Cek Kesehatan

Setelah senam. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Minggu pagi, senam dulu 😀🤩 Usai senam, ada periksa kesehatan gratis di komplek saya. Meskipun seminggu sebelumnya saya sudah periksa kesehatan rutin; kali ini saya nimbrung saja. Hasilnya? Alhamdulillah normal lah. Mung satu pesan sang konsultan; turunkan berat badan 5-6 kilo… jangan sampai obes atau kegemukan; haizh iki podho bae sama dokter saya (cek postingan saya tentang Tubuh Fisik yang Saya Cintai ❤ di web ini).
.
Yang dicek apa? Standar saja: berat badan, tinggi badan, lingkar perut (hihihi… ati-ati ya kalau perutmu semakin njemblik, makin banyak potensi duitnya, eh penyakitnya ding 😆😅), terus tekanan darah, dan gula darah. Kalau dari sini ketahuan super nggak normal, biasanya dirujuk periksa lebih lengkap di rumah sakit.
.
Abis itu masih ada konsultasi dan boleh nanya-nanya macem-macem. Saya ditanya, kalau dari jawaban sebelumnya; Bu Ari ini hidupnya sehat dan pola makan ya sehat; kira-kira apa yang nggak sehat?
.
Saya langsung ngikik sebelum jawab, “Begadang Bu…”

Ada gaweyan yang memang harus saya kerjakan jam malam (karena Amerika pagi siang itu di Indonesia sore malam). Lalu sarannya simpel; diganti tidur siang agar waktu tidurnya tetap 8 jam…
.
Beuh, ya kali kampus saya nyediain apartemen atau ruang yang lega bisa taruh bed praktis buka tutup gitu untuk tiap dosen, sehingga saya bisa tidur siang pas break mengajar 😄😅 Ruang dosen kan kaplingan meja kursi kuecil-kecil gitu. Ya nggak di kampus saya aja, di tempat-tempat lain rerata ya begitu. Bahkan ada yang lebih parah kondisinya.
.
Cuman untuk kepatutan menerima saran, saya bilang iya. Saya baru sadar, ternyata begadang itu juga salah satu sebab bikin gemuk. Iya lah, kan melek saya yo makan minum. Lha kerja kok, ngomong, mikir ya jelas lapar dan haus. Mung makan minumnya rada kebanyakan 😆😅
.
Westalah, karena sudah diingatkan dua orang ahli untuk turunin berat badan; ada baiknya saya manut 😆😅 Ya ben tetap sehat, awet muda, awet cantik, dan tentu saja awet bahagia ❤
.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Foto-foto Buruk: Banyak Temannya

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Foto-foto Buruk: Banyak Temennya 😀
.
Kesel nggak siy kalau kita piknik; foto temen kita (sebut aja si A) bagus-bagus karena kita serius fotoinnya; eh giliran foto kita entah ke mana fokusnya karena si A itu embuh nggak niat, embuh nggak punya sense of fokus dan seni pada gambar, atau ya memang nggak bisa; tapi jelas bikin ambyar foto-foto kita 😄😁😅
.
Hihi, saya mung ketawa bae dengerin temen saya ngomel gegara foto-fotonya kok versi dia nggak ada yang bagus. Kasusnya ya seperti di atas tadi. Lalu kalem aja saya mung bilang bawalah fotografer. Percayalah, fotografer itu untuk dapetin foto bagus nggak cuman karena keahlian; tapi kadang kudu lama nungguin moment dan adegan yang keren. Kadang motretnya berulang-ulang.
.
Jelas beda dengan orang awam yang ambil gambar sambil buru-buru; pake HP yang nggak biasa dipakenya pula; masih ditambah takut ketinggalan rombongan saat dengar teriakan TL (tour leader) waktunya kembali ke mobil karena waktu sudah habis 😃
.
Eh, ada yang samaan? Piknik bersama kalau tanpa dokumentasi dari penyelenggara itu memang sesuatu😄 Apalagi kalau temen kita ternyata jagonya difoto aja bukan motoin. Percayalah, yang begini banyak temennya. Jadi pastiin, temen piknikmu juga jago motoin.
.
Atau ya kalau chargenya tidak termasuk dokumentasi; mintalah bantuan penyelenggara untuk bisa dapetin dokumentasi yang baik. Biasanya tinggal kena charge tambahan karena ada fotografer lokal setempat yang diminta ikutin kita di lokasi. Bawa fotografer sendiri? Jelas boleh 😀 Mung ya chargenya dobel dobel. Karena ini orang kan kudu diitung 1 pax kalau ikut kita… haha 😀
.
Happy weekend Semuanya. Sudah mulai sering hujan. Yang suka piknik, sebaiknya lebih menjaga kesehatan. Pilih-pilih lokasi yang aman dan nyaman saat hujan.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tubuh Fisik yang Saya Cintai

Foto saya tahun 2016, setelah lulus S-3. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Saya cukup kaget melihat foto foto lama. Ini pas tahun 2016-an sekira saya lulus S-3 FIB, UGM. Saya ingat saat itu berat badan saya terjun bebas sampai 32-35 kg dan rasanya nggak naik-naik ke berat normal 45 sd 50 kg. Dokter memberi aneka resep, multivitamin, cara agar saya gemuk, tetep nggak berubah.
.
Yach studi S-3 memang bisa bikin tubuh kurus, saldo tipis, penyakit bermunculan, tidur nggak nyenyak, mo piknik juga mikir (karena suka ada aja yang laporan kalau si A, si B nggak bikin disertasi tapi malah piknik atau plesiran ke sana sini). Haizh, untung saya lulus tepat waktu, 3 tahun 3 bulanan lah. Alhamdulillah 😀
.
Jelas bukan 20 bulan, saya bayar SPP ping pitu, dihitung 3.5 tahun; no korting no diskon, bayar dhewe bukan pake duit beasiswa 😀 Kalau seingat saya dengan aturan Dikti yang minimal studi doktor itu 3 tahun atau 36 bulan, kurang dari itu wes jelas menyalahi aturan. Tapi ya kononnya di negeri kita kan “aturan itu memang untuk dilanggar”.
.
Kita aja buru buru benerin sabuk pengaman, kalau di kejauhan liat pakpol jaga. Eeh, tapi kalau mobilmu bagus, pengaman belum kamu pasang, akan bernyanyi teruz itu. Siapin surat-surat kelengkapan bawa mobil, dll.
.
Balik ke berat badan saya, jian hore tenan ketika lepas pandemi, tanpa obat-obatan, tubuh saya ikut mekar dengan sukses. 10-12 kg yang bikin saya punya pipi 😀 Dan karena itu, saya malez juga waktu dokter bilang
agar menurunkan 5 kg, yach biar nggak kegemukan.
.
Haizh, ini saya eman-eman biar tetap gemuk; dokternya malah nyuruh diet. Yo nggak nyambung 😀 Tapi tetep saran dokter saya perhatikan; puasa, olga, multivitamin, hidup sehat, nggak OVT, nggak begadang –ini yang rada sulit karena nonton kadang lebih asyik daripada tidur sore-sore.
.
Jadi kalau kamu ketemu saya 5-6 tahun yang lalu terus baru ketemu saya sekarang, percayalah baju-baju saya baru-baru semua 😄😁 Lha semuanya gak muat lagi, termasuk sepatu dan kaos kaki pun 😅😆 Saya tetep syukur alhamdulillah. Kadang-kadang berasa berat kalau pas lari atau aerobik. Mungkin ada baiknya ikut saran dokter, turunkan 5 kg. Hehe, ada yang mau ambil lemak saya🤔🤣

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Sedekah Itu Beragam Wujudnya

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
.
Suatu hari, salah satu penulis senior curhat ke saya; wes berbulan-bulan nggak dapat job. Istrinya pun terkena PHK setengah; gaji jadi separoh dengan pemotongan tunjangan. Dia bilang, ada permintaan ngisi kelas gratis, tapi dia malas (belum memberi jawaban). Alasannya mosok nyiapin materi, capek ngomong, mikir jawaban pertanyaan; kok ora dibayar.
.
Saya jelas tidak berani menasihati 😂😅 Bisa kuwalat sama senior 🤣 Kalem saya bilang, “Siapa tahu, Mas, klienmu ada di kelas gratis itu. Anggap aja ngobrol ngopi 3 jam. Siapin PPT sejam, ngomong 2 jam.”
.
Dia belum jawab. Saya tanya, internetnya pake apa. Dalam hati, kalau dia pake kuota; saya akan transfer pulsa untuk charge zoom 2 jam sekira 6 s/d 10 GB; berharap dia mau ngisi kelas gratis. Tapi dia bilang langganan unlimited 500rb sebulan. Yo wes saya nggak jadi kirim pulsa. Saya menawarkan untuk membantunya bikin PPT kalau kesulitan. Dia bilang terimakasih dan kami pun berakhir telepon.
.
Lama tak terdengar kabar, lalu telponnya muncul lagi. Kali ini suaranya riang betul. Dia mengatakan dapat dua klien dari kelas gratis. Satu mengontraknya sebagai trainer penulisan 1 tahun; satu menulis memoar (setipe biografi). Dia minta alamat untuk kirim hadiah; serta nambahi gaweyan koreksi tulisan. Alhamdulillah.
.
Versi saya, jangan alergi berbagi. Sedekah itu nggak cuma duit, materi, dll berwujud fisik; tapi juga ilmu yang bermanfaat 😍🤗 Sedekah itu cara termudah mendatangkan rezeki. Kalau ada urusan rezeki kurang dan mendesak begini begitu, sedekah sebisanya, semampunya 😃
.
Pernah ada yang memintamu berbagi ilmu atau pengalaman? Kalau bisa, luang waktu, tidak bentrok jadwal, ya lakukan saja. Tuhan Semesta itu menghitung dengan pasti jerih payahmu. Allah pasti akan membayarnya lewat jalur yang nggak terduga 😍
.
Menulis, jadi penulis itu gampang. Tapi survive sebagai penulis itu (nggak selalu) gampang 🙏
.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Begitulah Senin

Menu makan siang saya. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Sedari subuh saya wes bangun nyambut gawe, menulis. Jam 6 saya bersiap karena ada kelas superprivat yang saya urusi. Jam 9 saya wes pindah sampai kampus; meeting nonstop sampai 12.30 an.
.
Bubar itu saya makan di luar. Karena saya itu bisa tenang kerja, mikir, kalau perut saya kenyang. Perut anteng mikir pun gemilang. Karena efisiensi saja, kampus melarang pemberian makan untuk meeting yang cuman 1-2 jam. Kalau saya yo tetap, waktunya makan ya harus makan.
.
Habis itu membimbing 2 mahasiswa 1 per 1. Tentu inget sholat dan doa. Eh tahu-tahu wes jam 4 an. Saya nanya, Mbak Nur admin di prodi; bisa pulang malem nggak, dicari ibunya nggak. Begitu dia bisa, saya ada temennya. Membereskan beberapa gaweyan sambil ngobrol sana sini.
.
Saya termasuk dosen dengan prinsip urusan gaweyan kampus, ya bereskan di kampus. Tidak menunda. Jadi kadang ya kerja sunyi. Alhamdulillah, ini tahun ke-3 jadi dosen, baik baik aja. Pas wes beres, saya turun; oh masih ada banyak mahasiswa. Meeting kegiatan. Masih ada kelas. Di UPY memang ada kelas malam/karyawan. Kalau kamu wes kerja mo kuliah di sini yo bisa. Prodi S-1 dan S-2 macam-macam, bisa pilih.
.
Keluar parkiran, cuman sebiji mobil yang nggak bisa diusir itu, haha… lha mobil operasional mo dipindah ke mana🤣 Yach begitulah. Pulang saya masih harus menemui klien yang sudah lama banget saya “semayani”. Ini pas dia ke Jogja ngotot minta ketemu aja, saya mau datang 😆
.
Percayalah, sampai rumah saya wes klenger. Mandi, makan, sholat. Pinginnya langsung tidur. Eeh ya, nulis artikel ilmiah tetap di rumah. Pengabdian, ikut seminar
ya tetap di luar kampus. Kalau nggak gitu BKD nya bisa bolong-bolong.
.
Jadi kalau saya menolak diajak ketemu; terutama yang dadakan, itu bukan nggak menghargai; tapi yo waktu dan energinya wes gak ada yang bisa ditata lagi. Terutama di Senin. Lha tadi temen deket mo telpon aja, karena nggak urgent saya tolak. Hidup itu ya ada skala prioritas. Kalau prioritasmu sama saya beda, ojo baperan apalagi marah-marah 😀
.
Happy Monday. Monday is Money Day. Kerja sungguh-sungguh biar terima transferan yang bikin sukacita 😀

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Rezeki Tahu Alamatnya, Tapi Harus Kita Jemput

Ilustrasi Rezeki. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Sering mendengar kalau rezeki nggak akan ke mana-mana? Iya. Saya pun. Tapi sejak lama saya menolak statemen tersebut; rezeki itu nggak akan datang kalau nggak kita jemput. Jadi, kalau mau mendapatkan rezeki, sekurangnya harus ada bentuk ikhtiar kita.
.
Misalnya, saya perlu banyak uang. Salah satu cara yang praktis mendapatkan uang cepat itu dengan dagang, menjual buku. Barulah setelah itu, rezeki berdatangan. Bisa jadi kecil, menengah, besar —yang sesuai dengan bagian rezeki saya. Kadang juga sering mendapatkan rezeki besar tanpa banyak usaha. Tapi yang jelas sudah ada jalan yang saya tempuh. Dagang.
.
Kalau misalnya saya tidak berdagang, apakah duit akan datang dengan sendirinya? Tentu tidak. Rezeki, berapa porsi bagian saya sudah pasti tahu alamatnya. Tidak pernah tertukar. Tanpa ada niat usaha kita menjemput rezeki, ya rezeki kita tetap akan di tempatnya alias nggak nyamperin kita.
.
Jadi ya jangan berpikir salah kaprah bahwa kamu bisa thenguk-thenguk terus duit datang dengan sendirinya. Sesekali mungkin iya. Ada banyak cara orang mudah mendapatkan uang tanpa kerja. Tapi hukum alam ini sudah begitu teratur, bekerjalah untuk menjemput rezeki. Bekerja dalam konteks yang luas; termasuk di dalamnya menanam modal, investasi saham, kerja sama bagi hasil, sharing ilmu dan teknologi, dll.
.
Jangan berpikir bermalasan terus mengharapkan uang turun dari langit. Percayalah kalau bisa begitu, orang yang paling malas pasti jadi orang paling kaya sedunia😁🤣
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Soul Meter (SM) Pun Bisa untuk Cari Seafood Enak

Seafood hasil beli matang di Jogja. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Sebagai kaum yang “nggak bisa masak”, sejak dulu ngekos di Jogja zaman kuliah sampai sekarang wes tinggal di rumah pribadi, saya pelanggan loyal para penjual makanan matang. Apalagi kalau makanannya enak-enak tur murah, bakule grapyak semanak. Wes dijamin, saya akan bolak balik makan di situ 😄😅
.
Adanya segala fasilitas pesan makanan online, sungguh memanjakan “kaum mageran” dan cenderung “malas” seperti saya. Kalau saya masak sendiri, diitung-itung malah lebih banyak biaya; duit, energi, waktu, cuci bersih alat masak/makan, tur rasanya belum tentu enak 😆🙈🙏
.
Salah satu makanan yang saya doyan banget, makanan laut. Ikan dan konco-konconya. Tapi tahu sendiri, di Jogja seafood yang sudah terjamin brand dan enaknya; regane rada lumayan kalau nggak boleh dibilang mahal 😀 Tapi masalah pingin itu kadang kayak orang ngidam lah. Kalau nggak keturutan, tetap minta dipenuhin.
.
Saya wes mau WA tempat langganan. Pesan, transfer, dimasakkan, dikirim. Penak banget hidup di zaman digital. Rasah pergi, pokok e-walletmu penuh, dunia serasa damai aja buat saya 😅😂 Tapi ngelihat uraian harganya yang wes naik 30-50% an dari terakhir saya pesan antar, saya njur mikir. Namanya saya juga cari duit sendiri, nggak ada yang dimintain, ya tetep saya mikir berhitung kalau beli-beli.😁😆
.
Saya coba pake aplikasi ijo-ijo. Tapi ini ada banyak sekali penjual, yang saya belum pernah nyobain satu pun. Tahu sendiri, seafood versi saya setipe kambing; kalau masak nggak bener, kenanya cuma amis; prengus gitu lah kalau olahan kambing.
.
Aha, karena saya ada Soul Meter (SM) ajaran Bunda Arsaningsih, saya ukurlah yang versi saya foto-fotonya menarik. Ketemu. Ada yang nilainya 10, jian sempurna. Harganya terjangkau, pajak, layanan, ongkir ya wajar.
.
Klik klik wes pesan langsung saya. Pas sampai wow… alhamdulillah enak, porsi segitu banyak, memperhatikan juga apa yang saya nggak mau. Dibonusi minuman pula. Alhamdulillah.
.
SM memang superwow bikin hidup mudah. Besok-besok kalau jumpa Bunda @arsaningsih mo tanya SM bisa untuk nyari jodoh yang pas atau enggak? Belum saya cobain siy.😃
.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us: