Resolusi atau Janji Palsu?

Awal tahun, sering kali kita mereview kehidupan setahun sebelumnya. Dari sana, kemudian kita melakukan evaluasi dan koreksi atas pencapaian berikut prestasi dan segala kegagalan yang terjadi. Lalu dari hasil evaluasi tersebut, kita pun membuat resolusi di tahun yang baru.

Semua kelihatannya akan baik-baik saja kalau terlaksana dan terwujud. Anda boleh berjujur pada diri sendiri, resolusi anda terwujud, terlaksana, atau hanya sebagian, atau malah sebagian besar tidak terlaksana? Pada ranah pribadi, tidak ada yang akan menghakimi anda. Itu perencanaan anda, kerja anda, hasil atau gagal, semua milik anda pribadi.

Dalam pandangan saya, resolusi tahunan itu sangat tergantung pada masing-masing personalnya. Ada orang yang sangat bersemangat, ketika sudah menuliskan rencananya. Dia bergerak dari satu plan A ke plan B dan seterusnya. Dia begitu termotivasi dengan semua rencananya. Kalau tipikal seperti ini, ya bagus. Pasti resolusinya 80% lebih akan terlaksana hingga akhir tahun.

Salah satu sisi hutan: Italia.

Namun ada tipikal orang yang kalau diberi list banyak, malah malas duluan. Saya termasuk di dalamnya. Kalau lihat list macem-macem, pilih belok kiri dulu. Saya tidak terlalu senang dengan “beban” ini itu. Lebih suka mengikuti alur yang ada. Perencanaan jelas ada. Tetapi membuat semua pasti seolah tidak ada hal hil mustahil itu menjadi tidak menyenangkan. Dalam format kerja bersama pihak lain, tentu saya harus mengikuti sesuai kesepakatan. Dalam format kerja pribadi, saya pun membuat kesepakatan dengan diri sendiri.

Biasanya saya sudah tahu, setahun mau ngapain saja. Tugas kerja. Tugas penulisan. Tugas workshop. Tugas pendampingan. Tugas pemberdayaan. Tugas fotografi. Tugas review dan resensi. Tugas publikasi. Dll. yang menjadi kewajiban saya. Itu sudah jadwal yang harus dikerjakan kalau ingin keuangan tetap aman.

Lalu resolusi saya apa? Di luar itu semua. Membeli sesuatu yang baru. Melakukan sesuatu yang baru. Dan ini bisa menjadi panjang sekali listnya. Tapi saya gembira menuliskannya. Berasa sudah mendapatkannya, meskipun untuk hal-hal besar; kadang tidak bisa tercapai dalam waktu satu tahun. Nah, yang belum tercapai itu ya diperbarui dan dimasukkan dalam resolusi berikutnya.

Jadi, kita bisa melihat bahwa resolusi tahunan itu tidak selalu harus kerja dan kewajiban kita. Bisa hal-hal ringan yang mungkin belum tercapai. Tiap orang punya kesulitan dan problemnya masing-masing. Dan yang terpenting berkaitan dengan resolusi kita, apapun itu: berusahalah untuk memenuhi atau mewujudkannya. Jangan hanya jadi janji palsu berupa list panjang yang masih sama di akhir tahun berikutnya.

Ari Kinoysan Wulandari

#kinoysanstory

 

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *