
Saya di salah satu sisi Masjid Nabawi, Madinah. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Nggak bisa saya jelasin tentang apakah benar bahwa umroh itu panggilan Allah. Tahun ini saya nggak ada niatan umroh. Pikir saya, 2-3 tahun lagi. Kan kemarin 2023 ya wes umroh.
Tahu-tahu di bulan Juli 2024 tuh kayak ada yang ngusik hati, “Ari, kamu berangkat.” Itu pas Jumat, Senin sudah saya eksekusi. Daftar, kirim syarat administratif, bayar.
Njur lupa. Ini ya duit lumayan, cuma karena transfer jadi gak berasa. Sama aja kayak kita bayar belanja atau pesan makanan online. Di akhir 2023 saya wes merasa kalau pendapatan saya akan turun drastis karena belum ada buku terbit komersial dan gaweyan yang ada di 2024 ya kecil-kecil saja.
Tentu ada dana yang saya tabung jauh hari sebelumnya, sehingga tetap baik-baik saja. Kalau pun saya nggak niat umroh lagi, tapi usikan hati kecil saya itu seperti nggak bisa diabaikan. Seperti suatu pertanyaan yang menuntut jawaban segera.
Jadi, kayak ada tangan ajaib yang menuntun saya harus begini, begitu. Dan mungkin itulah yang disebut panggilan Allah. September saya sempat ingat pas dikirimi surat izin untuk cuti dari biro. Saya pikir oh iya. Masih lama.
Tahu-tahu saya banyak gaweyan, memang kecil-kecil tapi beruntun terus tanpa jeda. Wes saya tambah lupa sama umroh. Bener-bener ujian sampai saya bolak-balik drop, batuk, flu, pilek, demam tinggi. Badan beneran nggak nyaman, tapi kerjaan nggak boleh tertunda.
Seolah saya dibuat lupa beneran soal umroh. Tahu-tahu pas diminta ambil perlengkapan umroh dan manasik. Hayaa, saat itu lho saya baru siap-siap dan tahu-tahu wes berangkat. Gitu aja.
Pokoknya versi saya, kalau berasa ada krenteg, niat atau suara hati untuk umroh, terus duit ada (sekurangnya bisa untuk bayar DP-nya), waktu yang dipilih cocok, langsung daftar dan bayar aja.
Oh ya, bayar umroh di banyak biro sekarang ini bisa nggak langsung lunas kok. Ada yang boleh DP, lalu kita cicilin sampai selambatnya sebulan sebelum keberangkatan. Cuman kalau ada duitnya ya bayar aja langsung lunas, ndak malah nanti kepake untuk yang lain-lain.
Menurut saya, panggilan itu bisa ilang beneran kalau nggak kita sambut. Bayangin kalau pas Juli itu saya nggak daftar bayar, ya pasti nggak berangkat.
Dan saya memaknai panggilan Allah untuk umroh itu memang sungguh untuk menenangkan hati saya. Sepanjang tahun 2024 ada banyak sekali persoalan, pertanyaan atas hidup yang versi saya kok belum terjawab. Belum rampung-rampung. Lalu, saat umroh semuanya seperti sudah terjawab, selesai begitu saja. Ridha pada ketentuan atau takdir Allah tanpa mempertanyakan ini itu lagi.
Hati saya begitu tenang damai di kota rumah Rasulullah ini. Madinah yang Mulia. Hidup saya untuk memikirkan dunia, kurang ini kurang itu, belum ini itu, seperti terhenti begitu saja. Hati saya begitu bahagia rasanya dan begitu enggan berpisah dengan kota Nabi Muhammad SAW ini. Meninggalkan Masjid Nabawi, meninggalkan Madinah seperti meninggalkan sesuatu yang entah mengapa, tiba-tiba begitu saya cintai.
Dulu sebelum saya umroh yang pertama, saya nggak pernah percaya bahwa sekali kamu datang ke Baitullah (Madinah-Mekkah), selamanya rumah itu akan menjadi tempat yang paling kamu rindukan.
Dan itulah yang terjadi pada saya. Keinginan saya untuk menjelajah negeri lain, bisa begitu saja hilang saat terbersit niat umroh. Alhamdulillah. Saya bersyukur dicukupkan, dipanggil lagi oleh Allah untuk datang ke rumahNya.
Dan sebelum bus benar-benar meninggalkan Madinah, saya menangis bercucuran air mata dalam diam. Menangisi sesuatu yang saya pun tidak pernah tahu kapan bisa kembali lagi.
Karenanya saya berdoa sungguh-sungguh untuk dipanggil lagi dan dimampukan semuanya dalam kondisi dan fasilitas terbaik. Amin YRA.
Ari Kinoysan Wulandari