Kenapa (hanya) Kartini?

Saya dan Kartini. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Sejak lama, banyak pihak mempertanyakan kenapa harus Kartini yang dipilih sebagai pahlawan kemajuan perempuan Indonesia. Dan kenapa hanya Kartini yang hari lahirnya diperingati sebagai “hari kemajuan perempuan” Indonesia?

Kenapa bukan Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Christina Martha Tiahahu, atau Nyi Ageng Serang, dll yang menurut banyak versi lebih banyak kiprahnya bagi kaum perempuan Indonesia

Betul, Kartini memang tidak melakukan hal-hal besar dalam bentuk perubahan atau peperangan fisik seperti perempuan perempuan hebat yang disebutkan.

Kartini hanya menulis surat kepada sahabat-sahabatnya di Eropa, berkaitan dengan pemikirannya tentang perempuan. Surat-surat itulah yang dikumpulkan oleh J.H Abendanon dalam buku “Door Duisternis tot Licht” (1911) yang kemudian diterjemahkan oleh Arminj Pane dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” Balai Pustaka (1922).

Sejak itulah pemikiran Kartini tentang perempuan tersebar luas di Nusantara dan kemudian dengan Keputusan Presiden No 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai salah satu pahlawan nasional dan jadilah 21 April hari kelahiran Kartini diperingati sebagai hari nasional.

Bagaimana dengan perempuan hebat lainnya yang disebutkan oleh berbagai versi? Tentu saja, mereka tidak menulis. Oleh karena itu, apa yang mereka lakukan hanya bisa dikenali dari identifikasi yang dilakukan orang lain, yang sangat beragam dan tidak otentik pemikiran pribadi masing-masing perempuan hebat tersebut.

Nyatanya itu tidak cukup kuat untuk menyebut mereka sebagai peletak dasar kemajuan pemikiran perempuan Indonesia. Rekam jejak tertulis sebagai bukti otentik pemikiran mereka tidak ada.

Lalu, kenapa TIDAK MENULIS? Apapun pekerjaan anda, MENULISLAH. REKAM JEJAK SEJARAH anda pribadi agar segala sesuatu yang berharga, bisa dinikmati dan dimanfaatkan banyak orang di masa mendatang. Ilmu seluas apapun, kalau tidak anda tulis dan tidak anda sebarluaskan, akan hancur musnah begitu anda mati.

Jadi, masih beralasan juga untuk TIDAK MENULIS? Tidak usah khawatir terhadap segala sesuatu yang tidak anda tahu. MENULIS simpel saja seperti sehari-hari menulis di media yang anda gunakan untuk berkomunikasi.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *