Bisakah Kita Bebas dari Hutang?

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Sebagai freelancer yang menekuni dunia tulis menulis dalam kurun hampir sepanjang hidup, saya tahu persis rasanya mendapatkan rezeki besar, rezeki sedang, rezeki kecil, atau bahkan tidak ada rezeki selama berbulan-bulan. Kalau manajemen keuangan saya tidak baik, pasti sudah sejak lama saya terjebak dengan masalah hutang saat tidak ada pekerjaan yang langsung menghasilkan uang.

Toh di sekitaran kita, tidak hanya freelancer yang terlibat masalah hutang. Mereka yang berpenghasilan tetap dan besar pun bisa terlibat masalah hutang. Biasanya hutang-hutang ini terjadi karena gaya hidup yang berlebihan, ibarat besar pasak daripada tiang. Atau bisa juga karena manajemen keuangan yang kurang baik. Uang dan seluruh penghasilan seperti menguap begitu saja, tanpa tahu persis penggunaannya.

Dalam kehidupan ini, siapa siy yang tidak pernah terlibat masalah hutang? Porsi hutang tiap orang dan sebab alasannya berbeda-beda. Hutang tidak selalu buruk. Ada orang yang memutuskan untuk mengalihkan investasinya sebagai hutang. Kalau tidak “berhutang” mereka tidak bisa menyisihkan uangnya.

Sebagai contoh, ada orang yang bekerja menetap dan tiap bulan mendapatkan gaji. Dia memilih untuk menanggung cicilan logam mulia emas 100 gram sebesar 1 gram setiap 1 bulan. Tentu saja biaya 1 gram itu harus ditambah biaya-biaya administrasi dan nilai perubahan selama masa mengangsur. Cicilan itu didebet langsung setiap bulan dari rekening gajinya.

Secara nalar, sebenarnya biaya mencicil logam mulia 100 gram itu jauh lebih besar dibandingkan kalau yang bersangkutan membeli logam mulia 1 gram setiap bulan. Namun pertimbangannya tidak seperti itu. Kalau membeli logam mulia 1 gram setiap bulan, dia belum tentu bisa. Sebaliknya kalau dipotong langsung setiap bulan (meskipun dengan biaya tambahan), dia selalu bisa. Hingga akhirnya lunas juga cicilan logam mulia 100 gram dan emas pun menjadi miliknya.

Tentu hutang seperti itu banyak jenisnya. Bisa untuk beragam kebutuhan besar; rumah, program pendidikan tinggi, mobil baru, haji – umroh, pensiunan, wisata ke luar negeri, dll kebutuhan hidup. Mereka pun sudah tahu dari mana sumber uang untuk membayar “hutang” itu. Biasanya pihak pemberi hutang juga sudah menentukan serangkaian syarat —termasuk kemampuan si penghutang untuk membayar.

Kalau hutang seperti ini rasanya bolehlah kita menganggapnya “bukan hutang”, tetapi cicilan. Hutang yang sudah jelas peruntukan dan sumber pembayarannya. Hutang-hutang yang sering tidak terduga itu lho yang membuat banyak orang sering kelimpungan. Hutang kartu kredit, penggunaan paylater yang berlebihan, hutang online atau pinjaman online, hutang-hutang pribadi karena hal-hal yang tidak urgent. Pembelian produk branded untuk sekedar memenuhi gengsi dan keinginan tanpa menghitung secara cermat kemampuan, biasanya menjadikan orang terjebak hutang berkepanjangan.

Sekali terlibat hutang model begini, agak sulit terbebas. Intinya, boleh hutang dengan tetap mengukur kemampuan masing-masing. Ingat saja, pujian orang pada barang-barang yang anda beli (dengan cicilan) tidak bisa membayari cicilan anda saat kesulitan uang.

Berhutang boleh saja, asal kita benar-benar memerlukannya. Pada saat sudah memiliki uang, bila memungkinkan segera bayar lunas hutang-hutang anda. Jangan menunda-nunda. Uang itu licin. Ke sana ke sini, merasa punya uang tanpa sadar menggunakan sedikit demi sedikit. Tidak terasa tahu-tahu uang habis tanpa tahu persis penggunaannya.

Bagaimana kalau saat ini kita masih terlibat hutang yang banyak? Mungkinkah kita bisa terbebas dari hutang? Jelas sangat mungkin. Ada banyak orang yang hidupnya tenang, bahagia, damai, sehat sentausa karena bebas hutang.

Bagaimana caranya bebas hutang? Sebenarnya ini tergantung dari setiap pribadi. Saya percaya setiap orang punya role atau model pengaturan keuangan yang berbeda. Carilah yang cocok dan nyaman, lalu terapkan. Kalau sudah ketemu yang cocok, jangan beralih lagi.

Ada beberapa tips yang saya gunakan sejak bertahun-tahun silam agar terbebas dari hutang, meskipun bekerja sebagai freelancer. Bagi mereka yang bekerja menetap dengan gajian tiap bulan, tentu lebih mudah lagi mengaturnya. Berikut ini uraian detailnya.

Kesatu, penghasilan. Petakan dan hitung keseluruhan penghasilan anda dalam setahun. Bagi freelancer bisa menggunakan penghasilan tahun sebelumnya sebagai patokan. Kalau anda berpasangan (suami/istri/partner/sahabat/saudara), hitung pula semua penghasilan yang anda berdua peroleh. Termasuk bonus-bonus dll yang pasti diterima sepanjang tahun.

Anda bisa menggunakan aplikasi pencatat keuangan yang free akses untuk memudahkan saat sudah mulai menerapkannya. Demikian juga dengan hal lain-lain. Dengan pencatatan detail menggunakan aplikasi akan memudahkan anda mengetahui secara pasti keadaan keuangan anda.

Kedua, pengeluaran. Petakan dan hitung semua kebutuhan pokok dalam setahun. Namanya saja kebutuhan pokok. Berarti mulai dari tempat tinggal (kalau anda mencicil, kontrak, kos, sewa, dll pembayaran), makan, pakaian, pendidikan anak-anak, kesehatan, transport, komunikasi, dll yang rinciannya bisa sangat banyak. Perhatikan juga perubahan-perubahan yang terjadi.

Kalau tahun sebelumnya keluarga dengan dua anak, tahun berikutnya ada tiga anak; tentu tidak bisa menyamakan jumlah kebutuhan pokok dan pengeluaran. Semakin rinci keperluan dan jumlah yang harus dikeluarkan akan semakin baik.

Ketiga, sedekah. Sebenarnya ini tidak ada aturan dalam manajemen keuangan; tapi pastikan anda membagikan sebagian rezeki kepada fakir miskin dan orang yang lebih membutuhkan. Besarannya beragam antara 2.5% s/d 10% sesuai dengan kemampuan anda. Ini bagian dari sedekah untuk menolak bala dan biar rezeki kita terus mengalir lancar sepanjang masa.

Keempat, dana darurat. Kalau sudah tahu berapa total penghasilan. pengeluaran setahun; hitung berapa jumlah uang yang tersisa dalam setahun. Uang ini bisa anda gunakan sebagian untuk dana darurat. Berapa besaran dana darurat, tiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Sekurangnya harus ada dana untuk 1 bulan biaya keperluan hidup. Jangan sampai tidak ada dana darurat sama sekali.

Kelima, total hutang. Hitung semua hutang anda. Ini tidak termasuk yang saya anggap “cicilan” seperti uraian di atas. Hal ini sudah termasuk kebutuhan pokok yang harus anda keluarkan. Hitunglah semua hutang yang belum ada jaminan pembayarannya. Dengan mengetahui total keseluruhan hutang, akan membantu anda untuk fokus melunasinya.

Keenam, bayar hutang. Hitung uang yang tersisa dari sebagian dana darurat (langkah keempat). Bagi yang memiliki hutang, anda bisa menggunakannya untuk membayar hutang-hutang. Harus segera membayarkan, terlebih kalau pihak pemberi hutang memberi kelonggaran anda untuk mencicil.

Misalnya anda punya hutang 150 juta pada beberapa pihak, tapi ada pemberi hutang mengizinkan anda mencicil. Setiap punya uang harus langsung mencicil hutang. Kalau anda menunggu sampai jumlahnya terpenuhi mungkin lebih sulit. Kalau tidak mungkin dicicil, berusahalah menabungkan dana bayar hutang di rekening non-ATM dan non-aplikasi, sehingga segera terpenuhi untuk membayar hutang.

Langkah kesatu sampai keenam itu, mungkin saja tidak mudah bagi anda yang baru berniat membebaskan diri dari hutang. Ini berarti anda harus hidup hemat, memangkas beberapa hobi dan kesenangan, dll. Kegiatan atau kesenangan yang biasanya boleh dilakukan menjadi “ditunda” dulu. Versi saya, kalau mau bebas hutang ya harus sedikit “berpuasa”.

Selanjutnya langkah ketujuh, penghasilan tambahan. Apabila memungkinkan carilah pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan. Anda bisa menekuni hobi yang menghasilkan uang. Anda bisa memanfaatkan aset-aset di rumah anda untuk berkarya atau kerja. Ingat, kalau anda tahu persis berapa hutang yang ingin anda lunasi; cara ini biasanya menambah semangat.

Kedelapan, fokus melunasi hutang. Kalau niat awalnya bekerja tambahan untuk membereskan hutang; fokuslah di situ. Jangan uangnya untuk foya-foya karena akan timbul masalah lagi. Membebaskan diri dari hutang ini perlu waktu yang beragam tergantung besar kecilnya hutang yang anda. Makin cepat beres makin baik jadinya.

Kesembilan, mengatur ulang. Kalau hutang-hutang sudah beres, anda boleh mengatur kembali manajemen keuangan. Uang-uang yang biasanya untuk membayar hutang sudah mulai bisa untuk menabung, investasi, atau memenuhi keperluan besar lain —wisata luar negeri, pendidikan tinggi, haji – umroh, membeli tanah rumah baru, dll sesuai keinginan anda.

Kesepuluh, hidup sederhana. Kalau sudah terbebas dari hutang-hutang, jangan jumawa, jangan sombong. Tetaplah hidup sederhana. Tetaplah fokus pada kebutuhan, bukan keinginan untuk hidup sehari-hari. Sementara untuk keinginan besar, anda bisa mulai menabung dan tidak perlu terlibat hutang.

Kalau harus berhutang untuk keinginan, pilihlah hutang yang cerdas. Misalnya, anda ingin umroh dan sudah menyiapkan dana 35 juta. Namun bank anda memberikan fasilitas kerjasama dengan agensi umroh. Pembayaran anda itu bisa diubah jadi cicilan 35 bulan dengan per bulan hanya 1 juta tanpa bunga selama 35 bulan; dan waktu umroh bisa anda tentukan sendiri tanpa harus menunggu pelunasan.

Kalau ada tawaran seperti itu, ya anda ikut saja. Uang 35 juta yang sudah anda siapkan bisa anda gunakan untuk investasi lain. Sementara anda bisa pergi umroh cukup dengan membayar 1 juta per bulan. Tidak selalu punya hutang itu buruk. Tidak selalu tidak punya hutang itu cerdas secara finansial. Pilih-pilihlah yang paling sesuai dan paling bikin anda bahagia.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *