Dramatisasi Tulisan

Manajemen Penulisan Kreatif di dalamnya ada contoh dramatisasi tulisan.

“Hidup jangan kebanyakan drama.” Sering kita mendengar hal itu dalam kehidupan sehari-hari, karena akan menjengkelkan banyak pihak. Namun dalam penulisan fiksi, tanpa dramatisasi, maka tulisan tidak akan bernyawa.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu kita perhatikan dalam membuat dramatisasi puisi. Semuanya perlu kita ketahui demi mendapatkan “ruh” dalam tulisan.

  1. Setiap cerita dalam fiksi, sebenarnya adalah rangkaian dramatisasi yang dilakukan oleh penulisnya. Tujuannya agar peristiwa yang biasa menjadi tidak biasa alias istimewa.
  2. Cara dramatisasi setiap penulis berbeda-beda. Masing-masing tergantung referensi dan kapasitasnya dalam menulis.

Semakin lama jam terbang menulis, biasanya peristiwa sederhana saja bisa jadi sangat dramatis.

  1. Apakah setiap peristiwa harus didramatisasi dalam penulisan? Tentu saja jawabannya tidak: tergantung keperluan. Ingat, yang berlebihan selalu tidak pas atau tidak sesuai porsi.

Namun perlu diingat tanpa dramatisasi, tulisan anda menjadi kurang kuat.

  1. Dramatisasi bisa dilakukan dengan hiperbola, catatan detail, deskripsi menggunakan metafora atau puisi liris, dan banyak cara lainnya. Intinya semua dramatisasi bertujuan memberi efek pada pembaca agar memiliki gambaran yang luar biasa.
  2. Contoh dramatisasi:

Contoh 1: tidak didramatisasi

Galuh terburu-buru ke kelas. Ia menabrak seseorang. Ia berusaha minta maaf. Ternyata orang itu Rudi, musuh bebuyutannya pada masa kecil. Ia menjadi geram tidak tertahan.

Contoh 2: didramatisasi

Langkah cewek berambut panjang sebahu itu bagai dikejar harimau. Ya, Galuh sangat buru-buru untuk masuk kelas Manajemen Publik. Dosennya dikenal killer. Telat semenit aja, nggak boleh masuk kelas.

Di koridor ruangan, di dekat tangga yang cukup tinggi, ia pun menabrak seseorang.

“Maaf…. maaa….aaff ya…. Saya harus cepat!” seru gadis manis ini nyaris tertahan.

“Heiiii…. Kamuuuu… Galuh!” balas laki-laki itu. “Kelakuanmu dari dulu nggak berubah! Suka bikin onar sama orang!” serunya.

“Heh, Rudi! Jaga mulutmu! Saya nggak sengaja!” balasnya langsung kabur.

“Hei… Hei…. jangan kabuur!” teriak Rudi. Galuh tetap tak peduli.

Nah, inti contoh 1 dan 2 sama, tapi pasti rasanya beda. 😀

Selamat membuat dramatisasi untuk tulisan anda 😍
.
.

Ari Kinoysan Wulandari
arikinoysan.com

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *