Workshop Membuat Kalimat Efektif yang Bernyawa

Flyer Workshop Membuat Kalimat Efektif yang Bernyawa.

Kalimat efektif itu seperti apa?

Menurut saya:

  1. Pendek, tidak terlalu panjang.
  2. Mudah dimengerti.
  3. Jelas gagasannya.
  4. Jelas S-P-O-K nya.
  5. Jelas fokus pembicaraannya.
  6. Pengulangan kata tidak berlebihan.
  7. Jelas hubungan kata dengan kata lainnya.
  8. Jelas dan tepat penggunaan kata depan.
  9. Jelas dan benar secara logika dan penalaran.
  10. Jelas maksud dan tujuannya.

Lalu bagaimana cara membuat kalimat efektif yang “bernyawa”? Tentu saja dengan “menghidupkan” kosakata pilihan yang sesuai dengan keperluan.

Kamu mau tahu banyak tentang kalimat efektif yang bernyawa? Yuk ikut kelas penulisan ringan ini ya… Sabtu, 10 Februari 2024 jam 09.00 sd 11.00 wib. Chargenya ringan kok dan pasti ilmunya bermanfaat. Segera daftar dan bergabung ya…😀🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Kompromi dengan Peluang Penulisan

Cover buku Tahajud Cinta. Pesan buku bisa ke gramedia.com atau amazon.com.

Saya memulai karir menulis dari cerita
anak, cerpen, cerbung di media, dan
mulai menulis novel secara mapan. Lalu bekerja menetap sebagai editor buku dan terakhir yang paling lama sebagai script
editor sinetron dan film.

Saya merasa jiwa penulisan saya ya di
materi fiksi, dan bersikukuh itulah yang
saya bisa. Namun dalam perjalanan industri penulisan, ada masa-masanya pasar fiksi begitu jenuh. Buku fiksi model apapun jeblok di pasaran, bahkan untuk mereka yang sudah punya nama besar.

Saat itu, salah satu penerbit menawarkan
saya, menulis nonfiksi. Apa itu nonfiksi….
Saya tidak tahu dan tidak berminat. Hei,
tapi begitu mendapatkan penjelasannya….
take it easy. Tidak ada salahnya mencoba,
toh ada editor yang bisa saya tanya apa dan
bagaimananya.

Saya pun tidak kepedean. Saat tawaran ini datang, saya sudah di Jakarta. Ada banyak penulis yang saya kenali. Saya pun “berguru” dengan serius untuk menulis buku nonfiksi selama berbulan bulan; mungkin setahunan. Sebelum akhirnya saya mencoba mengadu untung dengan menulis nonfiksi dan menyerahkan naskah saya ke penerbit.

Mana bisa saya prediksi kalau nonfiksi pertama saya “Tahajud Cinta” jadi istimewa dan laris manis…. dan setelah itu, saya lupa menghitung bagaimana buku-buku nonfiksi saya menjadi cukup banyak. Tenang saja, belum 1001 judul. Versi saya ya belum banyak 😃

Lalu, saya belajar dengan cepat. Bahwa dalam penulisan apapun, kadang kita harus berhitung dan kompromi dengan kesempatan dan peluang yang ada. Bisa jadi, siswa-siswa kelas yang ngotot betul “hanya mau menulis ini” sesuai bidangnya, padahal bidang itu jelas tidak dicari, perlu berpikir untuk kompromi dengan peluang.

Mungkin dengan menulis “pesanan” itu bisa jadi “batu loncatan” untuk menulis apa yang diinginkannya. Bagaimanapun, anda harus
tahu dan sadar: media, penerbit, PH, jauh lebih senang “menerima” tulisan dari penulis yang sudah eksis dibandingkan penulis yang belum dikenal, betapapun “sangat baiknya” tulisan anda.

Jadi, jangan alergi pada kesempatan. Ingat, berlian tidak ditemukan di permukaan 😃
Anda harus menggali sangat dalam untuk
bisa memperolehnya.


Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Menulis dengan Hati

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Zaman dulu, saat saya mulai belajar menulis bukan zaman internet seperti sekarang. Nggak ada kelas-kelas penulisan. Nggak ada guru menulis, apalagi di kampung saya yang pelosok –nulisnya pun masih pakai mesin ketik. Suaranya cetak cetok mengganggu kalau malam sunyi.

Kalau kirim naskah ke media harus disertai perangko balasan biar dikembalikan dengan catatan koreksi. Tapi ya tentu saja saya tetap nggak mudeng, di sekolah nggak ada pelajaran menulis.

Saya buangi saja naskah kembalian di tempat sampah ruang belajar, begitu dikembalikan dari redaksi. Jadi saya nggak pikiran sudah nulis begitu banyak. Saya ngitungnya ya tetep satu naskah yang sedang saya kerjakan.

Tahunya pas saya sudah jadi penulis, sudah lama banget, ibunda saya ngasih tuh naskah-naskah yang ditolaki media…. 111 naskah. Bayang pun 🤣🙈 Betapa heroiknya saya menulis dengan membabibuta, tak tahu arah jalan dan cara yang benar.

Terus entah kapan begitu ibu saya menemukan lagi sekitar 10-an, jadi ya 121. Kalau sekarang mengingat lagi, saya bersyukur diberi “mudah lupa” tidak terlalu mengingat apa yang sudah lewat. Nulis terus, dengan satu fokus: dimuat di media 😃💪

Jadi asli, sebel banget kalau ada calon penulis yang baru 3x naskah ditolak sudah teriak menye-menye ke seluruh dunia, hidupnya paling apes…. lah, yang ngerasa apes kan dirinya sendiri 😂

Menulislah dengan sungguh sungguh, pakai hati. Lamban gakpapa yang penting progress.
Buruk gakpapa yang penting jujur dan
tulisan sendiri, bukan plagiat apalagi ketik ulang naskah orang yang sudah publish
dan mengakui sebagai milik sendiri.
Itu sungguh tidak patut!

Menulislah sendiri. Lamban dan buruk itu proses menulis dengan cepat dan baik.
Berlatihlah dan terus belajar hingga menulis
jadi gampang dan menyenangkan 😊😍🤗

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Webinar Proses Kreatif Menulis Novel

Flyer Webinar Proses Kreatif Menulis Novel.

Monggo Teman-teman yang free luang waktu bisa mengikuti kegiatan ini.

Heru Marwata (STB HM)’s Zoom Meeting Diskusi Sastra Bulanan TISI (2): PROSES KREATIF MENULIS NOVEL, CERPEN, DAN PUISI: Menguak Problema

Sabtu, 17 Februari 2024, pukul 19.30–22.00 WIB

Pemantik:

  1. Ari Kinoysan Wulandari (Novelis)
  2. Fanny Jonathans Poyk (Cerpenis)
  3. Kurnia Effendi (Penyair)

Moderator: Si Tahu Bulat Heru Marwata

Host: Viefa (Nur Khofifah)

Take meeting notes
Start a new document to capture notes
https://ugm-id.zoom.us/j/95401539904?pwd=UVlHRkR1NktFdjhFWHlWY1k2ak1WZz09

Heru Marwata
Organizer
Set your working location
Heru Marwata (STB HM) is inviting you to a scheduled Zoom meeting.

Join Zoom Meeting
https://ugm-id.zoom.us/j/95401539904?pwd=UVlHRkR1NktFdjhFWHlWY1k2ak1WZz09

Meeting ID: 954 0153 9904
Passcode: 616596


One tap mobile
+15074734847,,95401539904#,,,,616596# US +15642172000,,95401539904#,,,,616596# US


Dial by your location
• +1 507 473 4847 US
• +1 564 217 2000 US
• +1 646 931 3860 US
• +1 669 444 9171 US
• +1 669 900 6833 US (San Jose)
• +1 689 278 1000 US
• +1 719 359 4580 US
• +1 929 436 2866 US (New York)
• +1 253 205 0468 US
• +1 253 215 8782 US (Tacoma)
• +1 301 715 8592 US (Washington DC)
• +1 305 224 1968 US
• +1 309 205 3325 US
• +1 312 626 6799 US (Chicago)
• +1 346 248 7799 US (Houston)
• +1 360 209 5623 US
• +1 386 347 5053 US

Meeting ID: 954 0153 9904
Passcode: 616596

Find your local number: https://ugm-id.zoom.us/u/aiCYuRMeW

10 minutes before

Heru Marwata (Si Tahu Bulat)

Please follow and like us:

Dunia Penulis dalam Series Moonlight

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Saya termasuk telat nonton series ini. Moonlight (2021) yang berkisah dengan apik dunia penerbitan sekompleknya. Artinya ya ada penerbit, editor, penulis, ilustrator, marketing, toko buku, award, dll. Series ini berdurasi 45 menit per episode sebanyak 36 episode; produksi Tiongkok, airing tahun 2021; dengan grade point 8.4 dalam skor 1 s/d 10. Artinya ya baik sekali. Layak ditonton.

Secara garis besar, Moonlight ini berkisah tentang Chu Li. Salah satu impiannya adalah bergabung dengan penerbit terkenal. Lulus kuliah, Chu Li berjuang keras hingga diterima di Yuan Yue Publishing House.

Setelah itu, Chu Li selalu berusaha menjadi karyawan yang terbaik. Karirnya melesat sebagai editor eksklusif untuk penulis-penulis terkenal. Chu Li ini memiliki nama samaran, yaitu Monkey yang ia gunakan di situs pertemanan online.

Di situs tersebut, Chu Li memiliki teman virtual dekat yang dikenal dengan inisial L Jun atau nama sebenarnya, Zhou Chuan (Ding Yu Xi). Keduanya hanya tahu satu sama lain dengan nama samaran.

Di dunia nyata, Zhou ternyata seorang penulis yang dikenal sopan, lemah lembut, dan tampan. Suatu hari, Zhou dan Chu Li bertemu. Namun, pertemuan ini sangat berbeda dari citra Zhou yang dikenal oleh masyarakat. Mereka terlibat konflik karena proyek penulisan yang melibatkan Chu Li sebagai editor. Pertikaian di antara Chu Li dan Zhou berlangsung cukup lama tanpa titik temu. Meski begitu, keduanya mulai mencari tahu lebih banyak tentang satu sama lain sehingga Zhou mulai menduga bahwa Chu Li adalah teman online bernama Monkey.

Sementara itu, Chu Li merasa mustahil bahwa Zhou, sang penulis terkenal adalah teman online dengan inisial L Jun. Pasalnya, Zhou di matanya adalah sosok penulis yang sangat mengganggu dan sering membuatnya kesal.

Dibintangi wajah wajah muda rupawan, berikut ini daftar pemain sekaligus penokohan series Moonlight yang mungkin perlu kita ketahui.

1. Yu Shu Xin (Chu Li/”Monkey”)

Yu Shu Xin berperan sebagai Chu Li, gadis biasa yang ingin mengejar impiannya sebagai editor di Yuan Yue Publishing House, penerbit dari banyak novelis ternama.

2. Ding Yu Xi (Zhou Chuan/L Jun/”Mr. Fox”)

Ding Yu Xi memerankan tokoh Zhou Chuan novelis muda yang sangat berbakat dan punya nama samaran L Jun dan Mr. Fox. Punya sifat yang agak arogan, dia cukup dibenci oleh Chu Li sejak pertemuan pertama.

3. Yang Shi Ze (Jiang Yu Cheng)

Jiang Yu Chen adalah sahabat Zhou Chuan yang sama-sama berkarir sebagai penulis novel. Karena berkali-kali gagal, dia memilih untuk berhenti sampai bertemu Chu Li.

4. Wang Ting (Yu Yao)

Tokoh Yu Yao merupakan atasan Chu Li yang sikapnya sangat tegas dan memiliki etos kerja yang sangat baik.

5. Ma Yin Yin (Gu Bai Zhi)

Gu Bai Zhi bekerja sebagai chief editor di perusahaan pesaing, yaitu di penerbitan Xin Dun. Perempuan ini memang memiliki kepribadian yang dingin, ambisius, pekerja keras, tapi tetap memahami etika kerja.

6. Hua Tong (Ah Xiang)

Tokoh Ah Xiang berprofesi sebagai desainer di Yuan Yue Publishing House. Punya usia yang seumuran, dia bisa mudah akrab dengan Chu Li.

7. Zhu Yong Teng (Liang Chong Lang)

Liang Chong Lang adalah pimpinan di bagian distribusi, pria ini dikenal sangat tegas dan perhitungan.

8. Zhou Pu (Miao Jian Ping)

Miao Jian Ping adalah wakil kepala editor, pria inilah yang menjadi atasan langsung dari Chu Li. Berbeda dengan Yu Yao, Miao Jian Ping selalu saja meremehkan Chu Li terutama dalam prestasinya.

9. Xiong Yu Ting (Song Xi/Li Xue Mei)

Song Xi dikenal sebagai seleb terkenal, tapi ternyata punya sifat arogan dan pemarah.

10. He Yun Qing (Zhou Gu Xuan/Ayah Zhou Chuan)

Zhou Gu Xuan merupakan ayah kandung Zhou Chuan. Dia berprofesi sebagai novelis dengan segudang penghargaan. Namun, ternyata dia punya hubungan yang kurang baik dengan sang putra.

Lagu-lagu dalam Moonlight atau OST nya pun enak didengarkan.

1. Chu Li is Here – Yu Shu Xin

2. Heartless Poem – Ding Yu Xi

3. Extreme Day – Ma Shi Hui

4. NiuNiu – Shuang Sheng

5. Yun Hai – Zhang Yuan

6. Paper Airplane – Jin Wen Qi

Nah, itulah sederet hal menarik series Moonlight yang layak untuk diikuti.

Bagi saya pribadi, cerita ini berasa melihat perjalanan hidup sebagai penulis. Bagaimana naskah di tengah tumpukan itu kadang memerlukan insting dan kejelian seorang editor untuk “naik” sekedar dibahas oleh tim redaksi.

Bahwa penulis yang sudah mati suri pun —tidak menulis bertahun-tahun karena penjualan buku yang buruk, kalau bertemu editor yang handal dan bisa memanusiakan penulis, dia akan kembali berjaya. Penulis penulis yang memerlukan tangan dingin editor untuk bisa menghasilkan versi terbaiknya.

Beragam kejahatan dunia perbukuan pun di sini diulas dengan blakblakan; plagiat, keributan antar penulis, booksigning, rebutan kapling atau spot muat, gegeran antar petinggi penerbit, keributan cetak dan distribusi; dll. Siapa yang jadi penjilat, siapa yang nggak kerja, siapa yang sok berkuasa, penulis yang bawel, artis yang mengganggu, dll semua ada. Bagi mereka yang berada di industri kreatif kayaknya sayang kalau melewatkan series ini.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Pentingnya Berpikir Ulang

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Pernah suatu ketika di pagi pagi buta, saya sudah menulis surat protes untuk dua pihak yang versi saya tidak bekerja sesuai dengan aturan dan kesepakatan. Namanya saja surat protes, tentu bahasanya tak seindah puisi cintamu 😄😅
.
Begitu rampung, saya mengecek ulang, membaca cermat, menimbang, merenung, memikir ulang. Lalu bertanya pada diri saya: apa ini penting? Apa dampaknya?
.
Alih-alih berasa happy, saya pun ikut tidak nyaman. Saya pun memutuskan untuk mendelete seluruhnya dan melupakannya.
Saya akan bertanya dan mencari tahu sebabnya, lalu akan berembug solusinya.
.
Sekira wes jam normal orang kerja, saya baru bersapa sua kepada dua pihak ini. Dan cerita mereka mengalir lancar setelah permohonan maaf karena merasa segan mendahului lapor kesulitan di lapangan pada saya. Ya ampuuun… 😄😅
.
Akhirnya kami mengubah dan mengatur ulang beberapa hal yang ternyata “sulit” pada praktiknya. Lalu selesai. Sore hari ini, beberapa pekerjaan yang sempat tertunda itu, justru selesai lebih cepat sebelum deadline karena kami menemukan formatnya ketika berdiskusi pagi hari. Begitu mudah. Tanpa silang pendapat musuhan.
.
Saya merenungkan ulang; kalau surat protes saya tadi pagi terkirim; bisa jadi tidak secepat ini rampungnya. Dan yang pasti, bisa-bisa saya menambah musuh, kehilangan orang yang bisa membantu gaweyan tak terduga. Alhamdulillah, terhindar dari hal itu.
.
Jadi ya, saat kita ingin meluapkan marah; mungkin perlu menulis semua kemarahan kita —termasuk caci makinya, membaca ulang, kemudian menghapus seluruhnya. Melupakan kemarahan dan fokus pada mencari solusi. Kesulitan pun bisa lebih cepat diatasi. Dan yang pasti, tidak perlu habis energi untuk marah-marah.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Bisakah Menulis untuk Hidup Layak?

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Pertanyaan itu kelihatannya mudah dijawab, tapi saya perlu waktu untuk menjawabnya. Banyak orang yang masih saja bertanya bagaimana saya survive dengan menulis, dan seringnya mereka melihat saya dolan-dolan. Yes, gaweyan saya memang dolan dan hobi menulis😍
.
Sejujurnya saya tidak tahu. Apakah menulis bisa dikategorikan untuk hidup layak atau tidak, karena standar hidup tiap orang berbeda. Saya memiliki prinsip, kalau kita sungguh-sungguh mengerjakan sesuatu, pasti ada hasil baiknya.
.
Tuhan memberi saya “skill” menulis, jadilah saya menulis dalam berbagai tema, mengajar tentang penulisan; dan sejauh ini, alhamdulillah baik-baik saja. Saya sekolah S2 dan S3 di UGM tidak dengan beasiswa, uangnya ya dari menulis. Saya sudah mandiri membiayai kuliah S1 dengan menulis sejak usaha ayah bangkrut. Tidak ada alasan saya tidak mandiri setelah lebih dewasa.
.
Ingat lho sebagai penulis saya nggak terima duit bulanan. Berhentilah bertanya berapa penghasilan saya setiap bulan. Karena itu bisa banyak sekali, atau sama sekali berbulan-bulan tidak ada penghasilan. Tinggal pinter-pinter mengatur agar duit yang diterima satu kali bisa untuk satu tahun, misalnya.

Tidak mudah, apalagi kalau gaya hidup tidak terkontrol. Saya hidup sederhana; menikmati dan mensyukuri berkah hidup saya😍 Saya merasa beruntung karena tidak punya utang pada pihak lain. Itu berkah lho… karena banyak orang yang hidupnya glamour, tapi tiap bulan ribet dikejarkejar penagih utang😎
.
Jadi, bagaimana saya harus menjawab pertanyaan tadi? Simpulkan sendiri ya. Saran saya jangan asal banting setir mau jadi penulis demi ego. Bekerjalah baik-baik, investasi ilmu penulisan terbaik, cari mentor terbaik, alokasikan waktu untuk menulis. Kalau sudah eksis karya dan duitnya dari menulis, anda baru boleh resign dari kantor.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: