Bereskan Soal Ejaan

Panduan penulisan. Pesan buku cetak bisa langsung wa.me/6281380001149.

Ejaan kelihatannya sepele, tapi kalau sering salah jadi fatal untuk seorang penulis. Sebaiknya sebelum naskah sampai ke tangan pihak lain, EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) sudah beres. Kalau nggak tahu apa itu EYD googling aja…. Berikut ini hal-hal yang harus kita perhatikan dalam penulisan EYD.

  1. Kata-kata baku. Cek di KBBI. Jangan malas buka kamus.
  2. Jangan terpengaruh bahasa lisan, kecuali anda ingin membuat gaya penulisan anda seperti bahasa lisan. Tapi konsekuensinya, tidak semua penerbit suka gaya seperti ini.
  3. Perhatikan penulisan gabungan kata, mana yang disambung, mana yang dipisah.
  4. Perhatikan tanda baca…. jangan berlebihan.
  5. Perhatikan pula penulisan huruf-huruf kapital.
  6. Perhatikan penulisan kata-kata serapan yang dicetak miring. Ingat, terlalu banyak cetak miring akan bikin mata pembaca sakit.
  7. Penggunaan kata depan harus tepat dan sesuai.
  8. Perhatikan juga penulisan dialog, kutipan, dll yang menggunakan tanda petikan langsung.
  9. Jangan salah ketik. Kalau sudah jadi penulis, wajib tepat menulis. Kurang satu huruf bisa bermakna jauh berbeda dari yang dimaksud.
  10. EYD tidak untuk membatasi gaya dan karakter tulisan anda. EYD justru membantu anda untuk menulis dengan baik dan maksudnya dapat diterima pembaca sesuai dengan keinginan anda.

Dalam dunia industri kreatif, memang selalu ada editor. Tapi ingat, editor juga sebel kalau penulis melakukan kesalahan berulang dan sama. Jadi, daripada membebani orang lain kenapa kita tidak memulai menulis yang rapi dan tertib? Eeh, tulisan yang baik dan benar itu sungguh memudahkan pembaca lho….

Happy Writing, Be A Good Writer ❤️

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Pilihlah Sebahagiamu

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Bagaimana cara menyiapkan tabungan untuk hidup dua tahun? Bukankah itu jumlah yang besar dan sulit bagi PNS atau pekerja kantoran standar?

Saya tertawa. Ya kalau PNS atau pekerja kantoran standar, kayaknya nggak perlu-perlu amat begitu. Kan wes gajian rutin tiap bulan. Setahu saya, tidak pernah ada kasus PHK untuk PNS kecuali pemecatan karena tindakan melawan hukum yang sudah diputus sah dengan ketetapan pengadilan/hukum. Kalau pekerja kantoran swasta siy masih mungkin ada PHK massal. Jadi memang lebih baik bersiap-siap dengan dana darurat super urgent itu.

Mungkin bagi mereka yang sudah hidup aman dengan gajian tiap bulan; cukup atur saja persiapan dana darurat untuk hal tidak terduga. Terus besarannya berapa? Ya tergantung masing-masing. Sekurangnya aturan standar itu 3x biaya hidup bulanan. Jadi cek saja biaya hidup sebulan berapa, cukup kalikan tiga. Lebih besar lebih baik. Kalau sudah, kunci saja. Tabung di rekening non ATM atau non ibanking, m-banking dll itu biar nggak dicomot-comot. Tapi pastikan cek cek biaya bulanannya yes. Karena kalau tidak ditambah ntar menyusut dengan besarnya biaya admin dll dari bank.

Kalau freelancer, itu berbeda aturan mainnya. Situasinya tidak pasti, tidak tetap. Pekerjaan dan rezekinya pun tidak menentu. Saya pribadi mempersiapkan dana hidup non operasional juga tidak ujug-ujug banyak. Semula ya 1/2 bulan, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dst sampai terkunci sesuai tujuan saya. Misal 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, dst. Dan tentu akan saya perpanjang terus, sesuai kemampuan. Lha kalau nggak begitu, siapa yang menjamin masa pensiun saat saya sudah tidak produktif bekerja?

Keberadaan dana seperti ini, tidak selalu mudah disediakan atau diusahakan. Karena kebanyakan kita, prinsipnya itu belanja dulu baru nabung. Kalau kurang malah bisa pake kartu kredit, paylater, kredit berjangka, cicilan, dll yang sebenarnya perpanjangan dari utang berbunga, sesuatu yang sering kita abaikan karena terlihat cicilannya kecil saja untuk setiap bulan. Padahal mestinya ya kita itu nabung dulu baru belanja. Yo weslah, bebas ini. Urusan masing-masing 😀🙏

Atur atur ajalah biar duit anggaranmu bisa sesuai dengan pilihan yang bikin kamu happy. Boleh nabung dikit dikit, boleh auto debet, boleh beli emas, boleh arisan, bisa reksadana, saham, coin, tanah, rumah, dll. Kalau nggak bisa nabung banyak, ya nggak usah maksa. Apalagi buat mereka yang wes dapat jaminan masa pensiun, kalem kalem bae.

Kalau bagi saya pribadi, bagian ini sangat penting. Sekurangnya ada bagian ini yang bikin saya pribadi jadi tenang, anteng, tidak menerima pekerjaan yang nggak masuk akal (baik deadline maupun fee-nya), tidak disetir orang karena tidak ada urusan utang. Mandiri secara finansial akan membuat seseorang merdeka dalam berpikir, bertindak, bekerja, dan bisa hidup dengan happy damai. Pokmen ora kemrungsung 😍

Saya sering menganggap bagian itu “tidak dingat-ingat”. Hanya untuk digunakan saat situasi beneran tidak terprediksi, seperti kasuistik pas pandemi kemarin. Kalau situasi normal ya tidak diutakatik. Juga bukan untuk dipinjam-pinjamkan😀🙏 Tenan, mbok suka berbagi gitu, saya cenderung menolak utang utang pribadi. Jadi nggak usah ngutang ke saya 😁

Nah, bagaimana dengan kamu? Setiap orang dan keluarga punya manajemen duit berbeda. Carilah model manajemen keuangan yang bikin kamu bahagia, bikin kamu nyaman. Ada banyak pilihan tabungan dan investasi. Ada banyak cara mempersiapkan diri untuk situasi darurat. Pilih-pilih yang sesuai. 🙏

Alhamdulillah, saya hidup dengan baik karena kemandirian finansial dan tidak diribeti urusan utang. Kerja pun tetap tenang. Bisa do the best atau just let it go. Karena versi saya, hidup itu untuk bahagia; bermanfaat bagi sesama dan semesta dengan cara sebaik-baiknya ❤

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Workshop Dasar-dasar Penyuntingan Naskah

Flyer workshop Dasar-dasar Penyuntingan Naskah.

Apa siy yang harus kita lakukan saat penyuntingan atau editing naskah?

Pada dasarnya adalah memperbaiki tulisan yang kurang dan memperkuat tulisan yang sudah bagus.

Dasar-dasar penyuntingan yang wajib kita tahu sebagai penulis, lebih kurang berkaitan dengan:

  1. Tidak ada salah ketik.
  2. Tidak ada salah ejaan.
  3. Format baku standar sudah terpenuhi.
  4. Materi sesuai dengan media atau tempat yang dituju.
  5. Template atau bentuk format sudah sesuai.
  6. Benang merah materi keseluruhan sesuai.
  7. Tidak ada materi yang kurang atau berlebihan pada setiap porsinya.
  8. Mengemukakan hal yang bermanfaat bagi pembaca.
  9. Materi bisa diproduksi dengan harga terjangkau.
  10. Tidak menyalahi aturan hukum normal yang berlaku.

Mau tahu lebih banyak tentang dasar-dasar penyuntingan naskah? Yuk ikut kelas ini. Hari Minggu, 3 Maret 2024 jam 9-11 WIB dengan charge yang ringan. Silakan bersegera ya 😀🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tips Menulis Anti Galau

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Menulis memang nggak selalu gampang. Bahkan saat naskah sudah selesai pun, ada saja hal yang bikin penulis galau. Ini nggak cuman di kalangan pemula aja siy, kadang penulis profesional atau yang sudah banyak menulis pun mengalaminya.

Kegalauan itu biasanya muncul dari pertanyaan pertanyaan seperti di bawah ini.

  1. Tulisanku sudah bagus atau belum?
  2. Teori yang kugunakan sudah benar atau masih salah?
  3. Kalau menerbitkan buku ini pakai uang atau tidak?
  4. Kalau ke penerbit/PH, aku mesti ketemu siapa?
  5. Kirim naskahku ke mana ya? Cocok nggak ya mereka?
  6. Naskahku kok mirip-mirip dengan yang sudah ada di pasaran? Gimana dong?
  7. Kayaknya aku mesti berguru niy biar pede… tapi biaya nya berapa ya?
  8. Duuh, kok aku nggak bisa bikin gaya bahasa seperti penulis si A… gaya tulisanku kok buruk gini?
  9. Kenapa tulisanku nggak selesai-selesai ya? Duh sayang kelewat lomba kemarin…
  10. Kok tulisanku jadi ke mana-mana siy? Padahal aku sudah pake sinopsis lho….

Terasa relate banget dengan keseharian kita saat menulis kan? Nah, berikut ini tips anti galaunya 😀🙏

  1. Minta tolong baca teman baik atau ikutkan kelas bedah karya, biar TAHU PENDAPAT ORANG atas tulisanmu.
  2. Dalam menulis, semua teori BENAR asal tulisan BAGUS dan MENARIK.
  3. Tidak pakai uang kecuali kamu menerbitkan secara INDIE, MANDIRI, SELF PUBLISHING.
  4. Editor atau script editor inilah yang berurusan dengan lalu lintas naskah di Penerbit atau PH.
  5. Ke mana saja Penerbit atau PH yang kamu rasa cocok, alamatnya searching di google atau di buku JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG KOK! dan JADI PENULIS SKENARIO? GAMPANG KOK! ada komplit. Sekarang jumlah mereka jauh lebih banyak daripada yang tercantum di dua buku tersebut.
  6. Banyak buku yang mirip, asal punya kamu LEBIH BAGUS orang akan tetep beli. PEDE sajalah…. kamu sudah do the best untuk tulisanmu.
  7. Pede itu dari diri sendiri, nggak mesti berguru. Tapi dengan berguru pada ahlinya, kita mencegah jatuh pada lubang yang sama. Biar orang lain saja yang pengalaman jatuh, kamu bisa memilih jalan yang lempeng.
  8. Ya jelas nggak bisa, karena kamu bukan si A. Jadilah dirimu sendiri. Cari ciri khas sendiri. Setiap penulis itu unik dan istimewa dengan gaya tulisan masing-masing.
  9. Karena kamu suka ngedit saat menulis. Jangan mengedit saat menulis. Ikuti saja program yang sudah kamu buat.
  10. Karena kamu nggak pakai sinopsis untuk menulis 😀🙏 Kalau pun sudah ada sinopsis, tapi pikiranmu nggak fokus ke sinopsis pada waktu menulis. Artinya menambah ini itu, sehingga melenceng jauh dari sinopsis awal.

Oke, semoga tips ini membantu. Happy weekend, happy writing. Tulisan yang paling baik adalah tulisan yang diselesaikan dengan jujur. ❤️

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

… yang Terpenting Niatmu Menulis….

Mo dolan saja kalau nggak niat ya nggak jadi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Pas saya ikut kelas etnofotografi dan foto kuliner, saya menemukan kesamaan pandangan: yang terpenting niatmu 😀 Masalah alat, keahlian, itu menyusul. Jadi kalau kamu memotret sesuatu mung nggo update status sosmed, yo hapemu itu
wes cukup.

Kecuali potret-potret untuk tujuan komersial, iklan produk, dll. Nah kuwi alatnya kudu memadai dan syukur-syukur ter-update. Printilan beragam alat pendukung untuk membuat fotonya layak, bagus, menarik tur memikat itu juga kudu disiapin. Tukang motretnya yo kudu paham prinsip-prinsip fotografi dan operasional penggunaan alat-alat beserta pendukungnya. Pokoke kudu tenanan yes. 😃🤗

Sama juga kan prinsipnya dengan menulis 🤔 Kalau kamu menulis untuk sekedar hobi, yo ndak usah ngeyel mo produktif seperti penulis profesional. Itu jian cita-cita yang nggarahi mumet tur ngelu 😂 Santai-santai ajalah, kalem bae. Bikin satu buku satu tahun wes cukup. Kamu masih bisa bekerja di bidangmu
dengan tenang, tur yo iso pamer duwe buku baru 😆 Wes bisa disebut penulis juga kan? Dan mereka yang begini ini, ya ampun bangga dan hebohnya bisa memenuhi jagat sosmed berhari-hari. Wes gakpapa, bagi saya pokmen menambah luas dunia literasi, itu oke saja.

Nah sekarang kamu sendirilah yang bisa milih dan nentuin masalah target penulisanmu. Bagi saya, apapun tujuanmu menulis; yang penting tetap semangat menulis sampai merampungkannya. Biar bisa terbit, bisa pamer, bisa narsis, bisa eksis 🙏💪 Sekurangnya mulailah dengan menulis yang baik untuk update status di sosmedmu. Lha ya kan mumpung-mumpung sosmed di Indonesia ora bayar 😂😆

Happy weekend dan happy writing ❤️

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Allah Lebih Tahu

Foto hanya sebagai ilustrasi. Diambil dengan semena-mena dari internet. Boleh DM untuk kredit foto atau hapus.

Tahun lalu, Ramadan adalah rekor puasa terburuk sepanjang hidup saya. Selain karena perempuan terkena menstruasi 5-7 hari yang tidak boleh berpuasa, jatuh bangun kesehatan saya membuat puasa saya praktis kurang dari setengah bulan. Itu pun harus sedikit eyel-eyelan dengan dokter yang sebenarnya meminta saya total nggak puasa. Saya bilang, saya tetap akan berniat puasa; kalau ternyata nggak sanggup ya membatalkan.  Ya begitulah, banyak puasa saya yang tumbang di tengah harian.  Semoga Allah ampuni saya dan tetap mencatat kebaikan amal meskipun sedikit 🙏

Dan puasa yang jadi ibadah paling mudah bagi saya ketika kekurangan makan (daripada laper nggak jelas, sekalian aja puasa) berubah menjadi ibadah yang ekstrim beratnya ketika di mana-mana berjumpa makanan enak melimpah. Di kantor dengan rapat rapat yang nggak lepas dari makan dan snack, di media, di penerbit, PH apalagi yang doyan pesta, belum undangan makan jumpa klien, dan tentu saja kulkas rumah dan meja-meja yang selalu penuh makanan, terus merasa duit ada mo beli apa aja boleh; hiliiih ini puasa beneran jadi nggak mudah.

Utang puasa Ramadan saya itu pun beneran saya cicil satu hari per satu hari. Itu pun harus ngomong sama dokter, karena kesehatan saya yang masih up down begitu. Yo wes lah, saya terima ikhlas dengan semua kondisi tubuh saya yang sedang riwil.

Dan tahun ini begitu utang puasa saya lunas, alhamdulillah,  saya wes mulai siap siap untuk Ramadan. Alarm saya yang wes biasa jam 03 wib teng, sudah saya ganti 02.30 wib. Biar leda lede saya di tempat tidur tidak mengganggu jadwal kalau nanti sahur dll. Bekal mental dengan tradisi ngaji, sedekah, dll itu pun sudah mulai saya tambah.

Logistik… ya gegara semua ibu teriakan harga sembako naik, saya ikutan menuhin tempat yang sudah ada di rumah. Kulkas, wadah beras, minyak, garam, dll. Tanpa menambah porsi. Tapi kulkas saya belum penuh, karena niatnya saya mo beli ikan dan daging frozen olahan yang tinggal panggang, kukus, atau goreng saja.

Ben praktis dan nggak beli online food dadakan karena jelang buka atau sahur itu pasti rame dan ribet antrian pesanannya. Terus karena buru buru rame gitu, kadang masakannya jadi nggak enak 😆

Yaelah, ternyata banyak bahan frozen yang wes diborong emak-emak. Termasuk daging ikan dan cs frozen an di toko langganan saya. Saya pun pesan kalau barang ini itu sudah ada agar info WA. Biar saya tinggal bayar dan ambil.

Ealah, Kakak saya yang dari Manado ki datang dan begitu mendarat terus ke hotel, cuma WA pendek. Ri, aku sudah di Jogja. Karena Manado Jogja itu perjalanan transit dan pasti lelah, saya yo nggak banyak nanya. Pagi pagi tadi dia bilang lagi. Ri, alamatmu kirim. Niy oleh-oleh harus masuk kulkas dulu.

Karena pagi ribet ini itu, saya balas singkat. Dan tahu nggak yang dibawain itu apa? Ikan- ikan kaleng olahan Manado yang jelas superenak dan ikan asap ukuran besar yang wes dipotong-potong. Masih banyak oleh-oleh lainnya; klappertaart, kacang, dan katanya beberapa jenis oleh-oleh masih di perjalanan karena dibawa anaknya. Ampuun, kulkas saya pun mendadak penuh.

Eeh, saya yo tahu kakak saya akan ke Jogja karena anak bungsunya wisuda. Tapi apa saya minta ini itu oleh-oleh? Enggak sama sekali. Karena saya tahu ribet capeknya perjalanan transit. Apalagi bawa makanan basah, wes lah repot.

Tentu juga masalah biaya. Saya tahu persis, tidak semua orang yang bepergian itu duitnya turah-turah atau berlebih. Jadi saya mengunci mulut rapat-rapat tidak pesan minta apapun.

Kecuali mereka bilang, Ri bagasiku kosong sekian kilo. Mo nitip, pesan apa. Itu baru deh, saya bilang. Dan tentu saya pesan yang tidak merepotkan atau memberatkan. Termasuk juga bersedia dengan cepat mentransfer uang bayar pesanan itu tanpa menunda.

Dengan kejadian hari ini dan banyak kejadian setipe yang saya sudah tidak bisa menghitungnya, saya wes malas untuk ngotot ngototan. Kemarin sebenarnya begitu di toko langganan itu barang frozen habis, saya bisa saja sekalian ke toko lain demi mendapatkan daging dan ikan.

Tapi karena wes sore, lelah dengan meeting meeting sejak pagi, saya memilih seleh saja. Pesan info keberadaan barang ke tokonya dan pulang. Tenan, capeknya ampun.  Sampai pesan pesan WA sedari pagi pun ada yang saya respon lepas Isya. Maafkan.

Jadi ya segala sesuatu itu sudah disetting sama Allah. Seperti yang saya alami. Saya mau beli daging dan ikan olahan, tapi barang habis, agar saya tidak beli. Kondisi saya juga lelah agar tidak ada tenaga untuk ke toko seberang sana. Karena kakak saya wes bawa oleh-oleh ikan basah dan kalengan itu –yang saya tidak tahu dan itu lebih dari cukup untuk persiapan Ramadan. Ngerti sendiri kan hasil ikan dari laut Bunaken dan sekitarnya? Besar-besar dan enak-enak. Beda lah dengan ikan- ikan tangkapan dari laut Jawa😀🙏

Itu juga yang membuat saya setelah banyak umur, emoh bersitegang gegeran ini itu dengan pihak lain. Karena sesuatu yang jadi rezeki, milik saya pasti akan sampai pada saya. Saya kejar mati matian jungkir balik pun, kalau bukan milik atau rezeki saya yo nggak akan kena.

Karena saya tidak tahu di mana dan seperti apa rezeki saya, tapi rezeki itu semuanya tahu dengan pasti di mana saya berada. Sungguh Allah lebih tahu segalanya yang terbaik buat kita. Ora usah ngeyel. 😀🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Membelanjakan Uang Dengan Gembira

Makin kita gembira, makin sering mereka datang. Dokumentasi Ari Kinoysan


Saya tentu memiliki uang untuk biaya hidup sehari-hari. Jumlah uang saya pun masih bisa diketahui dengan mudah. Karena uang operasional hidup setiap bulan ya segitu gitu aja. Tidak banyak.

Terutama kalau urusan biaya rutin, seperti sedekah, orang tua, telepon, internet, listrik, air, iuran-iuran RT, iuran-iuran member, bayar biaya anak-anak (asuh) sekolah, transportasi, kebutuhan pokok, pajak-pajak, investasi buku dan ilmu, dll yang sudah tertentu jenis “keperluannya” dan tiap bulan harus ada, harus dibayar, demi hidup yang sekurangnya “layak” dan “tenang”.

Tentu saya juga punya kebutuhan yang tidak tertentu. Kebutuhan yang cenderung jadi “keinginan” bila anggaran pokok operasional ternyata tercurah untuk dana darurat dadakan. Misalnya kondangan yang datang mendadak, layatan, tilik bayi, tilik orang sakit, kado ulang tahun, nyumbang, rewang dll di hari-hari yang dianggap baik. Biyuuu…. kalau lagi banyak undangan tuh, kayaknya kok beruntun saja.

Ya begitulah hidup bermasyarakat. Ada dana sosial yang harus kita siapkan. Dan ya itungan logikanya itu jumlahnya tidak sedikit.  Jujurly, kalau tidak ingat strick menjaga lalu lintas duit saya sebagai freelancer, pasti wes saya tetep ambil-ambil duit saya yang kelihatan “masih ada” atau ya ambil beragam pinjaman. Toh itu pilihan yang nggak saya lakukan, karena saya ingat pasti nanti lebih mumet bayar-bayarnya.

Jadi saya nggak memaksakan diri. Kalau duit yang semula untuk kebutuhan tidak tetap itu, terpaksa untuk dana darurat dadakan, ya wes ben. Selama keinginannya bukan yang urgent, tidak apa-apa menunda bulan depan atau bulan depannya lagi.

Kenapa kok bisa berpikir begitu? Ya karena kan bulan depan sudah pasti ada anggaran baru lagi. Jadi tinggal pakai saat itu. Kenapa nggak dipakai bulan yang sama saat terjadi banyak kondangan?

Itu akan bikin lalu lintas duit saya “kacau” lagi. Dan saya tidak akan terlatih atau terbiasa untuk membedakan mana “kebutuhan” dan mana “keinginan”.

Dengan beragam “aturan keuangan” untuk diri sendiri itu, apakah saya merasa tertekan dan berat hati? Alhamdulillah kok tidak ya. Karena saya membelanjakan semua uang itu dengan gembira. Mensyukurinya saat mendapatkan maupun saat membelanjakan.

Dan energi syukur sukacita gembira itulah, yang entah bagaimana bikin uang uang itu selalu rajin datang dan datang lagi. Alhamdulillah 😀🙏 Versi saya, karena semua kebutuhan saya terpenuhi dan masih ada “tersisa” uang yang tenang, itu ya berarti saya sudah kaya.

Duus, kalau ada yang mau pinjem pinjem pun, saya tidak akan  mengatakan “nggak ada uang”, tapi bilang apa adanya, “nggak ada anggaran untuk minjemin uang ke kamu”. Karena kalau bilang nggak ada uang, takutnya itu jadi doa yang mewujud… hih, serem lah….

Jadi ya saya bilang saja memang tidak mau meminjamkan uang atau tidak ada anggaran kasih pinjam orang. Hayaaa…. sad**? Aaah, ini juga karena sudah berulang setiap minjemin uang jadinya saya yang malah repot.

Entah jadi bertahun-tahun. Entah duit utuh sekian banyak, balikinnya seincrit-incrit, atau ngomelnya lebih ekstrim kepada saya… halah mbok sudah, mending diprenguti di awal karena nggak minjemin duit.

Jadi kalau saya ditanya bagaimana biar hidup cukup uang dan tenang sepanjang bulan? Ya, hiduplah sewajarnya. Aturlah keuangan dengan rapi dan tertib, tapi juga nggak usah ngirit ngirit banget. Karena duit itu makin dihemat-hemat, makin sulit datangnya.

Kalau saya, pas ada uang, pingin ini itu… selama masih di koridor aman, ya turuti saja. Pingin bantuin orang, ya lakukan saja. Pingin beliin sesuatu untuk orang, ya beli saja. Dengan gembira ya… ❤️

Karena gembira itu membawa energi kemakmuran. Uang datang lebih mudah pada orang-orang yang bahagia. Uang lebih sering datang pada orang yang rajin berbagi.
Jadi, ingatlah untuk selalu membelanjakan uang dengan gembira. Biar dia cepet kembali memenuhi rekeningmu 😀🙏
 
Ari Kinoysan Wulandari
 
Please follow and like us: