
Rombongan kami saat di Pasir Berbisik. Open Trip Ceria, Bromo 18-19 Januari. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Setelah kami dari Lembah Watangan yang jadi destinasi terakhir, kami kembali ke bawah. Balik areal rest area Sukapura. Di sini lumayan lama, sekira 2 jam. Istirahat, mandi, sholat, makan, jajan.
Saya bebersih, sholat, terus pesan makan. Salah satu hal yang biasa terjadi di rest area, makanan belum tentu cocok dengan selera kita, tapi harganya wes pasti berbeda dari harga di tempat umum 😆😅
Dan benarlah, saat saya pesan rawon; boleh dibilang rasanya nggak ngalor nggak ngidul. Superaneh. 😁😆 Untunglah pas pesan kopi, wah enak betul kopinya. Kopi Bromo rasanya khas, beda dengan kopi lainnya. Jadi saya tetap bergembira dengan rawon yang embuh. Sayang saya nggak inget moto.😆😅
Usai beberes makan, saya wes mendahului masuk bus. Masyaallah ngantuknya nggak tertahankan. Begitu masuk bus, saya wes tidur dan terbangun sejenak saat rombongan mau lanjut perjalanan. Ke pusat oleh-oleh.
Berbelanja oleh-oleh saat piknik itu bisa jadi penting, nggak penting. Ada yang sangat ngotot kudu beli oleh-oleh. Ada yang beli sambil lalu. Ada yang beli sedikit. Tiap orang beda-beda.
Saya bukan jenis orang yang mewajibkan piknik kudu beli oleh-oleh. Ya tergantung sikon dan budgetnya. Apalagi kalau pikniknya wes kebutuhan rutin, nyaris tiap bulan 1-2x jalan. Oleh-oleh bukan hal terpenting lagi, kecuali ada yang khusus.
Saya senang ikut OT Ceria ini ya salah satunya memberi kesempatan untuk beli oleh-oleh khas setempat. Baik waktu OT Magelang, Pacitan atau Bromo kali ini. Saya menshare pengalaman ini, mungkin saja bermanfaat bagi pembaca untuk trip-trip lainnya.
Pertama, cari tahu segala yang khas daerah setempat (yang nggak bisa dibeli secara online atau via marketplace) dan putuskan mana saja yang ingin sampeyan beli.
Seperti di Bromo ini, ada banyak oleh-oleh khas; tapi juga nggak sedikit yang sudah bisa diperoleh secara online. Beberapa yang berhasil saya identifikasi: bunga-bunga kering dari aneka perdu, kopi Bromo –ini jenisnya Arabica dengan aroma khas Bromo, keripik kentang, aneka keripik buah, olahan ikan kering, madu hutan, strowberry, apel, dan tape singkong non serat.
Kedua, setelah memutuskan mau membeli yang mana; sesuaikan dengan budget yang sampeyan anggarkan. Apakah beli oleh-oleh untuk diri sendiri, keluarga, tetangga, teman sekerja, dll. Ingat, jangan memaksakan diri. Mereka nggak ikut menanggung kalau keuangan sampeyan boncos di tengah bulan gegara membelikan oleh-oleh.
Ketiga, itung-itung bagasi. Ini terutama kalau bepergian dengan pesawat. Biro biasanya mengenakan charge pribadi untuk mereka yang over bagasi. Pun kalau naik kendaraan darat, sampeyan juga perlu menghitung ruang dan kapasitas yang diberikan biro untuk setiap peserta. Kalau bawa mobilmu sendiri siy yo sekareplah….
Keempat, pertimbangkan untuk mengirimkan. Ada beberapa pusat oleh oleh yang melayani juga pembelian dan pengiriman sampai alamat. Tentu dengan biaya yang lebih terjangkau. Pada saat di Bali, saya memilih jenis ini karena ada oleh-oleh khas yang hanya rilis saat itu dan harus membelikan beberapa orang, saya memilih mengirimkan langsung ke rumah. Praktis nggak gotong-gotong.
Kelima, kalau kamu nggak beli oleh-oleh jangan merasa terintimidasi atau merasa rendah diri dengan mereka yang belanja menggunung. Ingat, tujuanmu piknik dan kamu sudah membayar sama dengan lainnya. Tiap orang beda kepentingan terhadap oleh-oleh.
Kecuali di trip-trip yang memang orientasinya belanja; dan seluruh kru wisata itu dapat fee dari prosentase belanja peserta, maka itu jelas salah tempat kalau kamu nggak belanja. Tapi kalau trip umum, santai aja kalau nggak beli oleh-oleh. Nggak perlu kecil hati.
Keenam, bila memungkinkan ada tawar menawar; tawarlah harga dengan wajar. Jangan bikin kisruh, rusuh, gegeran di tempat wisata karena sampeyan menawar nggak lumrah. Kalau sudah menawar, pastikan juga membeli. Kalau masih ragu-ragu antara beli atau enggak, jangan menawar.
Ketujuh, cek-cek produk sebelum membeli atau memasukkan ke keranjang belanja. Nggak ada cacat, kemasan oke, masa kadaluarsa, izin-izin, kehalalan (bila kamu berbelanja di areal yang mayoritas penduduk non muslim), dll. Teliti sebelum membeli jauh lebih baik daripada menyesal pas lihat barangnya di rumah.
Kedelapan, beli di tempat terpercaya. Sekarang ini banyak tempat wisata sudah memasukkan produk UMKM-UMKM di areal mereka sebagai pasar wisata. Biasanya kualitas juga sudah terstandar. Cari info mana saja tempat belanja oleh-oleh yang direkomendasi.
Kesembilan, bawa tas lipat belanja. Biasanya siy kalau belanja, kita sudah diberi tas plastik. Cuman ya kadang nggak kuat. Bawa tas belanja sendiri memudahkan kita untuk membawa oleh-oleh dengan aman.
Kesepuluh, jangan alergi nyobain produk baru khas setempat. Mungkin saja kamu nggak akan ke tempat itu lagi.
Jadi, saya belanja oleh-oleh atau enggak dari Bromo? Belanjalah. Kan ada produk-produk khas yang sudah saya sebutkan sebelumnya 😀
Ari Kinoysan Wulandari