Ide-Ide Tulisan

Baik karya kecil atau besar, sederhana atau rumit; semuanya berasal dari ide.

Ide adalah kunci pokok penulisan. Tanpa ide kita nggak bisa menulis apa-apa. Dari mana ide diperoleh? Bisa dari mana saja. Yang paling penting untuk diingat, ide nggak bisa dicari, tetapi harus ditemukan. Berikut ini beberapa hal yang perlu kita ketahui berkaitan dengan ide.

  1. Ide harus menarik, penting, dan bermanfaat.
  2. Ide tidak harus selalu baru, mungkin hanya perlu inovasi dan modifikasi dari yang sudah ada.
  3. Ide bisa lahir dari pengalaman, pengamatan, dan imajinasi. Salah satu saja sudah cukup banyak untuk menulis.
  4. Ide bisa diperoleh dengan bertukar pikiran, membaca, silaturahmi, olahraga, menari, berwisata, main musik, atau bahkan sekedar mendengar berita dan mengintip social media.
  5. Jangan alergi dengan kegiatan di luar penulisan, ide umumnya lebih banyak dari dunia di luar penulisan.
  6. Jadilah orang yang terbuka dan mudah membaur dengan segala kalangan. Di sana ide bertebaran dengan bebas dan tinggal menunggu kita tangkap.
  7. Setiap ide yang muncul kapan saja, sebaiknya didokumentasikan. Terserah caranya. Bisa ditulis tangan, bisa diketik, bisa direkam, bisa dipotret, bisa divideokan…. yang penting jangan sampai kehilangan ide hanya karena tidak mendokumentasikan.
  8. Cek-cek bank ide. Tiap bulan bersihkan yang tidak penting, simpan ide yang bisa diubah jadi naskah dan diuangkan.
  9. Kalau bener-bener nggak punya ide, jangan memaksa diri. Tinggalkan saja urusan penulisan, mungkin perlu istirahat, wisata, atau sekedar bermain dengan binatang piaraan atau silaturahmi.
  10. Saat mulai menulis, prioritaskan ide yang disukai orang, yang kita kuasai, yang gampang menulisnya, dan banyak atau mudah referensinya.

Percayalah, kalau sudah jadi penulis…. akan begitu banyak ide, bahkan rasanya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, 12 bulan setahun terasa begitu cepat untuk menyelesaikan ide menjadi satu buku/film yang bagus. Biar ringan, prioritaskan ide yang simpel. Tulis yang gampang saja. Biar karyanya cepet banyak dan produktif.

Yang mau tahu lebih banyak soal ide bisa ngecek dan baca di buku ini:
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Beginilah Sebaiknya Ending Cerita

Ending Cerita Rakyat biasanya sudah ada pakemnya.

Dari banyak bagian cerita, menulis ending kadang menjadi hal yang sulit. Ending sering menjadi ingatan panjang atau dilupakan begitu saja oleh pembacanya. Oleh karena itu, membuat ending perlu perhatian ekstra. Mari kita cek-cek tentang ending.

  1. ENDING atau akhir cerita sering menjadi bagian yang ditunggu-tunggu oleh pembaca atau penonton film. Jadi, jangan sia-siakan harapan mereka. Berikan ending yang sangat surprise atau tidak terpikirkan oleh mereka.
  2. ENDING merupakan bagian fiksi yang sangat penting. Ini dapat menjadikan cerita bisa ditulis atau menghentikan tulisan kita.
  3. JK Rowling menulis ending serial Harry Potter sebelum buku pertamanya diterbitkan. Cara ini membuatnya yakin bahwa seluruh peristiwa yang terjadi sebelumnya haruslah menuju ending dan membimbingnya untuk menulis serial yang panjang tersebut.
  4. Menulis novel bisa dimulai dari ending terlebih dahulu. Sebagian besar penulis melakukan hal ini, karena dengan demikian ia tahu apa tujuannya menulis. Menulis novel dengan ending lebih dulu, biasanya juga membuat lebih semangat karena “seolah-olah cerita sudah selesai”.
  5. Pada saat merancang ending, kita harus yakin dan membuat ending yang efektif sesuai dengan plot serta planning cerita dari awal.
  6. Pada umumnya ending terdiri dari tiga jenis, yaitu HAPPY ENDING (bahagia), SAD ENDING (sedih), dan CLIFF HANGER (menggantung, terbuka, diserahkan pada persepsi pembaca atau penonton).
  7. Setiap penulis bisa memilih jenis ending yang paling disukainya. Tidak masalah apakah happy ending, sad ending, atau cliff hanger, yang penting penyajiannya istimewa. Bisa diambil dengan ungkapan-ungkapan yang istimewa atau peristiwa yang luar biasa.
  8. Kadang-kadang naskah yang sudah selesai berbulan-bulan, masih dibiarkan oleh penulisnya karena merasa belum mendapatkan ending yang pas dan sesuai.
  9. Ending mungkin hanya bagian kecil. Namun dampaknya luar biasa. Ending sering menjadi bahan pembicaraan dan diskusi dibandingkan dari keseluruhan cerita dalam sebuah novel. Jadi, berikan porsi yang lebih banyak untuk menggarap ending agar mendapat ending yang terbaik.
  10. Cara membangun ending yang efektif:
    Ini hanya contoh format untuk penulisan cerita fiksi yang sederhana, anda bisa mengembangkan sendiri.

OPENING:
Tiga orang pendaki memutuskan untuk mendaki Puncak Mount Everest karena hanya gunung ini yang belum mereka taklukkan.

BUILD UP:
Mereka mulai mendaki tanpa mengatakan kepada siapapun, karena mereka tahu hal itu berbahaya dan pasti akan dilarang oleh keluarga mereka.

DILEMMA:
Satu pendaki jatuh, tetapi dapat diselamatkan dari kematian. Sayangnya, dia terluka parah dan kakinya patah.

EVENTS:
Tiga pendaki terpaksa menghabiskan malam dengan tidak nyaman di gunung. Suhu dan cuaca memburuk. Pendaki yang terluka dan patah kaki, semakin parah sakitnya.

ENDING:
Happy Ending
Salah satu pendaki memiliki suar untuk meminta pertolongan dan ketiga pendaki dapat diselamatkan oleh tim penyelamat.

Sad Ending:
Helikopter datang menyelamatkan mereka, tapi sudah terlalu terlambat. Pendaki yang terluka meninggal.

Cliff Hanger:
Pendaki yang terluka menyuruh kedua pendaki lain turun mencari bantuan. Yang terluka tinggal sendirian dan berusaha menahan sakit. Apakah dua pendaki yang turun akan kembali dan menolongnya?

Nah, kalau ingin cepat mahir membuat ending, anda bisa berlatih membuat ending dari cerita tersebut. Menulis adalah masalah praktik dan berlatih. Teori penulisan hanya pendukung agar kita tidak salah jalan.

Happy Writing, Be a Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tips Memperbaiki Novel

Novel yang terbit di penerbit mayor biasanya sudah melewati proses perbaikan berulang kali.

Setelah naskah novel selesai, endapkan dulu, lalu lakukan perbaikan atau editing pribadi. Hal-hal yang perlu dicek:

  1. Salah ketik; sepele tapi suka bikin sebel editor. Jadi, tolong jangan ada salah ketik.
  2. Judul; apa sudah keren dan bikin penasaran? Kalau belum, carilah bantuan untuk memperbaikinya.
  3. Cerita logis atau tidak; misalnya ketemu pertama kali jatuh cinta, itu logis; tapi ketemu pertama kali langsung bilang cinta, itu tidak logis.
  4. Terlalu banyak kebetulan…. hayo, ngaku saja, pasti banyak yang begitu; tokoh nggak saling kenal tahu-tahu ketemu di mall, tahu-tahu ketemu juga di rumah teman; dalam novel tidak ada yang kebetulan harus berprinsip IF – THEN, jika A maka B, dst.
  5. Alur kedodoran; misalnya di halaman pertama diceritakan si tokoh baru kelas satu SMA, tanpa ada penjelasan atau apapun tahu-tahu lulus SMA. Harus jelas, harus cepat alurnya, tidak boleh lompat-lompat.
  6. Dialog; jangan sampai (larangan banget) tokoh satu sama lainnya ngomongnya sama. Periksa juga gaya bahasa yang digunakan.
  7. Adegan per adegan; apakah benar-benar penting dan memajukan cerita atau cuma omong-omong pepesan kosong. Adegan per adegan yang bagus bisa dibangun dari konflik yang bagus.
  8. Karakter tokoh harus realistis; heeei banyak-banyaklah melihat dan membaca orang, tidak ada seorangpun di dunia ini yang sempurna.
  9. Setting; hayo, sekali lagi cek apakah realistis, bisa diterima, termasuk kalau setting novelnya dunia fantasi. Cek juga point of view atau sudut pandang penulisannya, harus konsisten.
  10. Opening, inti, ending…. apakah sudah sesuai; kalau sedih buatlah aura sedih, kalau gembira buatlah aura gembira, kalau komedi buatlah tertawa dari awal sampai akhir.

Nah, ternyata cukup banyak juga kan yang harus dicek saat EDITING PRIBADI. Menulis memang nggak gampang-gampang amat 😀 tapi pasti menyenangkan kalau selalu bahagia.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tiga Model Opening Cerita

Jodoh Cinta terbitan Malaysia.

Opening Cerita memegang peranan penting dalam karya fiksi. Keberhasilan cerita jenis apa saja, dimulai dari openingnya. Opening yang bagus, akan mengikat pembaca untuk menyelesaikan bacaannya.

Opening yang keren akan membuat penonton menyelesaikan film yang ditontonnya. Biasanya dalam proses penilaian naskah pun, opening sangat menentukan. Banyak editor atau juri yang langsung menghentikan proses pembacaannya ketika openingnya tidak jelas, mbulet, tidak ketahuan konflik atau tokohnya.

Sekurangnya ada tiga model untuk membuat opening cerita. Anda bisa mengikuti mana saja yang paling cocok. Kadang-kadang penulis “yang mahir” bisa menggabungkan ketiganya dalam satu moment yang tepat.

Dialog
Ini cara yang paling gampang karena kita langsung mengetahui tokoh-tokohnya.

“Kevin, perlambat laju kapal!” seru Kapten Steve Joe. Kevin segera menuruti perintah Sang Kapten.

Tindakan
Suara peluit melengking membuat seluruh awak kapal melompat untuk menjadi yang pertama. Mereka berlarian dari arah yang berbeda. Satu sama lain sesekali bertabrakan berusaha mencari jalan tercepat. Waktu makan memang selalu menjadi acara paling heboh dalam kapal pencari harta karun milik Kapten Steve Joe.

Deskripsi
Siang itu, laut berkilau seperti perak ditimpa sinar matahari. Gelombang laut menjilati lembut badan kapal yang terayun pelan. Angin bertiup datar dengan aroma menyegarkan. Bendera kapal yang berlogo segitiga emas berkibar lemas seolah ingin istirahat. Bendera tua yang menjadi saksi lamanya kapal tersebut mengarungi lautan. Camar laut berputar-putar di sekitar kapal. Situasi yang tenang dan damai. Tak ada seorang pun yang tahu petualangan yang akan dihadapi Kapten Steve Joe dan anak buahnya.

Nah, bagaimana dengan opening cerita anda? Mana yang anda pilih, semua terserah anda. Mana saja yang terbaik menurut anda bisa digunakan.

Happy Writing, be a Good Writer 🙂
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Apakah Wajib Menulis Menggunakan Outline?

Penulisan yang paling sederhana sekalipun akan lebih mudah menggunakan outline.

Apakah wajib menulis menggunakan outline? Jawabannya jelas tidak wajib. Ada sejenis penulis yang otaknya sudah dengan detail menyimpan outline tulisannya. Jadi dia tidak “bikin” outline fisik lagi.

Sementara penulis yang lain, merasa menggunakan outline itu wajib. Sudah ada outline saja, masih ke sana ke sini nulisnya; apalagi blank tanpa persiapan.

Nah, mari kita cek pentingnya menggunakan outline saat menulis. Sekali lagi, outline tidak wajib; tapi kalau mau tulisan selesai lebih cepat; buatlah outline yang rapi.

  1. Jangan percaya kalau ada penulis yang mengatakan kalau ia tidak memerlukan outline atau draft kasar untuk penulisannya 🙂 Kalaupun ia mengatakan seperti yang setipe “tidak pakai outline” itu pasti karena ia sudah terlatih menulis secara proporsional dan biasanya penulisan yang “tidak terlalu sulit” atau “sederhana”. Dengan demikian, ia cukup kuat menyimpan semua draft penulisan dalam ingatan atau memori otaknya.
  2. Sebelum membuat outline, patuhi aturan ini: miliki keberanian menulis buruk karena itu proses menuju menulis yang terbaik.
  3. Bagi yang terbiasa menulis, outline sering sudah cukup untuk menjadi “proposal” kepada pihak ketiga. Tentu saja dengan presentasi yang benar.
  4. Selesaikan membuat outline secepat mungkin. Kita dapat melihat gambaran lengkap cerita. Ini akan membuat kita lebih semangat.
  5. Mantapkan outline semaksimal mungkin. Dengan begitu, kita tidak tergoda mengubah-ubah cerita pada saat menulis.
  6. Outline memberikan kepada kita bentuk “pasti” dan “terlihat”. Kita mudah menambah bagian yang kurang dan mengurangi bagian yang berlebihan.
  7. Outline adalah penyelamat kita dalam penulisan. Setiap kali kita mulai bawel “ke sana sini” maka outline akan mengingatkan kita, ke mana cerita hendak dibawa.
  8. Outline membantu kita untuk memikirkan tentang struktur yang benar dalam cerita, bagaimana opening, konflik, karakter, ending, dll.
  9. Dengan outline, kita dapat membayangkan cerita dari awal sampai akhir, sekaligus memikirkan berapa lama kita akan menulisnya.
  10. Outline akan menolong ketika kita menulis dalam waktu yang panjang. Kita tak perlu menyimpan “cerita” dalam ingatan kita. Cukup melihat kembali outline dan bisa kembali menulis.

Happy Writing, Be A Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Konflik di dalam Cerita

Cerita rakyat suatu daerah biasanya memiliki konflik cerita yang setipe dengan berbagai cerita rakyat lainnya di seluruh dunia.

Dalam cerita, konflik memegang peranan penting. Konflik menjadikan cerita hidup; karena ada masalah yang harus diselesaikan oleh tokoh-tokoh utama. Penyelesaian konflik itulah yang ditunggu pembaca dalam prosesnya bab demi bab dari awal hingga akhir. Mari kita cek hal-hal yang berkaitan dengan konflik.

  1. Konflik adalah unsur fundamental dari fiksi karena dalam naskah fiksi, satu-satunya hal yang penting adalah MENARIK.
  2. Dibutuhkan keterampilan dan keahlian untuk mengubah tema-tema kehidupan ke dalam sebuah cerita; mulai dari kelahiran, pertumbuhan, cinta, keluarga, kerja, perjalanan, menua, hingga kematian.
  3. Konflik yang menghasilkan keteganganlah yang membuat cerita bisa dimulai. Ketegangan dapat diciptakan dari pertentangan antar karakter; karakter dengan kekuatan internal atau eksternal; bisa juga dengan kondisi.
  4. Dengan menyeimbangkan kekuatan yang saling berlawanan dari konflik, kita tetap bisa mengajak pembaca terpaku pada halaman naskah dan bertanya-tanya bagaimana cerita akan berakhir.
  5. Konflik yang bisa kita bangun, lebih kurang dari:
    • Protagonis terhadap individu lain
    • Protagonis melawan alam (atau teknologi)
    • Protagonis terhadap masyarakat
    • Protagonis terhadap Allah (atau keyakinannya)
    • Protagonis terhadap dirinya sendiri
  6. Konflik dapat dibangun dengan cara menggoda pembaca, tidak memberikan segala sesuatunya dan baru dibuka di akhir cerita.
  7. Konflik juga biasa dimunculkan dengan memberdayakan karakter-karakter utama, sehingga tensinya sangat tinggi.
  8. Kondisi yang surprise, tidak diperkirakan oleh pembaca juga dapat digunakan untuk menyajikan konflik.
  9. Karakter-karakter yang dari awal menimbulkan simpati dan empati pembaca, dapat juga kita jungkirbalikkan sebagai “antagonis” sehingga konflik menjadi terasa dan bisa menambah napas cerita.
  10. Yang penting diingat dari konflik, bentrokan yang sepele atau terlalu dangkal juga akan menyebabkan cerita yang dangkal dan kurang menarik.

Menulis adalah keterampilan pribadi. Seberapa pun banyaknya teori penulisan, tetap tidak bisa seratus persen kita ikuti. Karena setiap pribadi unik dengan cara dan ekspresi penulisannya. Yang pasti, menulislah dengan cara kita sendiri. Perhatikan apa saja yang penting sehingga cerita kita MENARIK dengan semua unsur yang membentuknya.

Happy Writing, Be a Good Writer 🙂
Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Membahas Tentang Cerpen

Inspirasi Cinta ini bentuk tulisannya cerpen per cerpen. Buku bisa diakses di amazon.com

Banyak orang lebih memilih menulis cerpen daripada bentuk tulisan lainnya. Karena menganggap menulis cerpen bisa pendek, lebih mudah, bisa sekali duduk menulis hingga rampung, nggak banyak konflik. Tapi apa siy sebenarnya cerpen itu?

  1. Cerpen adalah cerita pendek, fiksi berupa prosa dan biasanya disebut lengkap dengan “prosa naratif fiktif”. Tapi sebutan itu tidak populer dan lebih sering disebut cerpen.
  2. Umumnya cerita pendek sekitar 8-10 ribu karakter. Aturan ini bisa lebih kurang sesuai dengan format dan kepentingan.
  3. Cerpen memiliki opening, inti konflik, dan ending. Porsi ini harus dipikirkan agar berimbang dan membaca cerpen menjadi menyenangkan.
  4. Kisah dalam cerpen tidak boleh “terlalu beda jauh” dengan kisah sehari-hari. Kalau beda jauh akan menjadi aneh dan janggal.
  5. Tema cerpen sebaiknya tidak “klise”. Atau kalau terpaksa mengangkat tema klise, pastikan menggarapnya dengan cara yang “istimewa”.
  6. Ide cerita cerpen biasanya berasal dari “karakter yang menarik” atau “plot yang keren”.
  7. Cerpen yang bagus biasanya ada “pesan moral” yang tersirat, bukan tersurat. Pesan moral adalah kesimpulan yang ditarik oleh masing-masing pembaca setelah membaca cerpen. Bukan quote, petikan ayat-ayat, doktrin, dll.
  8. Cerpen umumnya menggunakan dialog lebih banyak daripada narasi. Perbandingan dialog biasanya 70:30, 80:20 atau 90:10 bahkan ada cerpen yang 100 persen isinya dialog semuanya.
  9. Cerpen menggunakan bahasa yang sederhana, praktis, lugas, dan to the point. Jangan bebani pembaca dengan kata-kata puitis yang maknanya tidak langsung diketahui.
  10. Ending harus surprise sehingga pembaca terkesan. Berbeda dengan novel, cerpen sebaiknya endingnya tegas, sad ending atau happy ending. Ini bukan aturan baku, tetapi saat membaca cerpen umumnya orang ingin mendapatkan kepastian apa yang terjadi pada tokoh utamanya.

Menulis satu cerpen setiap minggu sepertinya bisa jadi hadiah untuk menjernihkan pikiran 🙂 Selama satu tahun anda bisa menulis 50 an cerpen yang bisa dibukukan jadi 5 judul buku berbeda. Betapa menyenangkan 🤩

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: