Cerita Tentang Buka Bersama (Bukber)

Buka Bersama dengan saudara. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Ramadan kayaknya nggak lengkap tanpa buka bersama. Mulai dari keluarga, kerabat, tetangga, instansi, perusahaan, yayasan, komunitas, dll mengadakan buka bersama. Kemasan dan modelnya pun beragam. Ada yang di hotel, di resto, di rumah, di fasum, di taman, di tempat wisata, dll tempat yang memungkinkan. Menunya pun beragam, dari yang model angkringan sampai elit ala bintang lima.

Dulu ketika saya jadi mahasiswa S1, betapa senangnya dapat undangan buka bersama. Meskipun itu undangan dari kampus dan harus ikut bayar (kecil saja) karena disubsidi kampus. Senang, gembira, makan minum sepuasnya dan jumpa alumni lintas bidang, lintas angkatan, dan semua sesepuh kampus hadir.

Lalu bekerja, undangan buka bersama saya pun bertambah. Makin tahun seiring bertambahnya pekerjaan dan relasi, undangan ini pun terus bertambah. Lalu menjadi beberapa catatan kebiasaan saya; diundang buka bersama berarti harus bawa sesuatu “buah tangan” untuk tuan rumah. Dan ini sering jadi problem tersendiri, saat waktu begitu mepet dan buru buru.

Karena kebiasaan itu, saat bekerja itu sebelum Ramadan saya wes nyiapin “buah tangan” yang akan saya bawa kalau datang ke undangan buka bersama.

Tidak semuanya begitu. Saya hanya menandai kebiasaan di kalangan tertentu. Makin ke sini, undangan yang saya terima makin banyak. Dan karenanya saya wes mulai “mangkir”, “melipir”, tidak datang karena bersamaan jadwal, tidak terlalu kenal, tidak ada “unsur gaweyan” dll pertimbangan.

Tibalah masanya saya resign dari PH sebagai pekerja tetap dan kembali jadi freelancer.  Duuus, jumlah undangan buka bersama saya pun terjun bebas. Hanya beberapa biji dan senang bisa menghadirinya. Yach, konon makin penting, makin sibuk, makin kaya seseorang, makin banyak relasi undangan buka bersamanya. Pun sebaliknya.

Saya kembali ke dunia freelancer yang tidak banyak undangan buka bersama dan atau undangan kondangan hajatan; kecuali yang benar benar mengenal atau ya ada urusannya dengan gaweyan. Sepertinya menyenangkan untuk beberapa saat. Toh, ya tambah luas lingkungan dan relasi, tambah pula undangan buka bersamanya.

Lalu saya membuat aturan untuk diri sendiri, mana saja undangan buka bersama yang saya harus datang.

  1. Mengenal betul pihak pengundang dan memiliki hubungan yang baik.
  2. Undangan datang lebih dulu. Kalau ada yang bersamaan jadwal, yang belakangan harus ditinggalkan. Apalagi kalau yang awal sudah dikonfirmasi hadir.
  3. Tempat dan jaraknya terjangkau. Kalau malam tidak riskan untuk perempuan pulang tanpa pengawalan. Ada undangan dari orang-orang yang saya kenali baik, tapi karena tempatnya jauh dan riskan kakau pulang malam, saya pilih menyampaikan maaf tidak hadir.
  4. Undangan orang-orang dekat (keluarga, kerabat, tetangga, sekitaran yang dekat). Kalau tidak ada ujur atau sudah menyanggupi hadir di tempat lain, wajib datang.
  5. Undangan buka bersama yang tergabung dengan rapat, meeting perusahaan, instansi, atau klien. Nah ini jelas kudu hadir, karena sebenarnya urgensinya meetingnya itu; bukan buka bersamanya.
  6. Pertimbangan lain berkaitan dengan kedekatan dan orang-orang yang diundang. Kalau tidak terlalu kenal, ya skip aja.
  7. Jangan takut mengatakan tidak hadir kalau menurut anda banyak hal yang membawa “masalah”. Misalnya anda diundang A yang baik, tapi di sana ada potensi anda jumpa Z yang jadi musuh bebuyutan karena dendam keluarga, ya tidak usah datang. Daripada gegeran di acara buka bersama orang. Eeh, saya pernah melihat kejadian setipe ini.
  8. Pertimbangkan kesehatan. Kelihatannya mung makan minum, jumpa haha hihi, tapi beneran lho tiap hari datang ke buka bersama itu bisa lelah jiwa raga. Jadi kalau memang berasa memberatkan secara pribadi,  boleh tidak hadir.

Dll pertimbangan yang kadang hanya bisa diambil pas dekat hari H undangan buka bersama. Misalnya hujan badai atau bencana lainnya, mendadak sakit, dll. Jangan takut mengatakan tidak hadir, kalau memang memberatkan. Hadirlah kalau anda yakin bisa senang dan sukacita.

Tahun ini, saya menerima undangan buka bersama tidak banyak, sekitar 15-an dan 9 atau 10-an yang saya hadiri. Itu saja rasanya sudah “lelah” betul. Hanya makan minum bae, sekali datang butuh waktu 3-5 jam. Berangkat lepas ashar jam 15.30 an, ramah tamah, buka puasa, sholat maghrib, pulang nyampe rumah wes jam 20 atau 21 tergantung jauh dekatnya. Belum macetnya. Belum persiapannya.

Mana begitu besoknya kerja nggak libur… malem harus bangun sahur pula… biyuuu… biyuuu… kalau nggak inget pertimbangan di atas, saya memilih mangkir absen kok. Lha daripada buang waktu, kan kalau buka di rumah 30 menit wes cukup.

Apapun itu, saya tetap senang dengan semangat buka bersama pas Ramadan. Tidak selalu jadi pengalaman yang menyenangkan, tapi itu jadi bukti bahwa kita ini masih bagian dari masyarakat dan ada yang mengenali kita untuk diajak silaturahmi. Itu siy yang paling berharga. Dan ya orang kita kan masih senang grubyak grubyuk, orang lain bikin apa, ya ngikut bae lah… hehe…

Bagaimana cerita buka bersama anda? Pasti banyak yang berkesan, entah pahit atau manis. Entah menyenangkan atau membagongkan 😀🙏

Lebaran tinggal beberapa hari. Wes penuh mall dengan orang belanja, makin berkurang orang yang tarawih di mesjid. Semoga kita nggak lupa justru di saat saat terakhir Ramadan banyak pahala istimewa, terutama malam lailatul qadar. Semoga Allah memberikan kita kesempatan mendapatkannya, menerima semua amal ibadah kita, mengampuni semua dosa, dan mengabulkan semua doa kita sepanjang Ramadan. Amin.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Dramatisasi Tulisan

Manajemen Penulisan Kreatif di dalamnya ada contoh dramatisasi tulisan.

“Hidup jangan kebanyakan drama.” Sering kita mendengar hal itu dalam kehidupan sehari-hari, karena akan menjengkelkan banyak pihak. Namun dalam penulisan fiksi, tanpa dramatisasi, maka tulisan tidak akan bernyawa.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam membuat dramatisasi puisi. Semuanya perlu kita ketahui demi mendapatkan “ruh” dalam tulisan.

  1. Setiap cerita dalam fiksi, sebenarnya adalah rangkaian dramatisasi yang dilakukan oleh penulisnya. Tujuannya agar peristiwa yang biasa menjadi tidak biasa alias istimewa.
  2. Cara dramatisasi setiap penulis berbeda-beda. Masing-masing tergantung referensi dan kapasitasnya dalam menulis.

Semakin lama jam terbang menulis, biasanya peristiwa sederhana saja bisa jadi sangat dramatis.

  1. Apakah setiap peristiwa harus didramatisasi dalam penulisan? Tentu saja jawabannya tidak: tergantung keperluan. Ingat, yang berlebihan selalu tidak pas atau tidak sesuai porsi.

Namun perlu diingat tanpa dramatisasi, tulisan anda menjadi kurang kuat.

  1. Dramatisasi bisa dilakukan dengan hiperbola, catatan detail, deskripsi menggunakan metafora atau puisi liris, dan banyak cara lainnya. Intinya semua dramatisasi bertujuan memberi efek pada pembaca agar memiliki gambaran yang luar biasa.
  2. Contoh dramatisasi:

Contoh 1: tidak didramatisasi

Galuh terburu-buru ke kelas. Ia menabrak seseorang. Ia berusaha minta maaf. Ternyata orang itu Rudi, musuh bebuyutannya pada masa kecil. Ia menjadi geram tidak tertahan.

Contoh 2: didramatisasi

Langkah cewek berambut panjang sebahu itu bagai dikejar harimau. Ya, Galuh sangat buru-buru untuk masuk kelas Manajemen Publik. Dosennya dikenal killer. Telat semenit aja, nggak boleh masuk kelas.

Di koridor ruangan, di dekat tangga yang cukup tinggi, ia pun menabrak seseorang.

“Maaf…. maaa….aaff ya…. Saya harus cepat!” seru gadis manis ini nyaris tertahan.

“Heiiii…. Kamuuuu… Galuh!” balas laki-laki itu. “Kelakuanmu dari dulu nggak berubah! Suka bikin onar sama orang!” serunya.

“Heh, Rudi! Jaga mulutmu! Saya nggak sengaja!” balasnya langsung kabur.

“Hei… Hei…. jangan kabuur!” teriak Rudi. Galuh tetap tak peduli.

Nah, inti contoh 1 dan 2 sama, tapi pasti rasanya beda. 😀

Selamat membuat dramatisasi untuk tulisan anda 😍
.
.

Ari Kinoysan Wulandari
arikinoysan.com

Please follow and like us:

Membangun Kreativitas

Kreativitas kadang lahir dari masalah-masalah di sekitar kita.

Apa siy yang dimaksud dengan kreativitas? Apakah anda ingin meningkatkan kreativitas dalam menulis? Jangan terlalu percaya diri sebagai orang yang kreatif. Berikut beberapa hal yang berkaitan dengan KREATIVITAS.

  1. Kreativitas adalah kemampuan untuk menghubungkan ide-ide yang tampaknya tidak tersambung. Menghubungkan ide-ide menjadi seperti baru adalah dasar kreativitas.
  2. Kreativitas tidak terbatas pada orang-orang berbakat, siapa saja bisa menjadi orang kreatif.
  3. Kreativitas tidak semata-mata harus dikembangkan dalam dunia yang berkaitan dengan penulisan, tetapi seluruh bidang kehidupan memerlukan kreativitas untuk berkembang.
  4. Kreativitas seseorang dapat dilatih dengan sering mengasah kemampuan. Banyak sekolah dan pelatihan-pelatihan khusus untuk mengasah kreativitas.
  5. Kreativitas dapat ditingkatkan secara konsisten dengan:

A. Mengamati semua hal di sekitar anda dan menemukan hal yang baru.

B. Mempertanyakan dari apa yang anda amati, tulis 50 daftar pertanyaan dan kemudian buat 5-10 pertanyaan mendalam untuk menguji dan mengetahui hal-hal baru.

C. Networking; bagaimanapun semakin luas pergaulan seseorang semakin berwarna kreativitasnya.

D. Eksperimen; dengan penelitian kita bisa menjawab pertanyaan baru atau menemukan hal yang baru. Penelitian termasuk di dalamnya mengunjungi daerah-daerah baru.

E. Jangan membatasi diri; jangan mudah mengatakan, oooh itu bukan dunia saya…. segala sesuatu bisa dicoba dan mungkin anda menemukan hal baru yang menyenangkan.

F. Memperbanyak wawasan dengan membaca, travelling, sekolah, workshop, seminar, dll. yang memungkinkan ilmu anda berkembang.

G. Menerima tantangan untuk menuliskan hal baru yang sama sekali berbeda dengan lingkungan dan dunia kita.

Selamat mengasah kreativitas anda. Selamat menulis. Selamat beraktivitas kembali.

Happy Writing Be A Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Pola Pikir Sukses Menulis

Menulis naskah panjang lebih dari 500 hlm perlu pola pikir sukses menulis, terutama konsistensi untuk merampungkan naskah.

Ada banyak orang yang ingin menulis, tapi tidak juga menulis; atau sebagian sudah menulis tapi tidak pernah menyelesaikan tulisannya.

Apa yang salah? Tak ada yang salah, selain kurangnya komitmen dan niat. Mungkin anda perlu sedikit mengubah pola pikir anda untuk bisa “sukses menulis”.

Yang saya maksud “sukses menulis” di sini bukan “mempublikasikan tulisan” anda, tetapi “menyelesaikan tulisan” anda sehingga ada judul, isi, sampai ending yang terbaca sebagai “naskah yang utuh”.

Berikut ini hal-hal yang bisa kita perhatikan agar bisa sukses menulis. Pengalaman setiap penulis berbeda-beda, mungkin banyak yang tidak sama dengan penulis lain.

  1. Miliki rasa terbuka, penasaran, dan terlibat dalam sesuatu yang akan anda tulis.
  2. Terima segala bentuk kritik dan belajar tentang penulisan dari sumber yang terpercaya. Jangan belajar menulis pada orang yang nggak punya karya.
  3. Kenali rasa takut anda saat menulis dan berusahalah untuk mengatasinya. Setiap tulisan pada awalnya buruk, tulisan yang baik itu proses berulangkali.
  4. Buat alasan yang layak kenapa anda mesti menulis.
  5. Menulislah dengan dengan rasa syukur, bukan hanya “harus menulis”. —Alhamdulillah, saya bersyukur setiap kali mulai menulis, karena saya akan menyampaikan sesuatu yang bermanfaat bagi diri saya, dan syukur-syukur bagi orang lain.
  6. Pikirkan manfaat tulisan anda bagi pembaca. Bisa jadi, tulisan kecil yang anda buat, anda bisa menyelamatkan masa depan atau hidup seseorang.
  7. Cintai “menulis” dan “membaca”. Ini paket yang tidak terpisahkan.
  8. Membuka diri dalam banyak pengalaman baru. Hal baru membuat kita kaya dalam menulis. Jangan takut masuk kelas untuk belajar hal-hal di luar penulisan. Selain pengalaman, pasti dapat teman dan relasi baru.
  9. Cintai alat-alat tulis anda –komputer, laptop, netbook, tablet, dll. Beri nama, urus mereka baik-baik; termasuk kamus, alat perekam, kamera, handycam, kertas-kertas, bolpoin, meja kerja, dll. yang anda gunakan untuk menulis. Kalau alat-alat baik, nulisnya lancar jaya.
  10. Percayalah bahwa anda seorang penulis dan mungkin perlu mengatakan pada orang lain, “Saya penulis.” —-kalau yang ini saya ogah, karena di Indonesia pekerjaan “penulis” belum dicantumkan sebagai pekerjaan yang “diakui” selain dimasukkan dalam kolom “wiraswasta”. Kalau saya sebut penulis, saya harus menjelaskan macam-macam ke yang bertanya. Ah, sudahlah. Yang penting bukunya, karyanya banyak dan laris manis, heheheh….
  11. Miliki jadwal tetap untuk menulis. Percaya atau tidak, keteraturan itu membuat otak kita “siap” di waktu yang ditentukan. Kalau sudah punya jadwal tetap, patuhi.
  12. Bugar, sehat, kreatif. Jadi, usahakan punya kebiasaan hidup sehat dan olahraga. Jalan pagi dengan kaki telanjang bagus untuk kesehatan, meski hanya 15 menit.
  13. Jadi diri sendiri dalam versi terbaik. Nggak usah ikutan gaya menulis orang lain.
  14. Tidak memaksakan diri. Kalau nggak bisa menulis banyak, ya sedikit saja. Kalau sibuk banget, ya menulis saja 10-30 menit per hari.
  15. Jangan menyerah. Jangan menyerah. Jangan menyerah. —sebelum tulisan kelar satu naskah yang utuh. Karena tulisan utuh itulah yang bisa kita eksekusi; dipublish, dijual, digunakan untuk portofolio, dll. Kalau sudah selesai, barulah kita mulai menulis lagi.

Intinya siy, menulis memang bukan pekerjaan mudah. Tidak hanya lelah fisik, tapi juga mental batin. Itu sebabnya kalah tidak berangkat dari hobi atau kesenangan, menulis sungguh terasa berat. Pastikan anda senang sebelum gegayaan mo nulis naskah panjang.

Be Happy, Be A Good Writer.
Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Apakah Menulis Perlu Modal?

Sehat Tanpa Obat dengan Manggis. Pesan buku bisa wa.me/6281380001149.

Rasanya tidak ada pekerjaan yang tidak memerlukan modal. Pun demikian dengan pekerjaan menulis. Pada dasarnya pekerjaan menulis tidak berbeda jauh dari pekerjaan-pekerjaan lainnya.

Profesi penulis justru menuntut lebih banyak modal dibandingkan pekerjaan-pekerjaan “yang tampak”. Untuk melakukan pekerjaan penulisan, sekurangnya diperlukan modal awal sebagai penulis.

Berikut ini 10 modal yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi penulis. Anda bisa menambahkan sesuai pengalaman anda sebagai penulis.

1. NIAT

Dalam bidang apapun niat itu sangat penting. Termasuk untuk menjadi penulis. Niat yang kuat itulah yang menjadi motivasi penting bagi seseorang untuk sukses. Biar kita memiliki niat yang kuat untuk menulis, kita harus mempunya tujuan yang jelas.

Apakah tujuan kita menulis: apakah berbagi ilmu dan pengalaman, apakah tujuan finansial, apakah menjalani profesi dan berkarir, dll. Ketahuilah motivasi itu agar niat kita untuk menulis selalu kuat.

2. MINDSET SUKSES
Banyak penulis yang sukses dan survive karena mindset sukses yang dibangunnya. Ia yakin dan percaya diri bahwa ia bisa menulis dengan baik, banyak, dan diminati oleh berbagai pihak yang memerlukan jasa penulisannya.

Penulis bisa mengirimkan karyanya tidak hanya ke media. Tapi ke berbagai pihak yang memerlukan, perusahaan swasta, perseorangan, BUMN, institusi, dll. Intinya, menulis untuk banyak pihak.

3. SIAP DITOLAK
Banyak penulis baru yang hanya siap naskahnya diterima. Padahal, realitanya ada banyak penerbit dan media yang sukarela menolak naskah-naskah penulis baru.

Siapkan diri dan siapkan mental lebih banyak. Naskah ditolak itu biasa kok. Sekarang saja, saya masih sering menghadapi penolakan (timing yang tidak pas, visi misi penerbit tidak cocok, urusan produksi yang sulit, dll).

Jadi, santai saja. Ditolak bukan berarti naskah kita buruk, bisa jadi belum bertemu jodohnya yang pas saja

4. SEMANGAT JUANG
Menulis itu bukan pekerjaan santai-santai yang mudah. Bahkan, menurut saya ini pekerjaan luar biasa keras. Karena kita harus mengoptimalkan pemikiran dan fisik kita untuk bisa menulis dengan baik.

Secara pribadi, kalau disuruh memilih antara berdagang dan menulis di waktu yang sama untuk tujuan finansial, maka saya akan memilih berdagang. Dagang lebih mudah dan praktis.

Sementara menulis, proses penulisan naskah pun sangat panjang dan melelahkan. Belum lagi kalau menunggu terbit dan hasilnya. Jadi, hanya orang-orang yang memiliki semangat juang kuat yang bisa jadi penulis.

5. DAYA IMAJINASI
Sebetulnya urusan punya daya imajinasi ini tidak hanya pekerjaan penulis, tapi hampir semua pekerjaan memerlukan daya imajinasi. Namun penulis, terutama penulis fiksi identik dengan daya imajinasi.

Karena ia harus membangun tulisan dengan imajinasinya sehingga kisah menjadi dramatis, komedis, taktis, dan tetap menyenangkan banyak pihak. Daya imajinasi bisa dilatih dengan banyak membaca, banyak menonton.

6. INOVATIF
Rasanya, tiap karya baru yang dihasilkan penulis harus inovatif sehingga terus diminati. Penulis yang statis, menuliskan hal yang sama berulang-ulang, lama-lama akan ditinggalkan pembacanya. Jadi, berkarya harus inovatif dan penuh perubahan sehingga selalu menyajikan hal-hal yang baru.

7. GEMAR MEMBACA
Jelas, gemar membaca adalah modal utama bagi setiap penulis. Karena ini modal utama selain menulis. Membaca dan menulis harus dilakukan setiap hari agar penulis memiliki pemikiran yang bernas dan update. Perbaiki kemampuan membaca agar kita bisa lebih banyak menyerap ilmu dari luar.

8. KEMAMPUAN INTELEKTUAL DAN AKTUAL
Penulis sangat dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan aktual yang besar. Dengan kemampuan intelektualnya, ia bisa menganalisis setiap kejadian dengan baik dan dilakukan dengan berbagai sudut pandang.

Sedangkan kemampuan aktual adalah tuntutan lain karena penulis dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan zaman. Perubahan yang terjadi setiap detik harus diikutinya agar bisa menulis karya yang up to date.

Tanpa kedua hal ini, rasanya sulit untuk bisa menulis dengan baik dan diminati banyak pihak. Kemampuan ini berkaitan dengan wawasan ilmu pegetahuan, logika, daya nalar, dan visi penulisannya.

Artinya, seseorang yang bisa menulis berdasarkan fakta yang ada di lapangan, bisa dibuktikan kebenarannya, tidak asal menulis dan bisa memberikan solusi bagi pemecahan masalah yang sedang dibahas.

9. KEMAMPUAN TEKNIS
Kemampuan teknis ini berkaitan dengan tata kerja penulisan. Selain itu juga harus mampu menulis dengan komputer dan mampu mengoperasikan internet.

Intinya, kemampuan teknis ini adalah segala hal teknis baik penulisan maupun pengerjaan naskah dengan baik sehingga dapat diterima oleh pihak yang berkepentingan.

10. MUDAH BEKERJA SAMA
Dengan perkembangan dunia seperti sekarang ini, hampir semua lini pekerjaan memerlukan jasa penulisan, maka tuntutan untuk menjadi pribadi yang mudah diajak kerja sama menjadi keharusan.

Banyak penulis yang karyanya luar biasa bagus, tapi karena sulitnya diajak kerja sama (entah karena masalah deadline, fee, sistem kerja, dll) menjadi tidak eksis dan tidak dikenali sebagai penulis. Jadi, siapkan diri untuk lentur dan fleksibel saja dalam kerja sama.


Ada pepatah sederhana dalam bahasa Jawa yang ada baiknya diikuti, tuna satak bathi sanak; yang artinya biarlah untung sedikit asal bertambah saudara. Yach, mungkin tidak terlalu baik untuk industri kapitalis, tapi bisa kita ikuti. Karena dengan bertambah saudara di masa depan bertambah pula jalan silaturahmi dan jalan rezeki kita.

Itulah 10 modal pokok yang harus dimiliki oleh penulis. Setiap orang pada dasarnya memiliki modal tersebut untuk menjadi penulis.

Semuanya kembali pada niat dan kesungguhannya masing-masing. Tiap orang dapat mengolahnya sebaik mungkin sehingga dari hari ke hari kemampuannya semakin meningkat.

Ari Kinoysan Wulandari
Griya Kinoysan University

Please follow and like us:

Kalau Kamu Mudik Lebaran

Lebih kurang situasi mudik lebaran. Ramai, sibuk, banyak orang.

Lebaran tahun ini siy masih agak lama. Tapi lebaran di Indonesia nggak bisa lepas dari mudik. Bahkan banyak keluarga di perantauan tiga bulan sebelum mudik, wes berburu tiket pesawat, kapal, kereta api, bus, travel, dll sarana transportasi mudik.

Yach, lebaran kita memang lebih sering identik dengan mudik. Meskipun nggak semuanya mudik, karena berbagai pertimbangan. Salah satunya mahalnya ongkos transportasi bila tempat domisili dan kampung halaman berjauhan. Terus gitu masih harus bawa banyak orang pula. Jadi yang bisa mudik, bersyukur sajalah.

Kisah mudik sering membuat saya “jungkir balik” hati dan perasaan ngadepin ragaman sikap, omongan, nyinyiran orang-orang –yang apesnya mung jumpa setahun sekali. Tapi yach, dengan sering menutup telinga, nggak usah dimasukin hati; yang begitu biasanya wes lupa kalau sudah tiba di perantauan lagi.

Berikut ini catatan saya tentang mudik. Mungkin bisa dijadikan cerminan.

1. Pastikan niatmu mudik untuk silaturahmi, menyambung persaudaraan yang (mungkin) lama tidak bersua. Niat baik akan membuat semua terasa ringan. 

2. Jangan pamer; rumah baru, mobil baru, pasangan/pacar baru, anak baru, tas/barang branded, perhiasan serenteng gambreng, pangkat jabatan baru, gelar baru, dll. Selain nggak manfaat, bisa bikin orang sebel.

3. Jangan nyinyir julid kepada kawan, keluarga, saudara; kenapa belum nikah, kenapa bercerai, kenapa belum punya anak, kenapa belum kerja padahal lulus S2, kenapa masih numpang mertua/ortu meski sudah lama nikah, kenapa masih ngontrak, kenapa mobilnya itu itu saja, kenapa nggak kerja sayang dong sekolah tinggi-tinggi, kamu kok gendutan, kamu kok makin kurus kering apa nggak diurus suami/istrimu, dll sejenis kenapa yang bikin situasi nggak enak.

Percayalah, kamu nggak pernah tahu perjuangan mereka untuk pada sampai tahap yang kamu tanyakan dengan sekedar kenapa. Hidupmu sendiri belum tentu “pas” di mata orang lain. Coba pikirkan kalau “yang dianggap nggak pas” itu jadi bahan julidan pertanyaan pihak lain. Tentu kamu nggak akan senang.

Dengan menimbang begini, mungkin kamu bisa lebih mengontrol “mulutmu” untuk tidak bertanya hal-hal yang lebih sering bikin orang nggak enak hati.

4. Kontrol makanmu. Walaupun di mana- mana suguhan makan minum enak, pikirkan porsi kalorinya. Jangan sampai pulang mudik kamu penyakitan gegara kebanyakan makan. Sedikit angka timbangan naik bolehkah, tapi segera menambah porsi olahraga agar normal kembali.

5. Kontrol pengeluaranmu. Banyak bocil krucil yang harus diberi angpao. Pun saudara kerabat. Ini jumlahnya bisa sangat banyak.

Tahu sendiri, anak anak kecil pas ldbaran main jauh jauh ke tetangga desa, demi dapat angpao. Karena mereka nanti akan berhitung dan pamer dengan sesama saudara atau teman, siapa yang angpaonya paling banyak.

Pastikan kamu memberi angpao sesuai kemampuan. Jangan berlebihan hanya biar disebut “kaya”. Ingat, lepas mudik, masih banyak keperluan hidupmu.

Eeh, kalau nggak ada angpao, nggak ngasih juga nggak usah merasa bersalah. Karena keselamatan hidupmu lebih penting daripada memberi angpao pada orang lain.

6. Kontrol penampilanmu. Sekaya apapun kamu, ya nggak harus semua barang kamu tentengin di badan. Ntar kamu malah kayak ondel ondel dan jadi omongan orang.

Mobilmu lima ya nggak perlu kamu boyong semuanya ke kampung. Kecuali untuk mengangkut saudara kerabatmu mudik lebaran, itu mungkin beda cerita.

7. Kalau ke tempat wisata, jaga keselamatan. Lebaran. Liburan. Tempat wisata biasanya penuh. Jaga diri. Simpan barang-barang berharga di rumah. Patuhi aturan.

Kalau dilarang turun ke laut misalnya, ya jangan nekat. Jangan mati sia sia gegara kenekatan atau kekonyolanmu.

8. Kalau kamu datang ke orang tua dengan anak anakmu, urus makan tidur mereka. Jangan membebani orangtua atau saudaramu lainnya. Ingat, anak anak itu tanggunganmu dengan pasangan. Bukan urusan orang tua dan saudara/iparmu.

9. Kalau kamu dibawain oleh oleh banyak, pastikan kamu membalasnya di lain waktu. Jangan cuma seneng mendapatkan. Itu akan jadi karma buruk yang mengurangi jatah rezekimu secara tidak langsung.

10. Jaga sikap. Kamu boleh sudah menjabat, kaya, dan sukses. Jangan sombong. Roda terus berputar. Kamu tidak pernah tahu masa depan orang lain.

Well, kayaknya itu yang saya ingat. Biar mudikmu bikin semua senang. 🥰 Selamat mudik. Selamat lebaran. Mohon maaf lahir dan batin 🥰🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Ide-Ide Tulisan

Baik karya kecil atau besar, sederhana atau rumit; semuanya berasal dari ide.

Ide adalah kunci pokok penulisan. Tanpa ide kita nggak bisa menulis apa-apa. Dari mana ide diperoleh? Bisa dari mana saja. Yang paling penting untuk diingat, ide nggak bisa dicari, tetapi harus ditemukan. Berikut ini beberapa hal yang perlu kita ketahui berkaitan dengan ide.

  1. Ide harus menarik, penting, dan bermanfaat.
  2. Ide tidak harus selalu baru, mungkin hanya perlu inovasi dan modifikasi dari yang sudah ada.
  3. Ide bisa lahir dari pengalaman, pengamatan, dan imajinasi. Salah satu saja sudah cukup banyak untuk menulis.
  4. Ide bisa diperoleh dengan bertukar pikiran, membaca, silaturahmi, olahraga, menari, berwisata, main musik, atau bahkan sekedar mendengar berita dan mengintip social media.
  5. Jangan alergi dengan kegiatan di luar penulisan, ide umumnya lebih banyak dari dunia di luar penulisan.
  6. Jadilah orang yang terbuka dan mudah membaur dengan segala kalangan. Di sana ide bertebaran dengan bebas dan tinggal menunggu kita tangkap.
  7. Setiap ide yang muncul kapan saja, sebaiknya didokumentasikan. Terserah caranya. Bisa ditulis tangan, bisa diketik, bisa direkam, bisa dipotret, bisa divideokan…. yang penting jangan sampai kehilangan ide hanya karena tidak mendokumentasikan.
  8. Cek-cek bank ide. Tiap bulan bersihkan yang tidak penting, simpan ide yang bisa diubah jadi naskah dan diuangkan.
  9. Kalau bener-bener nggak punya ide, jangan memaksa diri. Tinggalkan saja urusan penulisan, mungkin perlu istirahat, wisata, atau sekedar bermain dengan binatang piaraan atau silaturahmi.
  10. Saat mulai menulis, prioritaskan ide yang disukai orang, yang kita kuasai, yang gampang menulisnya, dan banyak atau mudah referensinya.

Percayalah, kalau sudah jadi penulis…. akan begitu banyak ide, bahkan rasanya 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 4 minggu sebulan, 12 bulan setahun terasa begitu cepat untuk menyelesaikan ide menjadi satu buku/film yang bagus. Biar ringan, prioritaskan ide yang simpel. Tulis yang gampang saja. Biar karyanya cepet banyak dan produktif.

Yang mau tahu lebih banyak soal ide bisa ngecek dan baca di buku ini:
*Jadi Penulis Fiksi? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Skenario? Gampang Kok!
*Jadi Penulis Produktif? Gampang Koq!

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: