Kisah Tentang Workshop Soul Meter

Saya dengan Bunda Arsaningsih. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

SRSM, Soul Reflection Soul Meter; Mengenali Diri Kita yang Utuh ❤💖 Workshop ini sekarang diganti dengan nama WSM (Workshop Soul Meter) dengan Soul Reflection dan Soul Meter dalam satu rangkaian kegiatan.

Tanggal 1 Februari 2019 saya ikut SR (Soul Reflection) di Jogja untuk bersih hati bersih jiwa. Setelah hati dan jiwa lebih bersih, fisik saya lemes semingguan. Buang racun dan kotoran tubuh. Setelah itu siy rasanya jadi lebih enteng, lebih tenang, lebih adem.

Juli atau Agustus ada program SM (Soul Meter) lanjutan dari SR. Saya langsung menolak karena jadwal kerja yang padat. Habis pembersihan, saya takut tepar lagi. Mbak Rina, pengelola kantor Soul Jogja meyakinkan saya kalau SM jauh lebih ringan. Bagaimana lebih ringan, wong ikut SM syaratnya kudu ikut SR dulu. 😃

Sampailah akhir tahun, info SR SM mau ada di Jogja. Saya berharap siy April sudah dekat puasa, biasa nya saya wes tidak ke lapangan. Eh ternyata Februari. Saya molet, antara iya dan tidak. Baca-baca testimoninya lho kok gitu; ukur energi, kepastian sesuatu tepat atau enggak. Kalau saya kan gak perlu ukur. Ada feeling, ada intuisi, ada istikharah. Hampir setiap putusan saya, saya ambil dengan legawa sadar konsekuensi. Takada penyesalan.

Saya uleng aja mo ikut atau enggak, sampai Mbak Rina bilang bisa ambil putusan di saat terdesak. Oh baguslah itu. Ya wes saya ikut, tanya rekening transfer dan sudah. Selesai beberapa menit. Njur saya lupa, malah sebelum hari H ke luar kota. Pas diingetin, yo pulang ke Jogja pagi pagi 😅 Zaka kawan saya sampai nyeletuk, “Mbak nggak dari rumah to?” “Haha… Iya.” Kalau dari rumah untuk ikut SM saya gak akan bawa backpack isinya macam alat perang 😂

Ketemu Bunda, dr Rastho, dr Tia, Mb Rina dan anaknya, yo senenglah. Materi berlangsung lebih fun, tapi njur pembersihan jiwa… saya sudah menetralkan pikiran perasaan, tapi sensitif is peka dan nggak boleh diingkari. Sebelum ikut SRSM saja saya bisa rasa kok orang itu beres atau enggak, bikin ruwet atau enggak. Apalagi setelah ikut SR. Ahamdulillah selama ini connecting nya orang-orang baik. Dan saya afirmasi terus semua baik.

Begitu pembersihan selesai, punggung kanan saya suakitnya ampuuun. Saya langsung bilang, “Bunda, punggung kanan saya sakit.” Bunda memeluk saya, “Tidak apa apa karena ini dibersihkan, sumbatan terbuka, jadi sakit. Nanti saya bantu healing.”

Saya lebih lega, tapi masih memegangi punggung saya yang nyutnyutan itu. Ya, memang berasa ada yang ditarik dari punggung saya. “Nggak apa-apa Ri, ini adaptasi. Nanti semua akan baik.” Saya menenangkan diri sendiri.

Terus sudah sampai akhir bahas karma dan reinkarnasi. Silakan cek youtube Bunda Arsaningsih, yang kepo cek aja di sana. Sudah ada banyak sekali episode beragam. Nggak usah nanya sama saya; karena saya pun masih terus belajar, berproses membersihkan diri; melunasi membayar hutang-hutang karma saya.

Wah, ternyata ada tujuh kehidupan sebelum saya hidup sekarang. Dan sejak lahir kalaupun saya Islam, saya orang Jawa yang besar di lingkungan Kejawen yo terima ajaran karma dan reinkarnasi. Kalau kamu buat baik karmamu juga baik, begitu pun sebaliknya. Islam punya istilah sendiri. Kalau jiwamu belum sempurna, maka jiwa kamu akan ngejawantah atau lahir kembali untuk proses penyempurnaan jiwamu. Jawa banget ini 😃 Yang belajar sangkan paraning dumadi pasti mudheng. Kalau Islam tidak mengajarkan reinkarnasi. Setiap jiwa lahir baru tanpa dosa atau karma asal. Sumonggo masing-masing, jangan ngajakin saya berdebat di sosmed 😁

Saya menerima keduanya karena sepanjang hidup saya berusaha be nice kepada siapa saja, dan hidup saya yo wes beginilah, lempeng saja. Alhamdulillah. Ada ini itu yang belum dikasih Tuhan, saya yo happy saja. Sadar tiap orang menjalani takdir hidupnya masing-masing. Sejak kecil saya mungkin sudah jauh dari sikap iri dengki srei usil penyinyir. Karena ibu bapak saya penyayang dan sabar. Yo terbawa ke saya, contoh langsung.

Kalau reinkarnasi, ini lebih pada pengalaman hidup. Kok saya baru sekali datang ke tempat asing tapi rasanya wes hafal banget lika-liku ujungnya. Orang orangnya juga kayaknya wes familiar. Sering juga pertama kali jumpa orang langsung deket. Padahal saya introvert murni. Kalau pake SM ternyata ketahuan, oh saya dulu tinggal di sana, dekat dengan ini itu, dst. Gak percaya boleh, tapi ikut WSM dulu lebih bagus, baru bilang gak percaya 😁 Lha perkara santet tenung gendam hipnotis aja kalian percaya kok energi gak percaya, mikirlah pake otak😃

Pulang saya masih sempat makan malam sama Zaka, Bu Pefty. Sampai rumah manasin air, mandi, sholat, tidur. Gak tidur tidur. Berasa punggung saya sakit. Saya blonyo minyak rempah agar lebih cepat tidur. Dini hari saya bangun, terasa ada energi hangat mengaliri punggung saya. Oh Bunda kirim energi untuk bantu healing. Ya sudah reda beneran. Gak sakit lagi. Nunggu Subuh, nulis, beberes kerjaan, njur lemes sehari semaleman. Sekarang pun belum pulih sepenuhnya. Untung saya sudah antisipasi “cuti” seminggu. Belajar dari pas SR.

Saya jadi tahu kenapa hidup saya begini begitu. Ndak ada protes sama sekali. Apa yang terjadi ya terjadilah. Kehendak Tuhan lebih gampang diikuti daripada bikin acara sendiri. Sejak tahun 2019 boleh dibilang saya kerja tidak ngotot lagi, duit saya kok yo tetep alhamdulillah tetap banyak. Sehat bugar, saya wes ndakpernah pijet😃 Hubungan yo baik baik aja, belum berjodoh ya sudah saya ikhlaskan. Lebih deket sama Tuhan ya jelas itu kerasa banget, biasane males baca Quran wes luwih rajin. 😍 Better life lah nggak terikat target-target.

Happy waktu dulu ikut SR 8, setahun mung nambah satu. Jadi 9 dalam hitung 0 s/d 10. Happy saya belum paripurna karena ada hal yang belum saya ikhlaskan. Bagi saya ngaku belum ikhlas lebih baik daripada muni ikhlas njur jadi penyakit. Karena dampak kerugian dari orang-orang ini ke mana mana. Bahkan kalau orang orangnya datang meminta maaf bayar kerugian pun, mungkin saya akan naboki sampe benjut dulu baru bisa memaafkan. Yo wes, pelan-pelan.🙏

Tidak menuntut diri saya langsung ikhlas. Saya manusia biasa, yang lebih utuh karena mengenali diri lebih baik. Tuhan sudah memberi saya banyak sekali hal terbaik dan keren-keren. Lah banyak orang yang pingin hidup seperti saya. Apalagi kalau postingan saya pas dolan piknik 😃 Percayalah, hidup saya di dunia nyata lebih menyenangkan 😍💖❤💕

Saya legawa, tugas saya mendarmabaktikan hidup sesuai dengan keahlian saya dengan penuh rasa syukur. Lalu Tuhan akan mencukupi semua kebutuhan saya dengan istimewa. Dengan cara Tuhan yang selalu ajaib dan penuh kejutan 😍😍

Terimakasih Tim Soul, terimakasih Bunda Arsaningsih, dr Rastho, dr Tia, Mb Rina, Anditya, dkk yang luar biasa. 😍😍

Saya hanya menshare pengalaman saya bersih bersih jiwa, karena sehat itu tak cuma sehat fisik tapi kudu paripurna sehat jiwa raganya.

*Disclaimer: tidak mengajak berdebat dan berantem, monggo dipikirkan sesuai pemahaman masing-masing. Cuman kalau pas baca ini, hidupmu lagi ruwet banyak masalah yang nggak beres beres, coba deh ikut WSM mana tahu karma burukmu terlalu banyak dan harus dibersihin. Ada banyak orang “merasa baik”, tapi nggak sadar sudah menyakiti dan merugikan orang dan makhluk lain. Kamu nganiaya kucing itu juga karma buruk, jangan anggap enteng balasannya pada hidupmu.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Masalah Penulisan dan Solusinya

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis pada realitanya (tidaklah) segampang berbicara. Ada banyak orang yang pandai berbicara, tapi tak pandai menulis. Sebaliknya pun mereka yang pintar menulis, tak selalu pintar berbicara.

Keterampilan lisan dan tulis, seharusnya diseimbangkan. Tujuannya agar orang terbiasa berbicara dengan dasar karena memiliki keterampilan menulis yang baik. Berikut ini permasalahan umum penulisan dan solusinya.

1. Saya Baru, Saya Tidak Bisa Menulis
Sebagai guru penulisan, saya sering menemukan tipe yang begini. Padahal menulis ya menulis saja. Ketika anda bicara soal ide, pemikiran, anda bisa menulisnya.
Tidak ada rahasia dalam menulis. Semakin orang berlatih, semakin baik jadinya.

Solusi: menulis saja, lupakan soal yunior senior, lupakan tidak bisa menulis. Prinsipnya: menulis menyampaikan sesuatu pada sahabat dekat. Cukup itu dan menulislah setiap hari.

2. Tidak Punya Waktu
Yach, kita semua sibuk. Menulis tidak menuntut sekaligus diselesaikan. Menulis hanya memerlukan kesungguhan. 10 menit cukup. Kalau anda tidak punya 10 menit untuk menulis, lupakan saja keinginan memiliki buku; atau anda cukup bayar ghostwriter untuk menulis naskah anda. Menulis memerlukan waktu yang cukup untuk berpikir, merencanakan, menulis, merevisi, dan menulis ulang pekerjaan yang kurang baik.

Solusi: memaksa diri membiasakan 10 menit menulis dengan mengurangi nonton teve, telpon, socmed, chatt, dll. yang tidak produktif.

3. Terjebak Aspek Teknis
Sebagian besar penulis pemula terlalu sibuk memikirkan teknis, seperti bagaimana menulis, sumber idenya dari mana, tanda baca, format, dll.

Solusi: menulis saja seperti anda bercerita atau berbicara kepada orang dekat. Teknis itu mudah dibereskan.

4. Duduk Di Depan Komputer, Tapi Tak Bisa Menulis
Ya, terlalu banyak ide di kepala, tapi begitu menghadapi komputer, tak satu baris pun bisa ditulis. Anda terlalu banyak memikirkan sebelum menulisnya.

Solusi: anda harus membuat draft untuk memudahkan penulis. Perencanaan dalam bentuk draft tulisan juga membuat kita mudah menulisnya.

Seperti kalau kita baru sekali pergi dari Jakarta ke Jogja dengan mobil, tentu tidak asal jalan. Kita harus memetakan arah, memeriksa mobil dan memastikan tangki penuh, mendengarkan laporan lalu lintas untuk menghindari kemacetan dan rute alternatif, menentukan kapan harus istirahat, dst. yang membuat kita tenang karena tahu bagaimana mencapai tujuan.

5. Menulis Tanpa Pemahaman
Setiap penulis dalam menulis naskahnya pasti memiliki tujuan. Tujuan itulah yang harus anda pahami. Tanpa itu, tulisan anda akan ke mana-mana dan tidak jelas.

Solusi: dari awal tetapkan tujuan, apakah tulisan anda untuk hiburan, inspirasi, informasi, laporan, dll.

6. Terlalu Sibuk Dengan Tata Bahasa
Menulis tidak sama dengan berbicara. Memang betul. Namun, secara prinsip tidak banyak yang berbeda dari menulis dan berbicara. Ketika orang menulis dengan runtut orang yang membaca akan mudah memahami. Ketika orang bicara dengan tertib orang yang mendengar juga mudah mengerti.

Solusi: abaikan saja soal tata bahasa saat menulis, bereskan pada proses editing ketika semua konsep yang ingin anda sampaikan sudah tertulis.

7. Tidak Memiliki Mentor
Banyak penulis lahir secara otodidak, benar. Termasuk saya. Itu lebih karena pada masa itu tidak banyak pelatihan penulisan. Proses menulis menjadi lama dan harus belajar dari kesalahan sendiri. Sekarang dengan banyaknya kelas penulisan, tentu lebih mudah menulis dengan bimbingan mentor.

Solusi: cari mentor yang anda percayai. Anda boleh memilih mereka yang terpercaya dan sudah dikenal dengan karya karya baru.

8. Macet Menulis
Di tengah-tengah penulisan, tiba-tiba blank. Merasa tidak pede dengan draft yang sudah disusun. Tidak ada sesuatu yang bagus untuk dituliskan lagi.

Solusi: istirahat saja, lakukan sesuatu di luar penulisan. Macet menulis bisa karena bosan, lelah, kurang materi, kurang sehat, dll. jadi, istirahatlah dan kalau sudah fresh, anda bisa memulai lagi.

9. Keinginan Mendefinisikan
Dalam menulis ada banyak kosakata yang tidak biasa yang anda gunakan sesuai bidang penulisan. Anda terlalu khawatir orang tidak mengerti, sehingga sibuk mencari definisi kamus dan tidak menulis materi yang utama.

Solusi: lupakan soal definisi. Tulis saja nanti di lembar tersendiri ketika naskah sudah selesai.

10. Proofreading
Ada banyak penulis yang mengabaikan soal pembacaan naskah oleh orang lain. Menganggap dirinya sudah cukup “ahli”. Heloo…. tidak ada seorang penulis pun yang bisa menilai karyanya sendiri. Tetap harus dibaca dan dinilai orang lain.

Solusi: cari orang lain yang objektif. Tidak harus pintar dan sebidang, tapi cukup objektif dan jujur untuk menilai tulisan kita.

Fungsi proofreading sebenarnya lebih seperti ketika kita bikin kue tart untuk orang tersayang, tetapi kita tidak menyadari ada potongan daun buah yang melekat di salah satu sisi cokelatnya. Kebayang, pasti tidak elok dilihat secara keseluruhan. Nah, proofreading tugasnya menemukan potongan yang tidak berguna itu agar bisa diangkat dan kue tart tetap terhidang dengan sempurna.

Happy Writing, Be A Good Writer.

Ari Kinoysan Wulandari
Please follow and like us:

Hal Penting dalam Menulis Cerita Anak

Gambar sebagian cover buku cerita anak karya Ari Wulandari. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis cerita untuk anak, sedikit berbeda dengan penulisan fiksi lainnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

1. Ending cerita anak umumnya bahagia. Anak-anak memang cenderung sensng dengan cerita yang fun, happy, gembira, banyak kreativitas.

2. Anak-anak tidak senang membaca cerita dengan karakter favorit berakhir sedih atau buruk. Namun dengan berbagai pengolahan cerita, anak perlu dibawa mengerti hidup tidak selalu “seperti dongeng”.

3. Lihat dunia dengan perspektif anak. Artinya melihat semua hal dari sudut pandang anak. Pernah melihat anak tetap bergembira meski hujan deras? Mereka bermain seolah tak khawatir atau cemas. Ya semua hal tetap menggembirakan bagi anak-anak.

4. Jelaskan tempat-tempat dan karakter sehingga pembaca dapat membayangkan hal tersebut dengan “cara mereka sendiri”. Ajak anak berfantasi dengan kemampuan mereka melalui tulisan.

5. Sebisa mungkin gunakan kosakata yang riil dan mudah dipahami. Kosakata abstrak sangat menyulitkan anak, terutama anak-anak di usia dini.

6. Alam dan kehidupan dalam cerita anak sering digambarkan sebagai sesuatu yang “cerah, membahagiakan, warna-warni, optimis.”

7. Atribut atau unsur-unsur “gelap” dalam cerita anak, tetap diperbolehkan asal kemasannya menarik anak. Seperti cerita Where the Wild Things Are atau seri Goosebumps.

8. Judul biasanya sesuai isinya. Pastikan membuat judul dengan kosakata yang riil, agar mudah dipahami.

9. Kalimat biasanya pendek-pendek dan praktis. Panjang cerita pun tidak terlalu panjang karena umumnya disertai gambar yang menarik.

10. Jadikan anak-anak yang sesuai umur segmentasi naskah sebagai first reader. Perhatikan komentar mereka tentang cerita tersebut. Perbaikilah apa yang menurut mereka kurang atau tidak dimengerti.

Menulis buku cerita anak kadang lebih menantang dan perlu usaha lebih banyak dari penulis. Biasanya penulis yang sudah dewasa “perlu ekstra keras” untuk menyelami dunia anak. Masa kecil si penulis (di masa lalu) tentu sangat berbeda dengan masa kecil anak-anak di saat cerita ditulis (di masa sekarang).

Happy Writing, be a Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

#arikinoysanwulandari #ariwulandari #kinoysanstory #dibalikbuku #tipsproduktif

Please follow and like us:

Tantangan di Dunia Penulis

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

“Senang dong Mbak Ari jadi penulis. Banyak nganggur. Kerja bisa seenaknya. Jalan-jalan terus. Uang datang sendiri.”

Sebenarnya, saya sudah agak ‘naik emosi’ membaca pesannya. Saya singkirkan saja pesan tersebut. Dia bukan penulis. Tidak perlu direspon.

Ya, jadi penulis memang banyak senangnya. Setidaknya, kerja bisa di rumah. Tidak harus ke kantor dan termakan kemacetan jalanan. Waktu fleksibel. Lebih lentur bekerja. Bisa memilih jenis tulisan.

Kalau mau dapet duit banyak tinggal nulis lebih rajin. Belum lagi kalau bukunya tiba-tiba terpilih proyek yang nilainya besar. Atau buku dan scriptnya hits, megabestseller di pasaran, pasti banyak bonusnya.

Sungguh tidak benar kalau penulis banyak nganggurnya. Kerja bisa seenaknya. Uang datang sendiri. Penulis sebenarnya pekerjaan yang (tidak) ringan. Otak harus terus bekerja dengan kreatif.

Menulis juga harus sesuai dengan aturan dan kesepakatan-kesepakatan yang —sangat banyak— dan kadang-kadang sangat ribet dengan berulang kali revisi. Royalti walaupun dikirim langsung oleh penerbit, bukan diberikan secara gratis. Itu hasil kerja keras. (Tidak) sehari dua hari, tapi berbulan-bulan.

Ya, yang bukan penulis mungkin tidak pernah tahu, bagaimana kadang buku yang dikerjakan berbulan-bulan, di akhir periode laporan royalti uangnya tak lebih dari sekian puluh ribu saja.

Yang bukan penulis juga mungkin tak pernah tahu, skenario yang sudah digarap dan direvisi berulang-ulang, akhirnya gagal diproduksi dan tidak dibayar. Padahal penulisnya sudah banyak mengeluarkan energi, waktu, biaya, dan pemikiran. Siapa yang peduli? Tidak ada skenario yang beres, ya tidak dibayar.

Belum lagi kalau minta royalti ke penerbit atau nagih ke produsernya aja pakai ngotot-ngototan atau dipingpong sana-sini. Atau bahkan ada juga lho penerbit dan produser yang ngemplang royalti dan honornya penulis. Berbagai kesulitan teknis yang dihadapi penulis. Revisi berulang. Deadline yang ketat. Pajak yang tinggi.

Campur tangan berbagai pihak yang membonsai dan mengkerdilkan kreativitas. Macet menulis. Tidak bisa menulis. Naskah yang dihargai dengan sangat tidak layak. Kondisi kesehatan yang tidak prima tanpa ada penjamin biaya kesehatan.

Naskah-naskah yang digarap istimewa toh jeblok juga di pasaran. Belum lagi begitu banyaknya penulis yang terlibat utang dengan penerbit dan produser. Pasti bukan maunya, tapi lebih sering karena hasil menulis tidak mengcover seluruh kebutuhan hidupnya.

Sedih saya kalau mendengar cerita-cerita miris seputar kehidupan penulis. Apalagi kalau mendengar langsung dari penerbit atau produser yang menyebut si A, si B, si ini si itu terlilit utang hanya karena putusan yang tidak tepat.

Jadi, memang jadi penulis tidak hanya ada senangnya. Ada juga (tidak) senangnya. Jadi penulis harus hati-hati. Bijaksana. Memanajemeni uangnya dengan baik. Menimba pengetahuan dan mau terus belajar. Mau rendah hati dan mendengar kata orang lain. Biar tidak mengambil putusan-putusan yang akan memberatkan dirinya di kemudian hari.

Alhamdulillah, saya jadi penulis baik-baik saja. Jatuh bangunnya menjadi penulis hanya seputar penolakan naskah di masa belia. Saya bersyukur berulang-ulang pada Allah dipertemukan dengan media, penerbit, produser, dan klien yang baik-baik.

Menulis (tidak) selalu gampang. Kadang begitu melelahkan jiwa raga. Kadang menulis juga terasa menjadi sangat “rutinitas” yang ingin saya tinggalkan. Ada masanya saya sangat malas menyentuh laptop atau bahkan sekedar membalas email dan inbox-inbox seputar penulisan. Tapi itu semua harus diatasi dan diselesaikan.

Hidup terus berjalan. Biaya hidup tidak mungkin dihentikan. Tidak ada yang menjamin hidup penulis. Harus lebih banyak berkarya untuk simpanan masa pensiun.

Tetapi bahwa, ada pihak yang bisa saya tanya dengan mudah; ada yang memback up saya dengan segala totalitasnya, adalah anugerah yang tidak bisa saya nilai dengan uang. Tentu saja, termasuk pembayaran yang mudah.

Selalu ada pasang surut dalam penerimaan penghasilan. Yang saya yakini bahwa selama kita bekerja sebaik yang kita bisa, rezeki akan selalu datang dengan caranya yang ajaib.

Mari bijaksana memandang pekerjaan penulis. Ini seperti pekerjaan lainnya. Penuh aturan. Penuh kompetisi. Penuh kedinamisan. Yang bukan penulis, jangan asal bicara yang bikin merah telinga.

Percayalah, saya tidak akan merespon. Tapi anda tidak akan selalu bertemu dengan penulis yang “sudah kebal” dengan omongan orang seperti saya. Bisa saja omongan anda yang asal itu dibalas dengan omelan yang tak kalah sengit oleh penulis lainnya.

Happy Writing, Be A Good Writer 😍
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!
*Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!

Pesan buku wa.me/6281380001149.

Ari Kinoysan Wulandari

#ariwulandari #arikinoysanwulandari #kinoysanstory #dibalikbuku

Please follow and like us:

Aturan Main Kalau Kamu Mengadaptasi Naskah

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Adaptasi adalah hal yang biasa dalam dunia penulisan. Apa saja yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan adaptasi.

1. Adaptasi dan menuliskan kembali itu boleh. Tetapi, yang mesti dihindari adalah menjiplak. Setiap kali kita menjiplak, maka Allah akan mengurangi satu pikiran kreatif kita. Makin sering menjiplak, makin bodohlah diri kita.

2. Aturan adaptasi lebih kurang seperti ini: a. Ide boleh sama, bisa dimiliki siapa saja.
b. Seluruh penulisan harus beda.
c. Karakter harus dimodifikasi.
d. Dialog juga tidak boleh sama.
e. Setting harus berbeda. Intinya: adaptasi untuk cerita adalah pada batasan ide yang sama, tetapi dalam segala hal dari tata cara, sudut pandang, model, karakter harus beda.

3. Ada yang memberi usulan adaptasi dengan cerita mirip-mirip boleh, tetapi batasannya 20 persen saja dari total seluruh naskah yang diadaptasi.

4. Ini berbeda dengan urusan pembelian copyright, lisensi. Banyak pula yang memang kontrak kerja samanya harus dialihkan dengan model (versi) Indonesia saja tanpa boleh mengganti apa pun, termasuk satu kata dialog sekali pun.

5. Kalau adaptasi saja bebas, boleh dalam batas-batas wajar. Tidak ada yang klaim. Permasalahan klaim mengklaim dan gugat menggugat ini biasanya kalau karya adaptasi BOOMING, maka yang terjadi pastilah heboh sampai seret-seretan ke pengadilan segala karena duitnya memang BANYAK.

6. Kalau adaptasinya hanya ide yang sama, sumber tak perlu disebutkan. Tetapi kalau banyak, ya disebutkan. Ada etika tak tertulis untuk memberi surat pemberitahuan pada PENULIS, PENERBIT. Tidak dipungut bayaran kok. Hanya untuk sopan santun saja.

7. Karya adaptasi sering juga sebagai PERSETUJUAN, BANTAHAN, SANGGAHAN, PENYEMPURNAAN suatu karya sebelumnya. Misalnya, Umar Kayam menulis karya legendaris PARA PRIYAYI itu sebetulnya modifikasi dan bantahan untuk karya CLIFFORD GERTZ yang bicara soal Priyayi, Santri Abangan, dan Kalangan Petani. Dan, tidak ada seorang pun yang mengklaim Para Priyayi itu sebagai bantahan untuk karya Gertz.

8. Menjiplak persis biasanya kalau untuk diri sendiri tidak ada yang klaim. Tetapi kalau sudah urusan komersial, diperdagangkan, disiarkan, diakui sebagai karya penjiplak; baru JADI MASALAH.

Sebenarnya, kalau mau curang sih bisa saja, asal tidak ketahuan. Tetapi kalau
ketahuan, — hari serba internet serba canggih begini, apa yang tidak ketahuan? — SIAP-SIAP saja. Itu MEMATIKAN MASA DEPAN sendiri.

Intinya, teman-teman, jangan takut MEMBUAT KARYA ORISINIL. Yang bagus itu tidak harus yang berbau luar negeri kok. Ayolah, kunjungi daerah-daerah Indonesia, berjalanlah. Pasti akan tahu, kita ini lebih kaya dari negeri-negeri
jiran di sekitar kita. Mari ciptakan kiblat, bukan berkiblat kepada negeri orang.

Happy Writing Be A Good Writer 🙂
Ari Kinoysan Wulandari

#arikinoysanwulandari #ariwulandari #arikinoysantips #dibalikbuku #kinoysanstory

Please follow and like us:

Menulis Paragraf Pertama

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Bagian yang paling sulit dari penulisan umumnya menulis paragraf pertama atau memulai. Tips ini mungkin bisa membantu:

1. Carilah sebuah paragraf pertama dari berbagai buku yang anda rasa ingin menuliskannya seperti itu. Kaji dan pelajari betul, lalu terapkan pada objek materi yang sedang anda tulis.

2. Setiap kali memulai naskah baru dan kembali “kesulitan” lakukan lagi cara yang pertama. Kalau bisa kita memiliki “deposito paragraf pertama” yang isinya hanya paragraf-paragraf pembuka, yang bisa kita cek dan pelajari kapan saja.

3. Ketika paragraf pertama selesai anda tulis, biarkan saja. Tidak usah merevisinya dan teruskan menulis.

4. Pada saat selesainya naskah, mungkin anda perlu ekstra waktu untuk merevisi paragraf pertama sebelum jadi “paragraf kesayangan” anda.

5. Berlatih terus akan membuat penulisan paragraf pertama gampang dan akan lebih gampang untuk memulai setiap penulisan baru.

*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Nonfiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Kok! *Manajemen Penulisan Kreatif. *Prinsip-prinsip Penyuntingan Naskah
Pesan buku wa.me/6281380001149.

Ari Kinoysan Wulandari

#ariwulandari #arikinoysanwulandari #arikinoysantips #menulis #kreatif

Please follow and like us:

Manajemen Penulisan Kreatif

Cover buku Manajemen Penulisan Kreatif. Pesan buku wa.me/6281380001149.

Manajemen Penulisan Kreatif ini memuat bahasan mulai dari penulisan kreatif dan manajemennya, cara mengenal karakter diri penulis, tujuan penulisan, jenis-jenis tulisan, memulai menulis, mengatur waktu dan menetapkan deadline, memilih partner kerja yang sesuai, menyingkirkan hambatan penulisan agar naskah dapat selesai tepat waktu.

Dalam buku ini juga terdapat gambaran tentang editing naskah, tata cara publikasi, promosi atau iklan secara mandiri dari penulis, dan mengembangkan kemampuan menulis. Tidak hanya itu, terdapat juga menghitung tarif jasa penulisan yang sesuai, membuat kontrak penulisan, mengatur keuangan, perlu atau tidaknya manajer penulis, dan mengenal karakter klien.

Tawaran kerjasama kepada penulis, baik sebagai penulis pendamping, ghostwriter, atau editor freelance — dapat anda pertimbangkan yang paling sesuai.

Sebaik-baik penulis berkarya, selalu saja ada kritik dan haters. Buku ini memberikan tips praktis menghadapi kritik dan kebencian tidak berdasar. Selain itu, yang terpenting adalah langkah praktis menggunakan manajemen penulis kreatif, program penulisan naskah satu tahun dan penggunaannya untuk penulisan naskah fiksi maupun nonfiksi.

Siapapun dapat menggunakan program penulisan tersebut dengan mudah, terutama bagi anda yang ingin menulis naskah buku solo atau dengan nama anda pribadi.
Pesan buku wa.me/6281380001149

Ari Kinoysan Wulandari

#ariwulandari #arikinoysanwulandari #manajemen #penulisan #kreatif

Please follow and like us: