Goes to Banyuwangi (6) Nginep di Hotel, Makan Apa Kita?

Halaman depan hotel tempat kami menginap. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Selesai belanja di Wong Osing kami meneruskan perjalanan ke hotel. Ya nginep di hotel, tapi makan malam nggak ditanggung biro. Artinya kita kudu cari makan sendiri, bayar dhewe-dhewe.

Saya yang merasa daftar sendiri, sempat berpikir wah jangan-jangan saya sekamar sendiri. Persis ketika trip di China karena sahabat saya nggak jadi ikut.

Bukannya penakut, tapi saya lebih khawatir kalau nggak terbangun tengah malam sesuai jadwal itenerary. Destinasi kami selanjutnya itu eksplorasi pendakian Kawah Ijen.

Perjalanan ke Ijen dijadwalkan berangkat dari hotel jam 12 malam. Padahal diperkirakan kami baru sampai hotel jam 7 malam. Mandi, beberes, makan dll bisa 1-2 jam itu.

Artinya hanya ada 2-3 jam untuk tidur. Itu pun bagi mereka yang biasa tidur cepet bangun cepet. Ada tipikal orang yang mau tidur itu ritualnya lama, mau bangun pun demikian.

Kekhawatiran kedua saya kalau tidur sendiri ndilalah kamarnya berhantu. Weeeh, sudah beberapa kali saya harus terjaga semalaman gegara gangguan hantu dan nggak bisa ganti kamar karena full. Di China pernah, di Vietnam beberapa kali, di Magelang pernah, di Jakarta beberapa kali, di Ambon kena juga, di Jogja juga pernah beberapa kali.

Wes, ingatan buruk kok ya ndadak mampir di kepala saya. Mungkin karena saat itu hujan, dingin, kabut, gitu ya. Jadi nggak ada kesan ceria malam itu. Orang lebih mudah ingat hal nggak baik saat situasi nggak kondusif.

Saya berdoa semoga baik-baik saja. Kami nginep di Hotel Slamet. Kalau dari review marketplace biaya semalem antara 300-500 rb. Oh kalau hotel sering dipakai karena budget ringan standar biasanya aman, nggak berhantu.

Percayalah hotel-hotel berhantu yang pernah saya alami itu semuanya berbintang 5-7. Mungkin kamar-kamar itu jarang dipakai karena rate tarif yang tinggi. Lha saya pakai aja, karena kan dibayari sponsor atau klien. Bayar sendiri yo pasti mikir lah bermalam-malam gitu. Apalagi siang ditinggal kerja di lapangan. Sayang juga kan, kecuali untuk staycation 😂😁🙏

Syukurlah saya sekamar berdua dengan Mbak Lita. Mbak Lita bersaudara daftar bertiga, jadi yang satu orang sekamar dengan saya. Saya langsung senang. Alhamdulillah. Ada temannya. Ada yang bangunin kalau saya telat, meskipun itu jarang terjadi. Sudah biasa jalan cenderung bikin orang akan lebih tertib dengan jadwal.

Kamar hotel ini sebenarnya standar ya. Meja kursi ada. Gantungan baju ada. Ada 2 bed. AC. Lampu lampu. TV. Colokan listrik. Kamar mandi standar dengan 2 handuk besar tanpa toiletries. Ngak ada sikat gigi, pasta gigi, sabun dan shampo. Untung ada air hangat, meski nggak ada petanda suhu sehingga kudu ngatur sendiri panas dinginnya. Nggak ada juga sandal hotel. Nggak ada tisue. Kami cuma dapat 2 botol air mineral @600 ml.

Saya wes bersyukur bae ketemu air panas untuk mandi. Tidur bisa nyenyak dengan bed yang nyaman dan AC yang dingin. Lha daripada tidur di bus, kan sungguh nikmat banget tidur di kamar hotel. Apalagi charge OT di Afrindo ini ringan banget. Tenan, saya bae mumet kalau disuruh mikir ngatur duitnya. Jadi ikut OT dengan Afrindo rekomendasi banget kalau saya siy 😀👍

Saya wes merasa lelah banget dan pingin langsung tidur. Tapi inget belum makan, bisa jadi perkara kalau laper tengah malem. Saya ngikut Mbak Lita saja yang berencana cari makan duluan, baru mandi dan beberes. Saya memutuskan sholat dulu, baru keluar hotel.

Kami makan di sekitaran hotel. Oh syukur tenan di sini banyak warung makan dan murah meriah. Seenggaknya cari yang dekat pun gampang. Kalau dalam situasi seperti ini, saya nggak akan coba-coba dengan menu baru yang aneh-aneh. Khawatir perutnya ribut karena nggak cocok makan.

Ingak inguk kami ketemu tempat mie ayam dan bakso yang lumayan rame. Ikut masuk dan memesan. Njur saya panik sejenak karena nggak nemuin HP di tas. Di mana ya?

Kata Mbak Lita sejak dari kamar saya nggak ada keluarin HP. Tapi seingat saya HP wes saya pegang. Daripada pikiran, saya balik ke kamar hotel. Ealah HP itu teronggok di meja. Sudah disiapin tapi nggak kebawa. Untung tempatnya dekat. Kami makan dengan tenang.

Menunya enak dan murah meriah. Saya sampai mengulang bertanya, memastikan bayar makan dan minum per porsi nggak sampai 17 rb itu sudah benar. Makanya itu saya bisa bilang kalau oleh-oleh di Wong Osing termasuk larang; karena makan di sekitaran hotel bae segitu murahnya. Mosok bolu kecil bae 30 rb an…😁

Balik hotel, Mbak Lita mandi duluan. Saya wes tertidur sejenak dan terbangun pas Mbak Lita beberes. Saya wes niat tidur lagi aja, tapi otak saya mikir ntar kalau bangunnya lelet, mikir mandi ini itu, akhirnya saya yo mandi, beberes, baru tidur.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *