Lebaran Paling Gado-gado

Ya, lebaran tahun 2022 sudah lewat beberapa waktu. Namun karena masih bulan Syawal, saya pun mengucapkan Selamat Idul Fitri. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Bermohon doa semua amal kebaikan kita diterima Allah SWT. Dan kita diberi sehat panjang umur berkah, berjumpa lagi dengan Ramadan tahun depan. Amin.

Saya mencatat hal yang paling gado-gado sepanjang tahun-tahun lebaran yang saya alami. Sebagai pengingat agar saya lebih berhati-hati dan tidak menyepelekan gangguan kecil. Lebaran kali ini berbeda. Sebelumnya kita dilarang mudik karena pandemi. Dua kali kita tidak mudik. Lalu tahun ini boleh mudik. Tentu saja, saya senang. Biasanya kalau sudah disebut “mudik” bagi saya tidak sebentar, karena urusannya jadi ke sini ke situ.

Saya wes berniat mudik dengan kereta. Berangkat lebih awal dan pulang lebih akhir. Namun ya ampun, tiket kereta ke arah timur itu sungguh sudah habis sejak entah kapan hari. Adik saya lalu mengatakan ikut mudik saja bareng dia. Akhirnya saya setuju, meskipun itu berarti cuman berangkat berhenti di rumah ibu lalu balik pulang. Capeknya pasti…  lalu lintas jelas rame.

Hari Kamis sebelum lebaran, tanggal 28 April saya masih beberes urusan kampus. Di rumah, saya mengepel seluruh ruangan dan membersihkan kamar mandi. Setelah beberes, saya kok merasa pusing luar biasa. Saya pikir karena sahur terlalu awal jam 01 an WIB dini hari. Jadi lewat tengah hari sudah laper dan pusing.  Saya pun rebahan menunggu Maghrib. Setelah berbuka, saya minum obat sakit kepala.

Pusing saya tidak kunjung mereda. Lepas jam sembilan malam, saya minum obat pusing lagi dan tidur. Badan rasanya kok tidak karuan. Saya pikir capek karena pekerjaan beruntun. Ya ampun pas sahur, tangan kiri saya bengkak dan nyeri luar biasa saat digerakkan. Saya meneliti tangan saya, tidak ada yang aneh. Saya berusaha mengingat semingguan kerja apa saja. Segera saya mencari minyak rempah,  mengolesi semuanya. Rasa nyeri pun berkurang. Mungkin saya terlalu lelah mengetik. Sekitar satu tahun yang lalu, kedua tangan saya hampir bengkak; tapi karena saya sadar cepat, langsung diolesi minyak rempah dan sembuh.

Hari Jumat, saya masih berusaha bertahan dengan minyak oles. Tapi rasa nyeri dan meriangnya itu tidak keruan. Saya senteri tangan dari ujung ke ujung, lalu tampaklah ada bekas sengatan di ruas jari manis. Entah gigitan apa, tidak jelas. Saya mengingat aktivitas saya, dan benar tidak ingat apa yang menyengat dan di mana disengat.

Adik saya pas dengar cerita saya, mengatakan berarti sengatan itu terjadi saat saya kerja. Kalau saya diam, pasti tidak akan terjadi. Karena kalau hening, suara detak jam aja terdengar. Apalagi saya termasuk orang yang peka enam indera.

Adik saya bertanya apa harus dianter ke dokter. Dia bilang nanti sama dokter pasti diberi obat anti nyeri dan obat mengempiskan bengkak. Saya bilang sepertinya kalau sudah tahu sebabnya, saya di rumah saja dengan minum obat anti nyeri. Puasa-puasa, saya yo mager keluar rumah. Tapi itulah yang bikin sakit ini berkepanjangan. Sabtunya sakit saya wes tidak keruan dan ke dokter juga akhirnya.

Begini begitu, dokter bilang itu disengat kelabang atau lipan. Dia cukup takjub melihat begitu bengkaknya (seperti gajah abuh), saya masih sadar dan tidak pingsan, masih bisa jelas berkomunikasi dengan baik. Katanya lipan cukup besar karena racun cukup banyak. Berarti daya tahan tubuh saya luar biasa kuat. Tetap saja saya meringis dengan nyeri dan badan yang tidak keruan rasanya. Panas, meriang, berasa mual, nyerinya sampai punggung saat tangan digerakkan.

Sudah mendapat obat dari dokter, saya tenang. Meskipun jadi tidak berpuasa di ujung-ujung Ramadan karena kudu minum obatnya per tiga jam. Jumat, Sabtu, Minggu, bener-bener siksaan berat buat saya. Minggu malem pas takbiran, saya wes berniat pokmen kudu berangkat Sholat Ied. Ya, berangkat dengan tangan yang masih bengkak, tidak bisa menggenggam, tidak bisa mengangkat bahkan satu bolpoin. Ya Gustiii… ampunilah hamba-Mu ini dan sehatkanlah aku! Begitulah seru saya berulang-ulang dalam hati.

Lebaran saya masih ikut mider silaturahmi di perumahan yang berasa sunyi karena mayoritas mudik. Hanya beberapa keluarga saja yang tinggal. Itu pun karena daerah mudik mereka di sekitaran DIY. Mereka memilih mudik setelah sholat Ied di masjid komplek. Untunglah di deretan rumah saya, ada tetangga-tetangga yang tidak mudik. Begitu tahu keadaan saya, mereka menanyakan apa saya perlu ini itu dan akan membantunya. Saya bilang obat cukup, makan sudah ada frozen food yang aman, bisa gofood. Tapi tetap, mereka membawakan makanan ini untuk saya. Sungguh berkah juga lho, punya tetangga-tetangga yang baik dan peduli. Alhamdulillah.

Dan saya masih berjibaku dengan pengobatan. Kata dokter mestinya 4-5 hari sudah lebih reda nyerinya, tapi pulih 10-12 hari karena saya telat mengobati. Yo wes, semua jadwal halal bi halal dan unjung-unjung tetua di Jogja; saya skip. Bahkan mengirim ucapan selamat hari raya dan membalasnya pun saya terlewat, karena nyeri yang tidak tertahan kalau salah gerak.

Hari Kamis pagi, 5 Mei, adik dan ipar saya memberi tahu rencana perjalanan. Menanyakan apakah saya cukup sehat. Saya bilang oke. Tangan saya sudah tidak terlalu nyeri, bengkak juga sudah mengempis. Dan kesalahan saya itu, tidak tidur di perjalanan. Ngobrol ini itu sama adik dan ipar. Sampai besok siang beneran tidak tidur dan ada jam saya lupa minum obat.

Siang Jumat di rumah ibu —yach, kalaupun kami bisa membayar hotel, tapi lebaran tetap tidur di rumah ibu. Situasinya jelas  kami dengan krucilan bocil menjadi seperti pindang. Tidur seadanya. Baru sebentar saya tidur, ponakan saya entah ribut apa dan saya pun tidak jadi tidur. Malem pun kami lebih banyak cerita ini itu.

Ealah, nggak biasa-biasanya ipar saya bilang kalau sepanjang ke rumah ibu belum pernah dolan-dolan jauh. Mereka langsung cari browsing ini itu dan mengajak semua ke pantai keesokan harinya. Ada si bocil yang ulang tahun meminta ke KFC, yang gila —kami dua kali datang, antrian mengular panjang; kalau dijabanin itu lebih dari dua jam.

Saat mendengar rencana ke pantai itu, mestinya biar saja mereka pergi dan saya tidur di rumah ibu. Tapi kalau nggak sekarang njur kapan bisa sama saudara-saudara yang jauh-jauh. Yo wes saya ikut. Di pantai lho saya tidak banyak aktivitas. Mung keliling naik perahu dengan keluarga. Ciblon main air pun tidak. Tapi ini yo berasa bising… Pantai Gemah penuh sesak. Selain karena kurang sehat, saya malas berliburan di sesak kerumunan.

Setelah bebersih diri selepas keliling laut, kami nyari souvenir, sambil beli makanan kecil ini itu. Wes pulang. Makan-makan. Beberes njur sore balik Joga. Dan begitulah dosa-dosa saya akibat lupa minum obat yang berdurasi tiga jam itu, malamnya tangan saya luar biasa nyeri. Meriang, panas, beneran wes gak enak di badan. Berusaha tidur tapi nggak bisa tidur. Sampai Jogja lagi, saudara saudara dan ipar saya masih dolan liburan lebaran. Saya wes memutuskan off. Tidur.

Senin Selasa full di kantor, dari pagi hingga sore —sebenarnya ini juga maksain banget karena ada hal penting. Selasa malem, saya panas lagi, demam, nyeri, nggak beres aja badan. Rabu ke dokter lagi. Kena omelan karena wes dibilang istirahat saja sampai sembuh atau obatnya habis, malah pecicilan. Diberi resep dengan catatan kudu istirahat total sekurangnya tiga hari. Wes, Rabu Kamis Jumat saya rebahan gaya sultan, ora kerja. Semua urusan kerja saya skip. Zoom zoom bahkan breifing lomba-lomba. Ketemuan-ketemuan dengan kawan kerabat pun saya batalkan. Pokokmen saya mau sehat dulu. Meskipun tetep, sosmed ya kepegang lah…. namanya rebahan zaman sekarang, HP nggak ikut rebah 😀

Alhamdulillah, sehat. Sabtu pagi saya wes ngepit cukup jauh sekira 7 km pp atau ya 14 an km. Tangan sudah lentur, gerak cepat, kuat memegang, bisa menggenggam. Badan sudah enak segar bugar. Buat lelarian dan menyanyi keras-keras, wes bisa. Alhamdulillah. Malamnya saya bisa ikut halal bi halal di RT dari jam 19 an sd 22 an WIB dengan ikut aktivitas membantu ini itu, tanpa merasa ribet. Sehat itu memang nikmat.

Hal lain yang terjadi tahun ini yang mungkin akan jadi kebiasaan adalah saya menerima THR dan parsel wajib dari institusi saya menetap sebagai dosen. Hahah… dengar THR kayaknya asing banget bagi saya. Meskipun ini tahun ini besaran THR sekira 20% saja dari honor saya mengajar penulisan 2 jam, tetap saja saya gembira. Ora kerja opo-opo, dapat duit 🙂

Tentu lebaran ini juga saatnya saya memberikan THR pada orang-orang yang ngrewangi saya. Membagi angpao pada beberapa pihak. Alhamdulillah. Selain itu juga mengirimkan parsel-parsel pada semua pihak yang berada di sekitaran relasi, gaweyan, kerabat. Tetap saya syukuri semuanya. Alhamdulillah, meskipun tidak menetap bekerja di media, penerbit, atau PH, saya masih menerima angpao dan parsel dari mereka —hampir setiap tahun lebaran, termasuk tahun ini.  Semua itu menandakan tempat-tempat saya bernaung sebagai freelancer masih solid secara ekonomi dan finansial.

Yach, semua peristiwa itulah yang menjadi lebaran tahun ini terasa nano nano atau gado gado bagi saya. Banyak rasanya. Banyak pengalamannya. Saya seperti diingatkan untuk lebih peka pada gejala kecil. Kadang yang sepele itu, nggak sesederhana yang kita kira. Tanda yang sama, tidak selalu referen sakit atau penyakit yang sama. Bisa saja berbeda, hanya gejalanya sama.

Wes, sekarang sehat alhamdulillah. Saya beneran bersyukur wes balik sehat. Bisa gaspol kalau sehat mau makan ini itu enak, tidur nyenyak, kerja juga tenang. Tetep semakin tambah umur, kudu lebih protektif pada tubuh fisik. Imun kita bisa saja kuat, tapi kalau penyerang kekebalan tubuh lebih bebal, tetap kita yang akan jatuh.

Dan percayalah, semua tahu. Sakit itu tidak enak. Makanya, sehat itu butuh investasi. Makan yang sehat, istirahat cukup, olga cukup, hati jiwa pikiran tenang, dekat dengan Tuhan, dll. Mati memang sudah takdir, umur sudah ditentukan. Tapi menjaga jiwa raga segar bugar sehat lahir batin adalah tugas kita masing-masing.

#kinoysanstory #selfreminder #sehat #segarbugar #happywriter #happywriting #happylife #lebaran

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Doa yang Langsung Dikabulkan

“Budhe Ari, tahu enggak doa apa yang langsung dikabulkan oleh Allah?”
.
Biyuuu…, saya mikir. Sementara si bocil yang berkebaya orange itu nyengir 😂
.
“Nyerah, Budhe?”
.
“Iya deh.”
.
“Doa sebelum makan. Karena kalau abis berdoa, kita pasti langsung makan. Kalau nggak makan, kita nggak perlu berdoa sebelum makan.”
.
Wkwk… saya ngakak, tapi kok ya bener ini bocil 😃😆😂
.

 

Please follow and like us:

Bukan Hidung (Pinokio)

Tadi malam saya mencium aroma semacam bangkai di kamar yang bikin mual pusing, dan akhirnya pindah kamar. Hidung saya —seperti sensor indera keenam, supersensitive.😂 Aroma busuk atau wangi dalam jarak jauh —yang bagi orang lain samar, saya mengidentifikasi dengan baik.
.
Sebelum pindah kamar, saya menyalakan semua lampu; memeriksa tempat-tempat yang tampak. Mungkin saja ada cicak atau “den bagus” yang masuk, terus tidak bisa keluar. Maklum, rumah depan hutan dan sungai; rimbun tanaman di depan rumah —binatang pecicilan ke rumah itu biasa.
.
Beberapa bulan lalu, saya juga terkena gangguan cicak mati meninggalkan bau bangkai di ruang tamu. Sudah dipel bersih pake karbol dan pewangi pun, versi saya baunya belum hilang. Pas adik saya datang, saya tanya apa dia cium bau bangkai cicak. Dia bilang tidak. Wangi katanya.
.
Heleh, hidung sensitive bikin masalah kalau kayak gitu. Akhirnya saya pun mengepel berulang dan menyemprot pewangi tempat bekas bangkai cicak.
.
Sebelumnya saya berasa stres terkena bau bangkai dan meminta semua tempat perabotan dicek dipel wangi. Namanya biang kerok itu belum ketemu. Bhadalah… cicak mati kejepit di jendela. 🤣
.
Hari ini pun ternyata cicak pula yang
bikin ribet. Padahal semua tempat tersembunyi wes saya taruh kapur barus biar cicak dll tidak mendekat. Tapi tetap kalau terlupa dan kapur barus sudah mengecil, mereka yo pecicilan lagi keluar masuk.
.
Saya pun kudu ikhlas bebersih dadakan, sekaligus menata ulang setting kamar 😃 Lumayanlah membakar kalori di saat puasa. Bikin kerjaan lain tertunda 🙏
.
Pict: si bocil —salah satu cucu ibu saya di rumah ibu, sudah bebersih perabotan untuk persiapan lebaran😅 Puasa baru beberapa hari, si bocil udah mo lebaran aja 😄 *seolah wes menghitung angpao yang akan diterima dari para tetuanya, termasuk saya 🤣
.
Please follow and like us:

Sebahagia Kamu, Senyaman Kamu

Pagi tadi saya ditanya kawan; karena membaca postingan saya kemarin di FB; kalau menyiapkan tabungan untuk hidup dua tahun; bukankah itu jumlah yang besar dan sulit bagi PNS?
.
Saya tertawa. Ya kalau PNS nggak perlu. Kan wes gajian rutin tiap bulan. Setahu saya, tidak pernah ada kasus PHK untuk PNS kecuali pemecatan karena tindakan melawan hukum yang sudah diputus sah dengan ketetapan pengadilan/hukum. Mungkin bagi mereka yang aman gajian tiap bulan; cukup mempersiapkan dana darurat untuk hal tidak terduga. Terus besarannya berapa? Ya tergantung masing-masing.
.
Es Krim dari New York
Kalau freelancer, berbeda. Situasinya tidak pasti. Saya mempersiapkan itu juga tidak ujug-ujug. Semula ya 1 bulan, 2 bulan, 4 bulan, dst sampai terkunci 24 bulan (2 tahun). Dan tentu akan saya perpanjang terus, sesuai kemampuan.
.
Karena ini bagian yang membuat saya pribadi tenang, anteng, tidak menerima pekerjaan yang nggak masuk akal (baik deadline maupun fee-nya), tidak disetir orang karena tidak ada urusan utang piutang. Mandiri secara finansial akan membuat seseorang merdeka dalam berpikir, bertindak, bekerja, dan bisa hidup dengan happy damai. 😍
.
Saya sering menganggap bagian itu “tidak ada”. Hanya untuk digunakan saat situasi beneran tidak terprediksi. Tidak diutakatik. Juga bukan untuk dipinjam-pinjamkan.
.
Nah, bagaimana dengan kamu? Setiap orang dan keluarga punya manajemen duit berbeda. Carilah yang bikin kamu bahagia, bikin kamu nyaman. Ada banyak pilihan tabungan dan investasi. Ada banyak cara mempersiapkan diri untuk situasi darurat. Pilih-pilih yang sesuai. 🙏
.
Alhamdulillah, saya hidup dengan baik karena kemandirian finansial dan tidak diribeti urusan utang. Kerja pun tetap tenang. Bisa do the best atau just let it go. Karena versi saya, hidup itu untuk bahagia; bermanfaat bagi sesama dan semesta dengan cara sebaik-baiknya ❤
.
Please follow and like us:

Cinta Di Antara Kami

CINTA DI ANTARA KAMI
.
Saya 7 bersaudara, 4 laki-laki 3 perempuan.
2 saudara laki-laki saya telah berpulang. Jadi sekarang kami 5 bersaudara; ditambah dengan 4 ipar, jadilah kami 9 orang. Nanti bersepuluh kalau saya menikah. 😍
.
Saya dan saudara kandung, seperti lazimnya bersaudara tak selamanya mulus akur-akur. Ada masanya juga ribet riwil gesekan tidak sehaluan. Tapi tetep juga namanya saudara, akhirnya akur lagi 😍
.
Apalagi setelah kami mulai berjauhan, rasanya wes jarang benturan. Lha ketemu aja sesekali. Saya dan 1 saudara di Jogja. 1 lagi di Jakarta. 1 yang lain di Balikpapan. 1 lainnya di Tulungagung/Surabaya. Ketemu jarang mosok mau ribut 😂
.
Sungguh saya berterimakasih pada Bapak Ibu yang telah membesarkan dan mendidik kami sebaik-baiknya. Jatuh bangun perjuangan kami untuk bisa sekolah sampai sarjana, saat Bapak sudah berpulang 16 tahun yang lalu dan Ibu hanya IRT yang tidak bekerja; menjadikan kami bersaudara berasa satu sepenanggungan. Berpegangan tangan kuat saling membantu, demi semua bisa lulus sarjana. Karena kalau sarjana –sekurangnya kami bisa bekerja di ranah kerja formal dengan lebih baik, lebih terjamin secara ekonomi.
.
Dan waktu berlalu, mungkin di antara kami bersaudara sekarang –sayalah yang paling tidak kuat atau tidak jelas ekonominya 😁😆 Freelance writer memang tidak pernah pasti rezekinya. Kadang kecil, sering tidak ada, sering besar pula. Alhamdulillah 😃
.
Dan itu terasa waktu pemerintah merilis pengumuman pandemi Maret 2020 yang bikin saya sempat “menahan nafas” bersaat-saat. Lha piye, toko buku tutup, semua jadwal kerja saya direschedule tanpa batas waktu. Artinya, penghasilan saya berasa tutup tanpa batas waktu. 😭
.
Karena pandemi tidak mungkin 2 minggu, paling cepat 2 tahun. Bisa pulih total 5-7 tahun. Itu yang saya baca dari buku-buku sejarah. Dan betul sampai sekarang pun kita masih pandemi setelah hampir 3 tahun berjalan.
.
Saat itu saya wes berpikir, cukup enggak tabungan untuk hidup 2 tahun dengan anak-anak (asuh)? Cukup. Ya wes, saya tidak terlalu pikiran. Bekerja dengan penyesuaian pandemi, merampungkan yang bisa dibereskan dari rumah. Pendapatan? Yo tetap ada, lewat jalur- jalur yang justru tidak terpikirkan.
.
Bukan bus mudik lebaran.
Tapi saudara-saudara saya yang bekerja menetap gajian itu wes mengkhawatirkan saya. Karena mereka tahu, saya tidak akan berkeluhkesah. Mensyukuri saja yang ada dan berusaha sebisanya. Alhamdulillah, saya dan anak-anak (asuh) baik-baik saja. Saya tetap bekerja. Punya penghasilan. Tidak berhutang dan tidak menggunakan tabungan.
.
Semenjak pandemi, perhatian dan cinta saudara-saudara saya itu, terasa membesarkan hati. Banyak yang di luar dugaan. Adik saya tetiba berpesan mengirim token pulsa listrik dan membayari bpjs saya. Ipar saya tetiba mengirim uang tanpa saya minta, katanya untuk tambahan belanja. Adik dan ipar yang di Jogja bahkan mengirim beras dll sembako, khawatir kalau saya nggak makan —astaga 😂 Adik yang jauh di Balikpapan memesankan ini itu dikirim ke rumah, yang sempat mau saya tolak —karena nggak merasa pesan 🤣 Adik yang di Jakarta berulang datang, untuk memastikan bahwa saya baik-baik saja 😍
.
Saya pun sejak lama terbiasa mengirimkan ini itu kepada mereka. Pokok saya merasa dapat rezeki, ya saya berbagi juga dengan mereka. Mereka pun begitu ke saya. Tapi pandemi dengan situasi ekonomi tak terduga/tak menentu, semua terasa berbeda. Ternyata kami memang begitu sayang dan peduli satu sama lain ❤
.
Itu semua jadi terasa menghangatkan hati. Mengikatkan bahwa kami bersaudara, meski berjauhan tinggal 😀 Saya bersyukur punya saudara dan ipar-ipar yang baik-baik 😍 Alhamdulillah.❤
.
Jadi ya begitu cinta di antara kami semua. Jarang kami berbilang urusan sayang, tapi semua terbentuk tindakan riil untuk saling peduli dan saling menguatkan. Karena sungguh ikatan yang tidak terputus ruang waktu adalah ikatan darah.
.
Jadi baik-baiklah pada saudaramu. Mereka bisa jadi benteng paling tangguh dalam beragam situasi tak terduga. 😍😎
*Pict ini bukan bus untuk mudik lebaran 😅
Yang sedang bagi bagi THR, ojo lali kirim ke saya juga yes 😂😅 Kalau ndak tahu norek nya, japri aja… nanti saya kirimi… hehehe…😂😅
Happy Ramadhan, Happy Lebaran 😊
.
Please follow and like us:

30 Hari 1 Naskah

Ingin produktif menulis dan punya banyak tabungan naskah?
Menulislah dengan sistem 30 hari 1 naskah. Ikuti tata cara berikut.
1. Beranilah menulis. Mulailah menuliskan konsep yang akan ditulis dengan detail, baik judul, sinopsis, karakter, konfliks, setting, alur, sudut pandang, ending, dll yang dirasa perlu.
2. Pikirkan IDE yang KECIL, SEDERHANA, tetapi anda SUKAI dan anda KUASAI.
Kebanyakan kesalahan penulis adalah berusaha memikirkan ide yang besar agar tampak hebat, tapi banyak bolongnya karena materi tidak dikuasai.
3. Luangkan waktu khusus setiap hari sesuai kemampuan. Misal naskah 300 halaman dan 1 jam bisa menulis 5 lembar, maka anda perlu 2 jam setiap hari.
Makin sedikit jumlah halaman yang anda hasilkan per jam, makin lama waktu yang dibutuhkan. Sesuaikan dengan kemampuan.
4. Mulailah menulis, berhentilah mengangankan atau membicarakan naskah yang akan anda tulis.
5. Mulailah dari hal yang paling anda anggap penting. Dalam penulisan, tidak ada aturan baku dalam penulisan, yang penting tulisan BAGUS dan MENARIK.
Buku Manajemen Penulisan Kreatif
6. Jadilah DIRI SENDIRI, jangan MENJIPLAK GAYA orang lain. Jadi diri sendiri lebih menarik daripada meniru gaya orang lain.
7. SELESAIKAN sesuai TARGET dan kemudian ENDAPKAN.
8. Setelah diendapkan, lakukan EDITING PRIBADI, cek segala hal yang perlu diperbaiki baik dari judul, isi, ejaan, kelogisan, dll.
9. Lengkapi materi yang sudah siap dan ‘sempurna’ dengan BIODATA PENULIS.
Biodata tak usah panjang-panjang, cukup nama, email, prestasi penulisan, dan contact HP bila dirasa perlu.
10. KEMAS NASKAH, berdoa, dan siaplah untuk MENAWARKAN NASKAH.
Kalau sudah beres, mulailah menulis lagi dengan cara yang sama untuk bulan kedua, dst.
Cukup mudah kan? Ya, hanya butuh komitmen dan konsisten untuk bisa menerapkannya.
.
.
Ari Kinoysan Wulandari

0 Komentar

Please follow and like us:

Workshop dan Webinar 2022

Tahun 2022 ini saya sudah mengawali kelas dengan webinar. Selain itu, nantinya pada bagian ini akan saya posting kegiatan workshop dan webinar.
Monggo bergabung 😊🙏
Webinar gratis. 30 Maret malam.
Meeting ID: 934 3090 7578
Passcode: 084970
.
📢[WORKSHOP ]📢
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Dan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,
Universitas PGRI Yogyakarta mempersembahkan Workshop Nasional dengan tema :
*Pelatihan Scanning Dan Skimming Text Bahasa Inggris Dan Bahasa Indonesia*
Pembicara :
👤 Yune Andryani Pinem, M.A
_Pusat Bahasa UGM_
_Pusat Karir STTKD_
👤 Dr. Ari Wulandari, M.A
_Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia_
_Universitas PGRI Yogyakarta_
Moderator :
👤 Andi Dian Rahmawan, M.A
_Dosen Pendidikan Bahasa Inggris_
_Universitas PGRI Yogyakarta_
Save The Date :
🗓️ : Sabtu, 26 Maret 2022
🕘 : 09.00 WIB
📱: Zoom Meeting
‼️GRATIS‼️
Link Pendaftaran :
===========================
Contact Person :
085647562363 (Andi)
More Information :
📧 : pbi@upy.ac.id
🌐 : pbi.upy.ac.id/
Malam ini insya Allah Rabu, 2 Maret 2022 jam 20:00-21:00 WIB kita ngobrol 1 jam dalam UMKM ProTalk bersama Mbak Ari Kinoysan Wulandari tentang pentingnya keterampilan menulis bagi UMKM. Ada rekaman youtube ini agar bisa ditonton ketika acara berlangsung atau setiap saat pas ada waktu luang: https://youtu.be/YcmfBMfD1w0
*KMI PROUDLY PRESENT*
.
✍️ WORKSHOP KEPENULISAN ✍️
*_CREATIVE WRITING_* bersama narasumber *ARI KINOYSAN WULANDARI*
Menulis adalah salah satu cara berkomunikasi. Menulis merupakan sebuah keterampilan produktif. Pada masa pandemi Covid-19 ini, menulis salah satu keterampilan yang bisa dilakukan untuk mencegah kebosanan tinggal dan berdiam di rumah dengan adanya aturan social dan phisical distancing. Oleh karena itu banyak orang berlomba-lomba untuk menghasilkan tulisan yang kreatif.
.
📌 Benefit:
• Ilmu kepenulisan
• Sertifikat (Offline)
• E-Sertifikat (Online)
• Voucher Kelas Kepenulisan
• Voucher Penerbitan
• Bergabung di KMI
• Relasi Baru
• Konsumsi (Offline)
.
📆Minggu, 27 Februari 2022
🕙Pukul 08.30 WIB – Selesai
📍 Ceria Boutique Hotel (Lantai 2) Jalan Babarsari No. 23B Caturtunggal, Depok, Sleman – https://maps.app.goo.gl/fLxwgr39PDgJketv9
🏷️HTM :
Peserta Offline
💰 KMI Member : Rp. 25.000,00
💰 UMUM : Rp. 30.000,00
Peserta Online
💰 KMI Member : Rp. 10.000,00
💰 UMUM : 20.000,00
✅Pembayaran dilakukan dengan transfer biaya ke rekening an. KUTRATUL AINI (BNI) 0169299462
.
📝 Link Pendaftaran : https://cutt.ly/BUKz3Lp
.
☎️ Contact Person☎️
0813-3557-8589 (Kak Dyah)
.
⚠️ More Info:
Instagram: @komenulis.id
.
📌 Peserta Terbatas 50 Orang (Peserta khusus yang berdomisili di Yogyakarta)

Topic: Talkshow : Herbal Jawa | Ramuan Tradisional Asli dari Nusantara
Time: Jan 19, 2022 01:30 PM Jakarta

Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/81939760342…

Meeting ID: 819 3976 0342
Passcode: 123456

Bagi yang ingin mengulang ulasannya bisa ngecek di sini: https://www.youtube.com/watch?v=0mS8xAU8wmk

 

Please follow and like us: