Tahun lalu, Ramadan adalah rekor puasa terburuk sepanjang hidup saya. Selain karena perempuan terkena menstruasi 5-7 hari yang tidak boleh berpuasa, jatuh bangun kesehatan saya membuat puasa saya praktis kurang dari setengah bulan. Itu pun harus sedikit eyel-eyelan dengan dokter yang sebenarnya meminta saya total nggak puasa. Saya bilang, saya tetap akan berniat puasa; kalau ternyata nggak sanggup ya membatalkan. Ya begitulah, banyak puasa saya yang tumbang di tengah harian. Semoga Allah ampuni saya dan tetap mencatat kebaikan amal meskipun sedikit 🙏
Dan puasa yang jadi ibadah paling mudah bagi saya ketika kekurangan makan (daripada laper nggak jelas, sekalian aja puasa) berubah menjadi ibadah yang ekstrim beratnya ketika di mana-mana berjumpa makanan enak melimpah. Di kantor dengan rapat rapat yang nggak lepas dari makan dan snack, di media, di penerbit, PH apalagi yang doyan pesta, belum undangan makan jumpa klien, dan tentu saja kulkas rumah dan meja-meja yang selalu penuh makanan, terus merasa duit ada mo beli apa aja boleh; hiliiih ini puasa beneran jadi nggak mudah.
Utang puasa Ramadan saya itu pun beneran saya cicil satu hari per satu hari. Itu pun harus ngomong sama dokter, karena kesehatan saya yang masih up down begitu. Yo wes lah, saya terima ikhlas dengan semua kondisi tubuh saya yang sedang riwil.
Dan tahun ini begitu utang puasa saya lunas, alhamdulillah, saya wes mulai siap siap untuk Ramadan. Alarm saya yang wes biasa jam 03 wib teng, sudah saya ganti 02.30 wib. Biar leda lede saya di tempat tidur tidak mengganggu jadwal kalau nanti sahur dll. Bekal mental dengan tradisi ngaji, sedekah, dll itu pun sudah mulai saya tambah.
Logistik… ya gegara semua ibu teriakan harga sembako naik, saya ikutan menuhin tempat yang sudah ada di rumah. Kulkas, wadah beras, minyak, garam, dll. Tanpa menambah porsi. Tapi kulkas saya belum penuh, karena niatnya saya mo beli ikan dan daging frozen olahan yang tinggal panggang, kukus, atau goreng saja.
Ben praktis dan nggak beli online food dadakan karena jelang buka atau sahur itu pasti rame dan ribet antrian pesanannya. Terus karena buru buru rame gitu, kadang masakannya jadi nggak enak 😆
Yaelah, ternyata banyak bahan frozen yang wes diborong emak-emak. Termasuk daging ikan dan cs frozen an di toko langganan saya. Saya pun pesan kalau barang ini itu sudah ada agar info WA. Biar saya tinggal bayar dan ambil.
Ealah, Kakak saya yang dari Manado ki datang dan begitu mendarat terus ke hotel, cuma WA pendek. Ri, aku sudah di Jogja. Karena Manado Jogja itu perjalanan transit dan pasti lelah, saya yo nggak banyak nanya. Pagi pagi tadi dia bilang lagi. Ri, alamatmu kirim. Niy oleh-oleh harus masuk kulkas dulu.
Karena pagi ribet ini itu, saya balas singkat. Dan tahu nggak yang dibawain itu apa? Ikan- ikan kaleng olahan Manado yang jelas superenak dan ikan asap ukuran besar yang wes dipotong-potong. Masih banyak oleh-oleh lainnya; klappertaart, kacang, dan katanya beberapa jenis oleh-oleh masih di perjalanan karena dibawa anaknya. Ampuun, kulkas saya pun mendadak penuh.
Eeh, saya yo tahu kakak saya akan ke Jogja karena anak bungsunya wisuda. Tapi apa saya minta ini itu oleh-oleh? Enggak sama sekali. Karena saya tahu ribet capeknya perjalanan transit. Apalagi bawa makanan basah, wes lah repot.
Tentu juga masalah biaya. Saya tahu persis, tidak semua orang yang bepergian itu duitnya turah-turah atau berlebih. Jadi saya mengunci mulut rapat-rapat tidak pesan minta apapun.
Kecuali mereka bilang, Ri bagasiku kosong sekian kilo. Mo nitip, pesan apa. Itu baru deh, saya bilang. Dan tentu saya pesan yang tidak merepotkan atau memberatkan. Termasuk juga bersedia dengan cepat mentransfer uang bayar pesanan itu tanpa menunda.
Dengan kejadian hari ini dan banyak kejadian setipe yang saya sudah tidak bisa menghitungnya, saya wes malas untuk ngotot ngototan. Kemarin sebenarnya begitu di toko langganan itu barang frozen habis, saya bisa saja sekalian ke toko lain demi mendapatkan daging dan ikan.
Tapi karena wes sore, lelah dengan meeting meeting sejak pagi, saya memilih seleh saja. Pesan info keberadaan barang ke tokonya dan pulang. Tenan, capeknya ampun. Sampai pesan pesan WA sedari pagi pun ada yang saya respon lepas Isya. Maafkan.
Jadi ya segala sesuatu itu sudah disetting sama Allah. Seperti yang saya alami. Saya mau beli daging dan ikan olahan, tapi barang habis, agar saya tidak beli. Kondisi saya juga lelah agar tidak ada tenaga untuk ke toko seberang sana. Karena kakak saya wes bawa oleh-oleh ikan basah dan kalengan itu –yang saya tidak tahu dan itu lebih dari cukup untuk persiapan Ramadan. Ngerti sendiri kan hasil ikan dari laut Bunaken dan sekitarnya? Besar-besar dan enak-enak. Beda lah dengan ikan- ikan tangkapan dari laut Jawa😀🙏
Itu juga yang membuat saya setelah banyak umur, emoh bersitegang gegeran ini itu dengan pihak lain. Karena sesuatu yang jadi rezeki, milik saya pasti akan sampai pada saya. Saya kejar mati matian jungkir balik pun, kalau bukan milik atau rezeki saya yo nggak akan kena.
Karena saya tidak tahu di mana dan seperti apa rezeki saya, tapi rezeki itu semuanya tahu dengan pasti di mana saya berada. Sungguh Allah lebih tahu segalanya yang terbaik buat kita. Ora usah ngeyel. 😀🙏
Ari Kinoysan Wulandari