Rilis Terbatas 8 November
Setelah dengan sedikit drama cepet-cepet cetak, naskah biografi ini beserta tiga buku lainnya pun siap dirilis. Wah, besar-besaran dong! Saya pun berpikir begitu, karena ada undangan untuk sharing dan acaranya luring plus daring. Artinya ada yang offline, lainnya menyaksikan secara online.
Toh, rencana kita bagus Tuhan jua yang menentukan. Lha kok ndilalah pas jadwal yang direncanakan, UNS kena musibah. Ada salah satu mahasiswa diksar menwa yang meninggal. Nah, ini urusan kan bukan main-main.
Prof Jamal dan keluarga saat Umroh di Baitullah.
Daripada begini begitu, Prof Jamal memutuskan untuk menunda rilis acara buku di ulang tahunnya. Beliau tidak mau kok di saat ada kasus begitu, malah bersenang-senang. Akhirnya saya pun menerima pemberitahuan penundaan rilis. Saya oke saja.
Biyuuu, padahal adik saya wes bersiap mau ikut dan mengantar karena mau jumpa orang-orang di UNS. Mau lihat lagi kehidupan kampus. Yach, siapa saja yang pernah kuliah; pasti kampus menjadi tempat tersendiri dalam kenangannya.
Ternyata setelah diberitahukan penundaan, para civitas akademika UNS, tidak kehilangan cara. Mereka datang beramai-ramai di rumah Prof Jamal pas hari H dan merayakan ulang tahun di sana. Acara itu terbatas dan tertutup untuk sekitar orang dekat. Ada lebih kurang seratusan yang berkumpul di halaman belakang rumah beliau di Solo.
Jadi, ya momentnya tetap di hari ulang tahun beliau. Namun hanya dibuat tertutup saja, berkaitan peristiwa di UNS. Selebih sekurangnya, tetap khidmat dan bersyukur atas usia yang sudah beliau lewati.
Saya pun melihat itu semua memang sudah digariskan begitu. Prof Jamal dengan karakternya yang senang kesederhanaan, seperti sedang diminta Tuhan untuk sederhana merayakan syukuran ulang tahunnya yang ke-60 tersebut.
Prof Jamal dan istri bersama kolega di Australia.
Pun dalam pandangan saya, beliau mengerjakan empat buku besar dalam waktu setengah tahun saja dalam sunyi. Hampir tidak ada huruhara. Semua sudah diporsikan ke si A, si B, si C, si D, dll yang berkaitan dengan pekerjaan. Lalu semuanya bekerja dalam sunyi. Tidak ada koaran yang bercuit di sosial media. Semua seperti berjalan pada hari-hari biasa. Pekerjaan harian yang menjadi tanggung jawab Pak Soni, Mas Denny, dkk lain tetap berjalan seperti hari lainnya. Tidak ada perubahan. Saya sungguh salut dengan ketenangan semua pihak yang bekerja dalam sunyi, dan tahu-tahu wes jadi.
Alhamdulillah. Bagi saya ini pengalaman seru dan semakin menempa saya untuk tekun bekerja. Tidak terlalu rieweuh dengan sosmed, karena ada banyak pihak yang bekerja itu ya di dunia nyata. Sosmed itu hanya pendukung sebagai publikasi karya dll yang dianggap perlu dan biasanya wes jadi.
Saya pun baru bisa menceritakan ini semua, setelah proses berlalu. Kejadiannya sudah lewat. Bukunya sudah jadi. Sudah rilis. Sudah bisa dibeli dan dibaca, bahkan disebarluaskan ke mana saja tanpa batasan.
#dibalikbuku #biografirektoruns #arikinoysanwulandari #ariwulandari #happywriter #happylife