Kalau Hidupmu Terasa (Nggak) Mudah

Salah satu sisi Ka’bah. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Setiap orang pasti akan menjalani ujian hidupnya masing-masing. Nggak ada satu orang pun yang terlepas dari ujian. Kita ngelihat orang lain hidup lebih enak daripada kita; orang lain pun ngelihat kita lebih enak daripada mereka. Orang Jawa bilang urip mung sawang sinawang, hidup hanya saling melihat.

Berikut ini jenis-jenis ujian dalam hidup:

Ujian Harta
Kekurangan atau kehilangan harta seringkali menjadi ujian yang berat bagi banyak orang. Allah menguji manusia untuk melihat apakah mereka bersyukur atau kufur terhadap nikmat yang diberikan.

Ujian Kesehatan
Penyakit atau kondisi kesehatan yang buruk adalah ujian yang menuntut kesabaran dan keikhlasan dalam menerima takdir Allah.

Ujian Jiwa
Kesedihan, kehilangan orang yang dicintai, atau tekanan mental adalah ujian yang memerlukan kekuatan iman dan dukungan dari Allah.

Ujian Keimanan
Terkadang, Allah menguji keimanan seseorang dengan berbagai godaan duniawi yang dapat menjauhkan mereka dari jalan-Nya.

Beragam ujian itu sepertinya sudah pernah saya alami. Sebenarnya ujian harta itu paling ringan, tapi juga paling krusial dalam kehidupan dan versi saya ini paling berat. Karena kalau hartanya aman, berkecukupan, ujian-ujian lainnya insyaallah lebih mudah dihadapi. Misalnya merasa mau sakit, sudah bisa cepat-cepat ke dokter dan membeli obat terbaik. Kalau sedang sedih, tapi punya cukup uang, nangisnya itu bisa di depan Ka’bah; bukan sekedar di kamar, dll.

Dalam masa-masa sulit ekonomi dan semuanya terasa nggak mudah bagi saya dulu, ndilalahnya kok saya ketemu guru ngaji yang baik. Beliau memberi nasihat yang menenangkan hati.

Nggak menceramahi saya dengan berbagai dalil agama untuk sabar, tawakal, iman seperti banyak guru agama lainnya; tapi beliau meminta saya untuk mengecek, mengukur diri sendiri; apa yang nggak benar sehingga ada ujian yang begitu berat.

Menurutnya kalau sampai urusan kebutuhan dasar kita saja (makan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan anak, kendaraan untuk wira wiri kerja, sarana dasar kerja, dll) nggak mudah terpenuhi dalam waktu yang lama; hutang-hutang, dll masalah ekonomi; pasti ada yang nggak beres dalam hubungan kita dengan Allah, sesama manusia, dan semesta.

Saya (termasuk keluarga) diminta untuk koreksi diri. Karena kan itu masalah kolektif keluarga. Jadi pasti semua anggota keluarga terlibat dalam kesalahan-kesalahan (dosa-dosa) baik langsung maupun nggak langsung.

Berikut ini hal-hal yang dinasihatkan dan sudah saya ubah bahasanya menjadi lebih sederhana agar mudah dipahami.

Pertama, kembali bersyahadat menyatakan diri sebagai seorang muslim. Bisa jadi ada ucapan, tindakan kita yang nggak sadar membuat kita keluar jalur dari ajaran dan aturan Islam.

Kedua, istighfar, sholat taubat; mohon ampun sesungguhnya kepada Allah. Sering kali ujian datang karena banyaknya dosa kita, sadar atau nggak sadar. Sering kali kita itu meremehkan dosa-dosa kecil yang tahu-tahu menggunung.

Ketiga, cek sholatmu. Sholat fardu, apakah sudah baik, tepat waktu? Termasuk dengan qabliyah dan ba’diyahnya (sholat sunnah sebelum dan sesudah fardu).

Lalu cek juga sholat Dhuha dan Tahajud. Kalau ini sudah aman, ya berarti ujian itu pasti akan sebentar saja.

Keempat, cek ngajimu. Kalau biasanya 1 juz 1 hari apakah masih konsisten atau sudah bolong-bolong? Atau malah ditinggalkan sama sekali?

Kelima, cek hubungan baik dengan orang tua, mertua, saudara, dan ipar-ipar. Apakah semua baik atau banyak gasruknya?

Kalau baik, alhamdulillah. Kalau gasruk, ya harus diperbaiki. Minta maaf, memaafkan, dan membangun kembali silaturahmi yang baik.

Keenam, cek hubungan dengan tetangga, teman, kerabat. Konon sia-sia kalau kamu rajin sholat, ngaji, dll ibadah, tapi tetanggamu, temanmu, kerabatmu, nggak aman dari lidah dan tanganmu. Artinya banyak berbuat jahat kepada mereka. Ini ya kudu diperbaiki.

Cek juga hubungan dengan semesta. Apakah suka menganiaya binatang nggak bersalah (kucing, anjing, ayam, dll). Termasuk juga nggak menyiram, merawat tanaman yang ditanam di rumah.

Ketujuh, cek-cek zakat dan sedekahmu. Kapan terakhir bayar zakat? Kapan terakhir kali bersedekah? Kalau sudah nggak ingat, ya itulah salah satu sumber kefakiran, kesulitan rezeki. Jadi kudu dibenahi.

Toh sedekah nggak harus uang atau materi. Bisa juga dengan ilmu, tenaga, dll yang membantu orang.

Kedelapan, menerima mensyukuri ujian sebagai bagian takdir Allah. Wes nggak usah protes, nggak usah mengeluh sana sini. Terima, hadapi, syukuri dengan ikhlas.

Kesembilan, sebagai bentuk lahiriah usaha mendapatkan rezeki ya harus kerja. Cari kerja sebanyak mungkin, sebaik mungkin, dan pasrahkan hasilnya pada Allah.

Kesepuluh, doa, sabar dan tawakal. Kalau semuanya sudah dilakukan, ya tinggal berdoa, sabar dan tawakal. Allah akan membuka jalan dari berbagai sisi yang nggak bisa kita pikirkan.

Badai pasti berlalu, ujian pasti akan berakhir dan berganti dengan kelapangan, kemudahan, kebahagiaan.

Ya, sepanjang waktu itu saya dan bersaudara memberesi diri kami dari dalam. Bekerja keras iya, tapi kami lebih banyak beberes urusan “internal” yang disebutkan guru saya.

Sejak itu pula pertolongan Allah datang dengan beragam cara untuk membereskan urusan-urusan kami. Kalau saya mikirin ulang, nggak sanggup rasanya membereskan begitu banyak utang, kesulitan biaya hidup, kesulitan bayar sekolah, dll masalah materi.

Toh memperbaiki hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan semesta itulah yang jadi kunci memudahkan kehidupan kita. Semua masalah rasanya terselesaikan begitu saja.

Jadi sekarang ini, kalau saya menemui sesuatu yang terasa sulit, nggak mudah, ya kudu cek ricek point-point di atas. Mana yang bolong, sehingga memungkinkan ada ujian-ujian lagi.

Kalau memang semua sudah aman terjaga baik, saya berbaik sangka saja pada Allah. Mungkin ada hal-hal yang tidak saya tahu dan tidak bisa digantikan dengan lainnya, kecuali saya harus menanggung dan menjalani ujian tertentu.

Ya Allah, saya mohon perlindungan dan penjagaanMu lahir batin dunia akhirat untuk seluruh keluarga besar kami, kerabat, sahabat, dan tetangga. Ya Rasulullah, saya mohon syafaatmu untuk kami semua kelak di hari kiamat. Amin YRA.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *