Bukan Hidung (Pinokio)

Tadi malam saya mencium aroma semacam bangkai di kamar yang bikin mual pusing, dan akhirnya pindah kamar. Hidung saya —seperti sensor indera keenam, supersensitive.😂 Aroma busuk atau wangi dalam jarak jauh —yang bagi orang lain samar, saya mengidentifikasi dengan baik.
.
Sebelum pindah kamar, saya menyalakan semua lampu; memeriksa tempat-tempat yang tampak. Mungkin saja ada cicak atau “den bagus” yang masuk, terus tidak bisa keluar. Maklum, rumah depan hutan dan sungai; rimbun tanaman di depan rumah —binatang pecicilan ke rumah itu biasa.
.
Beberapa bulan lalu, saya juga terkena gangguan cicak mati meninggalkan bau bangkai di ruang tamu. Sudah dipel bersih pake karbol dan pewangi pun, versi saya baunya belum hilang. Pas adik saya datang, saya tanya apa dia cium bau bangkai cicak. Dia bilang tidak. Wangi katanya.
.
Heleh, hidung sensitive bikin masalah kalau kayak gitu. Akhirnya saya pun mengepel berulang dan menyemprot pewangi tempat bekas bangkai cicak.
.
Sebelumnya saya berasa stres terkena bau bangkai dan meminta semua tempat perabotan dicek dipel wangi. Namanya biang kerok itu belum ketemu. Bhadalah… cicak mati kejepit di jendela. 🤣
.
Hari ini pun ternyata cicak pula yang
bikin ribet. Padahal semua tempat tersembunyi wes saya taruh kapur barus biar cicak dll tidak mendekat. Tapi tetap kalau terlupa dan kapur barus sudah mengecil, mereka yo pecicilan lagi keluar masuk.
.
Saya pun kudu ikhlas bebersih dadakan, sekaligus menata ulang setting kamar 😃 Lumayanlah membakar kalori di saat puasa. Bikin kerjaan lain tertunda 🙏
.
Pict: si bocil —salah satu cucu ibu saya di rumah ibu, sudah bebersih perabotan untuk persiapan lebaran😅 Puasa baru beberapa hari, si bocil udah mo lebaran aja 😄 *seolah wes menghitung angpao yang akan diterima dari para tetuanya, termasuk saya 🤣
.
Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *