Salah satu pict di ruang Bedah Karma Jogja. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.
.
Kemarin saya datang di gedung Koinonia UKDW jam satu lewat, tapi gedung sudah nyaris penuh. Ketemu Bu Ayu Putri, foto-foto njur nyari tempat duduk. Ketemu Zaka, saya ajak duduk, ternyata dia panitia. Saya yang peka entitas non fisik, merasa udara tidak wajar. Silakan dicek lokasi gedung dan sekitaran nggih. Versi saya wajar lhah dekat ruang praktikum dokter yang banyak uji coba tubuh manusia, pasti ada aja jiwa-jiwa yang berkeliaran karena rohnya penasaran 🙏
.
Saya diam saja, tapi tiba-tiba merasa mual dan mau muntah tidak tertahankan. Untung bawa permen mint, saya tidak jadi muntah. Lalu saya mencium aroma bangkai menusuk hidung. Saya nyaris tumbang nggak kuat. Kursi saya tarik menjauh. Saya berdoa agar Tuhan melindungi saya dari jiwa-jiwa penasaran. Saya mengabaikan bau itu dan menggunakan masker. Rupanya entitas ini jail.
.
Ditariknya kerudung saya sampai saya terdongak berkali-kali, padahal di belakang saya nggak ada orang. Saya mulai menyeru agar entitas ini tidak mengganggu. Dia justru memukul-mukul kepala saya. Saya memegangi kepala agar pukulannya tidak langsung mengenai kepala.
.
Saya bertahan dan terus membaca ayat kursi. Eeh pas acara dimulai, pukulannya makin terasa. Di depan, volunteer membahas anggota keluarga yang mati tiap tahun di bulan tanggal sama selama 7 tahun berturutan. Lalu yang kedua, keluarga besar yang kasusnya setipe, perceraian nyaris semua anggota keluarga. Kutukan? Karma buruk? Tumbal? Serem betul. Untunglah ulasan Bunda Arsaningsih sungguh melegakan hati saya.
.
Pas persiapan meditasilah, udara terasa lebih sejuk. Energi Tuhan sudah turun. Saya wes berdoa lagi agar lebih fokus bebas gangguan entitas itu. Mereka memang menjauh, kalah power. Bunda menjelaskan urutan meditasi; pembersihan batin dulu, pembebasan energi kutukan untuk negeri Nusantara, baru kemudian pembebasan energi kutukan masing-masing orang. Prinsip tabur tuai.
.
Pas pembersihan batin, ya ampun saya nangis karena ternyata masih banyak “energi negatif” berurusan dengan bapak ibu, saudara, ipar, kakek nenek buyut dll keluarga besar segaris keturunan. Karena power saat itu besar, jadi yang tenggelam di kedalaman bisa kebuka semuanya. Ampun. Ternyata batin saya yo masih banyak sampahnya. Dan berasa tenan, beban di bahu saya seperti berkurang banyak saat itu.
.
Setelah itu pembebasan energi kutukan negeri Nusantara, saya njering lah. Nangis. Ya gimana, Majapahit itu kan berdirinya ditumbali darah, air mata dan kutukan. Raden Wijaya memperalat Tentara Tiongkok yang mau menggempur Kertanegara (Singasari) karena penghinaan terhadap Mengki (utusan Tiongkok) yang meminta Kertanegara tunduk sebagai negeri bagian (jajahan) dari Tiongkok.
.
Kertanegara menolak, melukai seluruh wajah sang utusan dan memotong rambutnya. Penghinaan itu dibalas oleh Tiongkok dengan membawa 300 jung dengan 300 ribu pasukan bersenjata lengkap ke Tanah Jawa (CMIIW). Tapi di Jawa kekuasaan sudah berubah. Kertanegara sudah dihancurkan oleh Jayakatwang dengan mendirikan Kadiri. Namun hal itu tidak diketahui oleh Tiongkok dan kondisi inilah yang dimanfaatkan Raden Wijaya (menantu Kertanegara) untuk menggempur Jayakatwang dan menghancurkan Kadiri.
.
Kadiri runtuh, pasukan Tiongkok berpesta pora. Saat itulah, Raden Wijaya menggempur habis pasukan Tiongkok yang mayoritas dalam kondisi mabuk. Sebagian besar mati terbunuh. Sebagian mati di pelarian. Sebagian kecil yang selamat dan menetap beranak pinak sebagai orang lokal Nusantara. Setelah peristiwa itulah, Raden Wijaya mendirikan Majapahit; cikal bakal negeri besar Nusantara atau Indonesia kita ini.
.
Dengan begitu kisahnya, saya kok nggak yakin kalau nggak ada caci maki, dendam kesumat, kemarahan, ataupun kutukan dari semua pihak yang terlibat peperangan yang mengerikan, brutal, kejam, penuh darah dan dikalahkan dengan cara diperalat oleh Raden Wijaya.
.
Sejarah pun mencatat, bahwa Majapahit hanya sebentar berada dalam masa damai dan jaya. Perang saudara, perebutan kekuasaan polemik intrik akhirnya menghancurkan Majapahit hingga keratonnya pun hilang sirna penuh misteri.
.
Saya tenang saja pas sesi ini. Ya karena energi Tuhan yang turun besar, power Bunda Arsaningsih besar, jadi saya terdongkrak bisa melanglang ke masa lain dengan benderang. Pokoknya kalau Bunda sudah bilang… terjadilah, wes itu slide di kepala saya langsung ganti peristiwa lain.
.
Beres urusan pelayanan, menabur; nah sekarang menuai. Kalau yang ini, saya nge-blank. Karena nggak pernah mengukur pakai SM (Soul Meter), saya nggak tahu rekaman jiwa saya tuh ada kutukannya atau enggak.
.
Kalau pas di Bali Soul Conference saya bisa yakin, rekaman jiwa saya bersih dari menggunakan kekuatan lain alias menyekutukan Tuhan. Ramalan saja saya nggak percaya kok 😆😅 Dan benar, selama meditasi saya selow aja. Malah bingung ngelihatin peserta-peserta yang histeris kek pas acara rukyah gitu.
.
Nah masalah kutukan ini, saya ya baru mudeng, paham kemarin. Segala kemarahan, caci maki, omongan buruk, doa buruk, itu bisa jadi semacam “kutukan” yang nempel terus kalau nggak kita bersihkan. Kalau sepanjang ingatan, kayaknya saya nggak pernah dikutuk; sekurangnya yang terang-terangan. Kalau yang membatin nggak terucap lisan, nah itu yang saya nggak tahu.
.
Saya ikutin aja tuntunan Bunda Arsaningsih, dan perlahan seperti ada sesuatu yang ditarik dari punggung kanan saya. Satu, dua. Setelah itu, terasanya punggung saya seperti berlubang dan sakit banget. Itu bikin saya nangis. Lhoh, ada ternyata yang mengutuk saya 😭😭
.
Pas sesi meditasi sudah selesai, saya mulai membersihkan muka yang banjir air mata. Merasakan punggung yang nyeri hebat, tapi saya tahu nanti itu berarti pulih total. Energi kutukan yang tidak saya tahu sebelumnya itu, sudah terbersihkan. Alhamdulillah.
.
Tahu-tahu meledaklah tangis saya. Ya ampun, dipeluk Bu Putri Ayu dan Zaka pun kayaknya tangis saya nggak akan usai. Ada bermenit-menit saya nangis kejer, kayak nggak mau berhenti. Ya Tuhan, ini sekalinya seumur hidup saya menangis keras. Limbung, karena beban berat batin saya seperti terangkat nyaris seluruhnya.
.
Beberapa saat saya baru tenang dan berhenti menangis. Memeluk keduanya bergantian dan berusaha menenangkan diri. Alhamdulillah. Bunda Arsaningsih sudah tidak terlihat. Pak Gede juga tidak nampak oleh saya. Saya memutuskan untuk menyalami beberapa sesepuh Soul yang masih ada di ruangan, foto, dan pulang.
.
Mengajak Zaka makan malam, tapi dia masih bertugas. Pikir saya ya sudah, nanti saya bawa pulang saja. Eeh, ketemu Mbak Amri yang searah jalan. Saya bilang mau ke Galeria beli bakso. Kalau mau ikut makan, boleh bareng. Dan begitulah. Kami berpisah usai makan bakso.
.
Sampai rumah, semua pakaian dan apa yang saya pakai untuk acara meditasi itu, langsung saya rendam air detergen plus garam. Biar energi negatif yang masih nempel juga ikutan terbersihkan.
.
Sampai jauh malam, saya nggak bisa tidur karena punggung yang nyeri. Baru setelah saya tenang, hening, meminta Tuhan untuk menyembuhkan, itu terasa ada energi hangat dan lebih nyaman. Jadi saya ulangi berkali-kali sampai tertidur.
.
Sekarang saat saya nulis ini, yo masih terasa sakit punggung saya. Tapi saya wes tenang karena setiap penyembuhan butuh proses dan waktu. Alhamdulillah. Terimakasih Bunda Arsaningsih. Terimakasih Soul Jogja. Alhamdulillah, sungguh Terimakasih ya Allah atas cinta-Mu yang luar biasa indah ❤❤❤
*Disclaimer:
Cerita yang saya tulis ini adalah pengalaman pribadi saat mengikuti Bedah Karma Jogja (9 Juni 2024, jam 14-18 WIB); yang (mungkin) mudah dipahami oleh mereka yang bergabung dengan Soul Community.
Bila anda membaca ini dan tidak mengikuti, atau tidak memahami Soul, mohon membaca dengan hati pikiran jernih dan tidak nyinyireun ke saya. Tidak percaya yo tidak apa-apa, abaikan saja. Karena urusan bersih hati, bersih jiwa, memperkuat mental dan rohani itu beda penanganannya dengan urusan lahiriah dan fisik.
Maturnuwun, Terimakasih. 🙏
Ari Kinoysan Wulandari