
Petunjuk atau Panduan dari Dewangga. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Jujurly, umroh kali ini bagi saya seperti ya wes pergi saja. Nggak bisa saya jelaskan, seolah sudah begitulah adanya. Setelah terima perlengkapan umroh Dewangga (koper besar, koper kabin, tas selempang, tas sepatu atau sendal, mukena lengkap tutup tangan, kerudung, aneka panduan, dll.).
Saya tanya, bagasi besar dapat berapa kg. Jawabnya 30 kg. Saya pertegas lagi; 30 kg sudah include air zamzam atau belum. Jawabnya sudah. Berarti maksimal saya bisa isi koper besar ini 20 kg, 5 kg untuk zamzam, 5 kg kalau beli ini itu kruncilan lucu-lucu yang sering beranak pinak 😁😆
Dewangga sudah rapi sekali memberi petunjuk list isi bagasi bawah apa, bagasi kabin apa, tas selempang atau tangan apa saja. Saya pun nyiapinnya lebih gampang. Karena ini umroh 10 hari transit 2x di Singapura; saya memutuskan untuk membawa 10 stel baju ibadah dan 2 stel baju harian; tentu nggak lupa piyama untuk tidur. Saya mencatatkan di sini agar mudah jadi acuan kalau ada teman-teman yang baru mau umroh. Meskipun sepele, packing dan bawaan ini bisa jadi gawe kalau nggak bener.
Koper Besar (Bagasi Bawah): kalau sebelumnya saya selalu menyiapkan baju baru, umroh kali ini saya hanya menjahitkan baju seragam dari Dewangga. Saya ambil gamis-gamis yang saya pakai umroh sebelumnya (terus disimpan saja). Ada 3 yang bisa saya pakai. Ditambah gamis wajib hitam dan putih (biasanya yang sudah pernah umroh pasti punya), plus seragam wes ada 6. Saya tinggal nyari 4 dari tumpukan gamis baru hadiah sana sini (yang belum terpakai) karena sehari-hari saya nggak pakai gamis 🙏Saya coba ada yang pas dan enak dipakai, saya cuci setrika. Wes beres 10 stel. Tambah baju harian 2 stel untuk jaga-jaga. Tidak lupa 2 piyama dan 2 kaos untuk tidur.
Secara prinsip ini wes beres. Saya tinggal menambah kerudung, ciput (daleman kerudung), kaos kaki, celana panjang, pakaian dalam, pantyliner, peniti bros dll. Saya mengemasnya per pax untuk sehari, lengkap dari ujung rambut ke ujung kaki.
Tiap pax saya tandai Madinah 2, Madinah 3, Madinah 4, dst sampai balik. Jadi pas baju habis dipakai, setelah diangin-anginkan saya masukkan kembali ke wadahnya. Wadah ini bisa dicuci, bisa dipakai lain waktu. Praktis, rapi, ekonomis. Piyama, kaos, manset, handuk dll kain saya packing terpisah.
Jadi ya perlengkapan baju dll untuk umroh nggak harus baru (karena ini butuh duit banyak), tapi pakailah milikmu yang terbaik dan paling nyaman. Umroh kali ini, yang saya beli baru itu 12 set pakaian dalam, 12 pasang kaos kaki. Saya membeli per 3 set sebanyak 4x biar terasa ringan. Saya cuci setrika dulu, sebelum masuk pax masing-masing.
Perlu juga bawa mantel hujan yang praktis, kacamata hitam, topi, gunting, selotip/lakban. Ini sesuaikan dengan keperluan masing-masing.
Obat-obatan: bawa semua obat (termasuk multivitamin yang biasa sampeyan konsumsi). Saya bawa banyak, tapi mayoritas obat warung; paracetamol, bodrex, decolsin, salonpas, pegal linu, komik, CDR, balsem geliga, minyak kayu putih, minyak zaitun, obat merah, penutup luka, dll. Pokoknya komplet saya hitung 3x sehari untuk 10 hari. Sampeyan bisa menyesuaikan.
Peralatan mandi: standar saja. Handuk, sabun, pasta gigi dan sikat gigi, shampo, pembersih wajah. Plus pembalut dan pantyliner untuk jaga-jaga kalau pun tidak sedang haid. Tambahkan detergen ukuran kecil kalau diperlukan darurat.
Tabir surya: pelindung panas matahari, pelembab, handbody, lipcare, botol spray kosong untuk diisi air zamzam untuk semprot muka dan tangan. Sesuaikan keperluan.
Lalu kruncilan lain: buku-buku panduan ibadah; notes dan bolpoin; 2 thumbler kosong 500 ml. Ini biasanya saat pulang saya isi air zamzam; 1 dari Madinah, 1 dari Mekkah. Aman? Oh jelas aman. Dibongkar diributkan di bandara kalau sampeyan bawa lebih dari 5 liter air zamzam secara ilegal. Disuruh buang. Kalau seperti saya aman. Petugas juga tahu kalau sedikit ya untuk diri sendiri, bukan diperjualbelikan. Tahu sendiri harga air zamzam di Indonesia 😁
Tas wadah sendal atau sepatu, gantungan baju atau hanger (bisa bawa 2-4 sesuai kebutuhan), tas lipat, tas plastik untuk barang basah, sandal, tissue basah, handsanitizer, dll. sesuai keperluan.
Koper Kabin: ini saya nggak bawa dari Dewangga. Kopernya bae wes 2 kg. Padahal maks hanya 7 kg. Jadi saya pakai backpack pribadi. Lebih ringan, gendong di punggung dan masuk bagasi kabin. Ini isinya 2 stel baju harian, mukena dan sajadah, payung, obat-obatan (jaga-jaga kalau belum bisa buka bagasi bawah), permen, makanan kering, copy identitas (paspor, visa, buku vaksin, ktp, buku rekening, nomor kontak darurat; dimasukkan kantong plastik, rapi aman dari air), power bank, kaki tiga (adaptor universal), charger HP. Wes ini nggak ada 4 kg. Jadi ringan dan masih ada ruang kalau belabeli kruncilan dadakan.
Tas selempang atau tas tangan: ini saya juga nggak bawa yang dari Dewangga karena kekecilan. Tas ini yang kita bawa ke mana-mana, bahkan sholat di mesjid pun kalau bisa tetap nempel di badan. Isinya HP, dompet uang, tas paspor dll identitas, kantong alat make up, thumbler isi air, makanan ringan, permen, obat ringan, outer atau jaket ringan kalau udara terlalu dingin.
Begitu semua isian tersedia; saya tinggal memasukkan. Sejam beres, kunci (pastikan pakai gembok); karena kalau password dengan lempar-lempar bagasi, sering berubah dan malah bisa sulit dibuka); kasih tanda yang mudah diingat dan nama yang cukup terbaca. Lalu koper besar saya antar ke Dewangga beserta paspor, buku vaksin. Beres sudah, tinggal siap-siap berangkat.
Pastikan bawaan sampeyan cukup 3 (koper besar, koper atau tas kabin, tas tangan atau selempang) itu saja biar gampang mengingat. Pastikan juga tidak overload. Kelebihan bagasi yang kelewat banyak akan dikenai charge —yang nggak murah.
Cek-cek penerbangannya, ukuran bagasi bawah berbeda; ada yang 20, 25, 30, 35 bahkan 42 kg tergantung maskapai. Kalau bagasi kabin rerata sama 7 kg. Tas tangan atau selempang ya secukupnya. Kalau terlalu besar nanti malah dianggap bagasi kabin, ditimbang juga kalau berlebih.
Intinya, sesuaikan kebutuhan dengan aturan biro yang anda pilih. Ukur-ukur diri sampeyan; kalau misalnya bawa semua barang itu sendiri harus terasa ringan dan tidak memberatkan. Ingat kita mau ibadah, bukan gotong-gotong barang berat 😁🙏
Ari Kinoysan Wulandari