Menghitung-hitung Duit Orang 😃🙏

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.


Kalau naik mobil online itu, saya menyapa driver bentar, terus sibuk dengan gaweyan. Baca atau balas pesan HP. Kadang nonton scrolling sosmed. Hari ini drivernya beda. Orangnya ramah. Banyak cerita. Banyak tanya. Saya jawab seperlunya.
.
“Bu, gaji dosen itu pasti besar kan? Apalagi sudah doktor.” Saya tertawa, ingat gaji saya dengan ijazah S3 yang nggak mudah/murah itu “hanya cukup” mbayari transport PP 20-25 hari sebulan. Karena non keluarga, saya nggak ada tunjangan suami/istri/anak. Dengan beragam potongan gegara aturan bagi mereka yang nggak publikasi Scopus tiap semester, duit yang saya terima sebagai dosen makin mengkeret. Jadi ngerti, kenapa ada istilah gaweyannya sakdos gajinya saksen.
.
Kalau tidak ingat ibu, mungkin saya wes kabur gegara gaweyan administratif yang bikin pening. Untunglah saya survive sebagai penulis, gaji tidak terlalu jadi pikiran. Tapi kadang sakit hati, inget beban kerjanya menghabiskan waktu 😆😅🙏 Untunglah saya percaya bahwa rezeki itu sebesar usaha saya; saya tidak ambil pusing dengan gaji. Tugas saya do the best untuk semua tugas kewajiban.
.
Alhamdulillah rezeki yo tetep berlebih versi saya. Mo jadi dosen atau enggak, saya tetep menulis. Standar hidup “sederhana”, menyelamatkan saya dari masalah finansial.
.
Jadi dibilang gitu, saya tertawa. Pernah keras tertawa ketika tahu kakak saya kerja 30 tahunan sebagai dosen PNS gapoknya 5 juta an. Kebayang berapa yang dia terima saat baru jadi dosen.
.
Jadi, kalau kamu mau kaya ojo dadi dosen atau penulis. Ini kerjaan yang kudu belajar terus dengan beban moril nggak ringan. Lha saya bisanya nulis, njur arep piye maneh. Pokokmen apapun itu, harus bersyukur biar si merah Soekarno Hatta terus berdatangan bersama teman temannya 😁🙏
.
Tahu tahu si driver bilang, “Bu, beli saja tanah saya. Ke UGM 15 menit, ke UPY ya 15 menit.” Lalu mendetailkan data, harga, surat-surat.
.
Saya tertawa. “Kan Pak, ternyata lebih banyak duit bapak daripada saya. Ada toko, rumah kos, kontrakan, sawah, tanah, pensiunan. Emang paling enak itu, menghitung-hitung duit orang lain.”
.
Kami pun tertawa lagi. Yach hidup, sawang sinawang.🙏
.

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *