
Saya di acara Manasik Umroh ke-1 Dewangga di Hotel Tara, Jogja. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
Karena 2x manasik untuk grup 20-an orang saja dan biasanya hanya jam 10-14, break ishoma jam 12-13; saya kaget terima pesan manasik jam 07.30 sd selesai. Pas saya tanya admin jam berapa rampung, dijawab jam 13; pikiran saya sudah nggak tenang. Lama betul.
Terus tempatnya di Hotel Tara, jauh banget dari rumah saya. Ditambah dresscode putih-putih, hayaaa…. terniat. Wes, pokoknya manut sebisa saya.
Dan saya hampir lupa soal umroh itu ya karena antara Juli ke November itu cukup lama, banyak gaweyan. Kalau wes bayar kan nggak ditagih, jadi saya baru dapat info WA ya untuk manasik dan ambil perlengkapan umroh di awal November itu. Beneran kalau nggak ada ini, bisa terlewat itu jadwal 😁🙈
Karena di Dewangga baru kali ini, saya yo mangkat manasik, setelah menyesuaikan jadwal agar ada beberapa urusan yang sejalur bisa dibereskan juga. Ngirit bensin, ngirit ongkos.
Jam 07.20 WIB saya wes sampai Hotel Tara. Lha biyuuh, aula sudah penuh jamaah putih-putih melati alibaba, siapa yang baik hati gitu. Wes rame dan banyak betul 😁😄🙏
Perasaan grup saya isinya jarene ada 40 jamaah. Lah ternyata untuk bulan November itu Dewangga ada 10-an kloter dengan hari keberangkatan berbeda-beda. Hitung aja itu berarti 400-an jamaah.
Tidak usah ngitung yang budget tinggi di atas 40 juta (karena tiap kloter beda program), hitung rerata 30-an juta aja (charge umroh standar areal Jawa); itu berarti sudah ada duit 12.000.000.000 (12 miliar lho) yang masuk ke Dewangga.
Lha kalau 10 bulan setahun? (Minus masa haji lebih kurang 2 bulan). Banyak betul duitnya. Biyu biyuuuu… jago tenan saya ngitungin duit orang 😁🙈 Pantesan banyak orang tergiur buka travel umroh. Njur karena nggak profesional, banyak jamaah yang tertipu juga. Kita memang perlu hati-hati pilih biro travel umroh. Apalagi haji khusus dan furoda. Kalau nggak baik bironya, bisa kapiran betul di Tanah Suci.
Manasik lama. Jam 08 s/d 12 ndengerin ustad ceramah dan nggak ada lucu-lucunya itu bikin saya bosen betul. Sampai bolak balik keluar masuk ambil kopi, teh, snack biar waktu cepat berlalu.
Haish, kenapa manasik nggak divideoin aja terus dishare dan langsung tanya jawab?Suwe tenan dan berasa panas, meski semua AC nyala. Yach banyak orang. Ada 400-an ditambah petugas dan panitia itu bisa jadi 450-an orang.
Ketika tanya jawab usai, legalah saya dan sudah bersiap balik. Tapi ditahan petugas Dewangga, “Makan dulu, Bu. Baru pulang.”
“Ada makan?” Saya balik tanya. Dan begitu ruang makan dibuka, biyuuh itu lho yang disediakan prasmanan komplet aneka makan besar (seingat saya ada makan nasi sekompletnya, bakso, siomay, dll), terus es, jus, teh, kopi, air mineral, puding, buah, jajanan, dll.
Ampun dije, ini manasik atau mantu siy? Beneran makanan melimpah dan orang-orang antri makan begitu heboh. Makan ini itu, minum ini itu, cobain semuanya. Rame betul. Riuh betul suaranya.
Tapi saya sudah kehilangan mood untuk makan siang. Jadi makan jajanan, minum air, langsung balik. Lelah. Di tengah kerumunan orang yang ambil makanan seperti orang-orang nggak makan berhari-hari itu, wes bikin saya klenger duluan.
Terus gitu banyak yang makannya nggak dihabiskan. Padahal baru sebelumnya ustad ngasih ceramah kalau di Madinah Mekkah ambil makan secukupnya, kurang ambil lagi. Bukan ambil banyak-banyak njur nggak habis dibuangin. Yang lain nggak kebagian.
Di manasik kedua yang hanya berselang sehari dari keberangkatan, lebih singkat, 2 jam, dapat snack box. Dan ini per kloter, jadi lebih terkendali. Tapi karena uraiannya hampir mengulang separuh di manasik pertama, saya wes mulai bosen duluan.
Tapi inget ada pembagian kelompok dan anggota kamar, saya bertahan. Paling nggak tahu dulu teman sekamar saya. Begitu sudah tahu, saya pulang setelah memastikan dengan TL kalau saya tiba jam 07 dengan kereta bandara, masih aman. Karena semula saya memang mau naik grab dari rumah ke Tugu lanjut pake kereta ke bandara.
Ari Kinoysan Wulandari