita yang setipe dengan berbagai cerita rakyat lainnya di seluruh dunia.

Dalam cerita, konflik memegang peranan penting. Konflik menjadikan cerita hidup; karena ada masalah yang harus diselesaikan oleh tokoh-tokoh utama. Penyelesaian konflik itulah yang ditunggu pembaca dalam prosesnya bab demi bab dari awal hingga akhir. Mari kita cek hal-hal yang berkaitan dengan konflik.

  1. Konflik adalah unsur fundamental dari fiksi karena dalam naskah fiksi, satu-satunya hal yang penting adalah MENARIK.
  2. Dibutuhkan keterampilan dan keahlian untuk mengubah tema-tema kehidupan ke dalam sebuah cerita; mulai dari kelahiran, pertumbuhan, cinta, keluarga, kerja, perjalanan, menua, hingga kematian.
  3. Konflik yang menghasilkan keteganganlah yang membuat cerita bisa dimulai. Ketegangan dapat diciptakan dari pertentangan antar karakter; karakter dengan kekuatan internal atau eksternal; bisa juga dengan kondisi.
  4. Dengan menyeimbangkan kekuatan yang saling berlawanan dari konflik, kita tetap bisa mengajak pembaca terpaku pada halaman naskah dan bertanya-tanya bagaimana cerita akan berakhir.
  5. Konflik yang bisa kita bangun, lebih kurang dari:
    • Protagonis terhadap individu lain
    • Protagonis melawan alam (atau teknologi)
    • Protagonis terhadap masyarakat
    • Protagonis terhadap Allah (atau keyakinannya)
    • Protagonis terhadap dirinya sendiri
  6. Konflik dapat dibangun dengan cara menggoda pembaca, tidak memberikan segala sesuatunya dan baru dibuka di akhir cerita.
  7. Konflik juga biasa dimunculkan dengan memberdayakan karakter-karakter utama, sehingga tensinya sangat tinggi.
  8. Kondisi yang surprise, tidak diperkirakan oleh pembaca juga dapat digunakan untuk menyajikan konflik.
  9. Karakter-karakter yang dari awal menimbulkan simpati dan empati pembaca, dapat juga kita jungkirbalikkan sebagai “antagonis” sehingga konflik menjadi terasa dan bisa menambah napas cerita.
  10. Yang penting diingat dari konflik, bentrokan yang sepele atau terlalu dangkal juga akan menyebabkan cerita yang dangkal dan kurang menarik.

Menulis adalah keterampilan pribadi. Seberapa pun banyaknya teori penulisan, tetap tidak bisa seratus persen kita ikuti. Karena setiap pribadi unik dengan cara dan ekspresi penulisannya. Yang pasti, menulislah dengan cara kita sendiri. Perhatikan apa saja yang penting sehingga cerita kita MENARIK dengan semua unsur yang membentuknya.

Happy Writing, Be a Good Writer 🙂
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Membahas Tentang Cerpen

Inspirasi Cinta ini bentuk tulisannya cerpen per cerpen. Buku bisa diakses di amazon.com

Banyak orang lebih memilih menulis cerpen daripada bentuk tulisan lainnya. Karena menganggap menulis cerpen bisa pendek, lebih mudah, bisa sekali duduk menulis hingga rampung, nggak banyak konflik. Tapi apa siy sebenarnya cerpen itu?

  1. Cerpen adalah cerita pendek, fiksi berupa prosa dan biasanya disebut lengkap dengan “prosa naratif fiktif”. Tapi sebutan itu tidak populer dan lebih sering disebut cerpen.
  2. Umumnya cerita pendek sekitar 8-10 ribu karakter. Aturan ini bisa lebih kurang sesuai dengan format dan kepentingan.
  3. Cerpen memiliki opening, inti konflik, dan ending. Porsi ini harus dipikirkan agar berimbang dan membaca cerpen menjadi menyenangkan.
  4. Kisah dalam cerpen tidak boleh “terlalu beda jauh” dengan kisah sehari-hari. Kalau beda jauh akan menjadi aneh dan janggal.
  5. Tema cerpen sebaiknya tidak “klise”. Atau kalau terpaksa mengangkat tema klise, pastikan menggarapnya dengan cara yang “istimewa”.
  6. Ide cerita cerpen biasanya berasal dari “karakter yang menarik” atau “plot yang keren”.
  7. Cerpen yang bagus biasanya ada “pesan moral” yang tersirat, bukan tersurat. Pesan moral adalah kesimpulan yang ditarik oleh masing-masing pembaca setelah membaca cerpen. Bukan quote, petikan ayat-ayat, doktrin, dll.
  8. Cerpen umumnya menggunakan dialog lebih banyak daripada narasi. Perbandingan dialog biasanya 70:30, 80:20 atau 90:10 bahkan ada cerpen yang 100 persen isinya dialog semuanya.
  9. Cerpen menggunakan bahasa yang sederhana, praktis, lugas, dan to the point. Jangan bebani pembaca dengan kata-kata puitis yang maknanya tidak langsung diketahui.
  10. Ending harus surprise sehingga pembaca terkesan. Berbeda dengan novel, cerpen sebaiknya endingnya tegas, sad ending atau happy ending. Ini bukan aturan baku, tetapi saat membaca cerpen umumnya orang ingin mendapatkan kepastian apa yang terjadi pada tokoh utamanya.

Menulis satu cerpen setiap minggu sepertinya bisa jadi hadiah untuk menjernihkan pikiran 🙂 Selama satu tahun anda bisa menulis 50 an cerpen yang bisa dibukukan jadi 5 judul buku berbeda. Betapa menyenangkan 🤩

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Mengulas Tentang OUTLINE

Menulis buku akan lebih mudah bila kita menggunakan outline. Buku anak bisa dipesan via wa.me/6281380001149.

Secara prinsip, menulis materi “panjang” akan lebih mudah bila sudah ada gambaran keseluruhannya. Dengan demikian, saat menulis sudah bisa fokus untuk menyelesaikan naskah. Hal ini biasa disebut dengan adanya outline. Mari kita cek hal-hal yang berkaitan dengan outline.

  1. Outline adalah kerangka, regangan, garis besar, guratan, sinopsis global, ringkasan seluruh cerita. Outline merupakan rencana penulisan dengan membuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap; rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur.
  2. Outline sangat penting sebagai pemandu langkah demi langkah dalam proses penulisan. Outline yang bagus ibarat 80 persen materi siap. Tinggal mengetiknya sebagai bentuk naskah lengkap.
  3. Outline masing-masing penulis sangat tergantung dari karakter dan kepribadian penulisnya. Ada yang garis besar saja, ada yang rinci bab per bab, ada yang lebih detail sampai ke karakter dan adegan. Pilihlah yang paling mudah bagi anda.
  4. Outline yang paling baik adalah outline yang membuat kita bisa fokus dan terus menulis sampai selesai; hindari menilai dan mengatakan outline anda tidak bagus. Harus pede bahkan dari sejak membuat outline.
  5. Apakah boleh keluar dari outline yang sudah dibuat? Tentu saja boleh. Tapi ingatlah, outline dibuat agar kita tidak keluar jalur. Jadi fokuslah pada yang sudah dioutlinekan agar tidak semakin bingung dan naskah segera selesai.
  6. Bagaimanakah mengatasi keinginan untuk mengubah cerita dari outline karena ada ide baru? Berhentilah menulis. Tuliskan ide baru itu dalam kertas/file kerja lainnya. Lalu kembalilah menulis sesuai outline.
  7. Saat membuat outline, sebenarnya kita sudah diajak “merancang” keseluruhan kinerja kita, baik kinerja intrinsik (judul, premis, opening, isi/konflik, dialog, karakter, setting, suspense, ending, dll) maupun kinerja ekstrinsik (segmentasi, berapa lama dikerjakan, kemasan produk, dll).
  8. Bagaimana cara mudah membuat outline? Pakai rumus 5W dan 1H, what: apa ceritanya?; why: mengapa cerita/peristiwa itu terjadi?; where: di mana cerita berlangsung?; when: kapan cerita berlangsung?; who: siapa yang menjadi tokoh ceritanya?; how: bagaimana jalan ceritanya?; jawaban itulah yang menjadi rangkaian cerita dalam novel.
  9. Bolehkah saya menulis tanpa menggunakan outline? Boleh, asal anda bisa menjaga konsistensi cerita secara keseluruhan. Ingat, dengan outline anda tak perlu mengingat-ingat keseluruhan cerita (semisal 200 halaman di otak anda), cukup menuliskannya sebagai outline dan bisa melihatnya kapan saja. Dengan outline kita juga mudah mengetahui kekurangan dan kelebihan format cerita kita.
  10. Kenapa saya sudah pakai outline tapi tetap macet di tengah penulisan? Jawabannya macam-macam; bisa bosan, malas, materi kurang, tidak menguasai materi, dll. Tinggalkan meja kerja. Cari tahu masalah anda, lalu selesaikan. Kalau bosan, refreshing. Kalau malas, cari motivasi kenapa menulis. Kalau materi kurang, tambah lagi dengan browsing, baca, cari narasumber. Kalau tidak menguasai materi, carilah ahli sebagai pendamping.

Happy Writing. Be a Good Writer 🙂
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Produktif? Gampang Kok!
Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Tips Menulis Novel

Di buku ini ada banyak tips penulisan novel. Pesan buku wa.me/6281380001149.

Menulis novel adalah hal yang (tidak terlalu) gampang dan perlu komitmen untuk menyelesaikannya. Tips berikut seputar cara untuk membantu proses penulisannya.

  1. Membaca berbagai jenis fiksi yang memperkaya wawasan. Membaca bukan sekedar menikmati, tetapi mencatat kelebihan dan kekurangannya, mengetahui karakter, teknis cerita, dll.
  2. Jangan membatasi diri pada satu jenis genre tertentu. Coba terus sampai menemukan jenis tulisan yang pas dan sesuai dengan hati.
  3. Jangan takut membuat “abu-abu” dalam genre yang sedang ditulis. Misalnya menulis kisah cinta, jangan takut membuatnya menjadi komedi romantis atau kisah asmara dengan pembunuhan, dll.
  4. Jangan menulis untuk pasar (mengikuti trend), tulis saja apa yang ada di hati. Biasanya yang seperti ini hasilnya lebih baik.
  5. Kehidupan nyata adalah sumber inspirasi dan sumber karakter yang tak pernah habis. Temukan tokoh-tokoh dan cerita anda dari kehidupan nyata.
  6. Jangan memberikan karakter yang sempurna dan berikan rintangan yang sulit untuk karakter cerita agar napas cerita cukup dan menyenangkan.
  7. Pikirkan tema-tema yang abadi, seperti kelahiran, cinta, pengorbanan, persahabatan, kehidupan, kematian, iman, takdir, perjuangan, cerita rakyat, dll.
  8. Berikan ruang yang cukup bagi pembaca untuk berpikir. Penulis tidak perlu menjejali kisah secara detail setiap menitnya, termasuk tidak perlu memberitahukan semua pemikiran karakternya.
  9. Penggunaan kata-kata deskripsi yang melibatkan panca indera akan membantu pembaca “terlibat” secara emosional di dalam naskah.
  10. Ketika editing pribadi, periksalah plot yang kurang, inkonsistensi karakter, adegan yang hilang, adegan yang asing, akurasi data dalam penelitian, tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Tanyakan pada diri sendiri apakah setiap paragraf, kalimat, dan kata benar-benar penting untuk cerita tersebut. Jika tidak, silakan delete. Hati-hati dalam koreksi tata bahasa, tanda baca ejaan. Semakin sedikit kesalahan semakin baik.

Happy Writing, Be A Good Writer 🙂
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Membahas Setting Cerita

Unforgettable Tokyo. Pesan novel bisa wa.me/6281380001149.

Setting sering disebut dengan latar belakang cerita. Setting sering diidentikkan dengan lokasi cerita. Setting sering dianggap budaya dalam cerita.

Segala hal yang menjadi latar belakang cerita dari awal sampai akhir, itulah yang dimaksud setting.

Pada umumnya setting terdiri dari:

  1. Waktu: kapan peristiwa terjadi, bisa masa lalu, masa sekarang atau (prediksi) masa depan.
  2. Tempat: di mana peristiwa dalam cerita terjadi, misalnya di sekolah, di kantor, dll.
  3. Budaya: adat dan budaya apakah yang digunakan, misalnya budaya Jawa, budaya Betawi, dll.
  4. Suasana: suasana atau situasi dan kondisi seperti apa yang melingkupi cerita dalam novel tersebut; apakah semangat, sedih, gembira, bahagia, dll.
  5. Latar belakang dan kepribadian karakter; apakah karakter di dalam cerita ini orang yang penyendiri, pendengar yang baik, ramah, mudah bergaul, baik hati, dll.

Untuk memudahkan penulisan, di awal-awal bila menulis novel, ambillah setting yang paling kita kenali dan kita kuasai dengan baik. Dengan demikian, kita tidak perlu membuang waktu untuk melakukan penelitian atau riset. Setting yang kita kenal baik, pasti akan memudahkan kita dalam membuat deskripsinya.

Misalnya, kalau kita tinggal di Jakarta setiap hari sibuk dan mengetahui hiruk pikuk kota Jakarta, tentu sangat mudah bagi kita untuk menuliskannya.

Sebaliknya, kalau kita menuliskan setting kota London, sementara kita belum pernah tinggal di sana, tentu butuh waktu banyak untuk melakukan riset atau wawancara dengan orang-orang yang tinggal di London.

Jadi, pilihlah setting yang paling kita kenal untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan kita dalam menulis novel.

Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!

Please follow and like us:

Ritual Sebelum Menulis

Supermarket Supercinta. Pesan novel wa.me/6281380001149.


“Apa ada ritual khusus sebelum menulis?”
Mo ketawa nggak ketawa saya mendapat pertanyaan ini. Jawaban saya: dengan banyak ritual😀

  1. Kudu wes bangun, sadar; karena kalau tidur nggak bisa nulis 😂
  2. Mandi bebersih serapinya, senyamannya, secantiknya seperti orang mau kerja kantoran. Ya ini, semacam penambah semangat.
  3. Makan minum secukupnya biar full energi. Nulis dengan perut kenyang bikin pikiran tenang. Kalau puasa, ya sesuaikan saja.
  4. Rapikan meja kerja. Siapkan perangkat menulis; laptop, draft kerja, buku-buku referensi, alat tulis catat, rekaman, dll kruncilan yang perlu. Setting pada posisi siap pake.
  5. Pasang musik kalau suka. Kalau nggak ya nggak usah ikutan.
  6. Siapkan air minum dan cemilan kalau senang. Bagi pengemil tidak disarankan karena anda bisa ngemil saja tanpa beneran nulis 😂😅
  7. Berdoa dan mulai bekerja. Cek-cek 30 menitan break 1-2 menit biar rehat mata. Kalau sudah 2 jam an sebaiknya berhenti 10 an menit, sebelum kembali nulis.

    Nah ritual itulah yang bikin saya tetap semangat menulis dan cukup banyak tulisan setiap kali kerja.

    Ritualmu beda? Ya gak apa-apa. Tiap penulis punya aturan main berbeda saat mulai kerja 😀👍 Yang penting produktif nulis, sehat, happy, banyak uang, banyak piknik, banyak berbagi 💖🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kalau Kita Menyunting Naskah

Wonderful Bangkok. Pesan novel wa.me/6281380001149.

Pada prinsipnya, penyuntingan naskah itu memperbaiki kekurangan naskah dan menjadikan naskah lebih baik.

Proses ini bisa menjadi beragam, tergantung kualitas dasar naskahnya. Kadang-kadang naskah yang sudah bagus, nyaris tidak memerlukan campur tangan editor, karena dari konten, gaya bahasa, template, dan ejaan pun sudah sesuai. Ini sungguh editornya “beruntung” karena nggak perlu capek capek kerja.

Namun untuk materi naskah yang hampir semuanya “bermasalah” editor harus bekerja sangat ekstra.

  1. Masalah isi
    Periksa keseluruhan, lengkap atau tidak dari judul, pengantar, daftar isi, materi bab per bab, penutup referensi, biodata penulis, lampiran bila ada.

Bila sudah, cek cek pula materi tiap bab, imbang, ilustrasi benar, materi cukup.

Cek hubungan antar bab, apakah sesuai atau ada yang diubah.

Materi untuk fiksi menyesuaikan standar.

  1. Masalah gaya bahasa
    Apakah penulis menggunakan style tertentu yang tidak biasa?

Perlukah diubah? Ataukah sudah sesuai standar penerbit/media/PH?

  1. Masalah template atau aturan format standar.
    Sudah sesuaikah?

Jumlah halaman?

Model penulisan bisa diterima atau harus diubah total?

  1. Ejaan dan pengetikan
    Hal sepele yang sering diabaikan adalah salah ketik dan salah ejaan. Perhatikan hal ini, kalau terlalu berat serahkan korektor; hanya checking kata demi kata.

Penyuntingan yang paling berat pada tataran isi dan struktur. Karena ini melibatkan kemampuan, wawasan, kejelian melihat potensi pasar, kekuatan naskah, pengalaman pribadi yang turut jadi pertimbangan, dll sehingga naskah menjadi paripurna dan meraih potensi bestseller nya.

Penyuntingan materi, biasanya dilakukan oleh ahli di bidang yang bersangkutan, baru kemudian diserahkan pada editor profesional.

Artinya naskah tersebut secara konten sudah divalidasi tidak menyesatkan. Tugas editorlah yang kemudian menyempurnakan naskah sesuai standar masing masing kepentingan atau institusi.

Jadi sebenarnya, kalau kita menulis dan mengedit sendiri; itu melakukan banyak sekali pekerjaan “orang”. Dan ini tidak mudah. Tapi belajar memang selalu butuh investasi; waktu, uang, sarpras dan niat.

Bagaimanapun, naskah awal yang bagus lebih berpotensi diterbitkan daripada naskah awal yang masih acak acakan.

Semoga membantu ya 😀🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: