Bunaken: Dadakan Snorkeling

Bunaken

Apakah anda sudah pernah ke Bunaken? Sudah sering? Sudah pernah? Atau belum pernah? Yes, its ok. Tapi pasti pernah dong dengar “Bunaken”? Ini adalah salah satu ikon pantai paling cantik di Sulawesi Utara. Meskipun sebenarnya kecantikan itu adalah kecantikan bawah laut. Kalau sekedar di atas, laut ini mungkin terlihat tidak ada bedanya dengan laut-laut lainnya di Indonesia.

Tahun lalu saya sudah pergi ke Bunaken, tapi tidak sampai turun ke laut; karena gelombang tinggi dan berangkat dari kota sudah terlalu siang. Jadi cukup puas saja lihat permukaan laut yang biru –sebirunya— langit yang juga biru sekali, pemandangan gunung “kecil” yang selalu terlihat dari pelabuhan sampai ke tempat transit Bunaken; sebelum anda turun ke laut, dan tentu saja kapal-kapal yang warna-warni lalu lalang. Plus udara panas dengan terik matahari yang sanggup bikin kepala nyut-nyutan “pusing”.

Tahun ini saya kembali ke Bunaken selepas mengikuti acara seminar internasional di Manado yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Utara. Wes, saya tidak berpikir akan turun ke laut karena hari itu adalah jadwal saya presentasi makalah selepas dari Bunaken. Dan saya lihat di agenda panitia ya hanya ke Bunaken. Tidak tertulis acara “basah-basahan”.

Papan nama Bunaken

Standar ke pantai ya minum air kelapa muda, makan seafood, dan foto-foto. Tapi di sini sebaiknya tidak makan seafood karena “cukup mahal”; pun dengan makanan dan minuman lainnya. Selain itu, tempatnya kurang memadai untuk kita bisa menikmati makanan enak dan pantai yang indah. Jadi, ya kudu “sabar” dan “jangan mengeluh” kalau di sini “tidak seindah” foto-foto atau video dari agen wisata atau tampilan yang anda saksikan di media online atau offline. (Noted: saya tidak memotret bagian ini karena bikin saya sedih saja). Saya berharap pemerintah, masyarakat setempat, dan pihak terkait bisa menjadikan kawasan ini lebih bersih, rapi, dan bersahabat untuk semua wisatawan domestik atau wisatawan asing.

Kami makan pisang groho (pisang goreng besar dengan sambal) salah satu cara makan pisang yang tidak biasa bagi saya. Kalau di Jawa makan pisang goreng ya rasa manis lah…. Bukan malah pedas dengan sambal. Ehh, tapi rasanya enak banget. Cobain deh…. Kalau ke Sulut ada bisa ditemukan di rumah makan atau ya ke Bunaken ini.

Nah, sudah beberapa lama ngobrol dan foto-foto dan berkeliling lalu salah satu panitia berteriak menanyakan siapa yang mau berenang dan snorkeling…. lah, saya galau antara mau ikut atau tidak. Tidak itu pingin tahu bawah laut, ikut itu ntar kalau capek dan gak bisa presentasi gimana dong… kan saya ke Manado yang penting presentasi dan seminarnya. Eh, mengingat belum tentu segera ke sini lagi, ya sudah bismillah saya ikut dan turun.

Rombongan yang turun ke laut
Saya selepas dari snorkeling

Kami bersembilan yang turun ke laut yang sungguh indah. Wow… tapi oh tapi, kaki saya beberapa kali terasa seperti kram. Namun setelah kembali saya gerakkan, netral lagi. Tidak seperti air laut Belitung yang hangat, saya merasakan air laut Bunaken lebih dingin…. barangkali saja karena saya turun lebih dalam; meski beberapa kali saya sempat sangat takut. Dan keinginan tukang foto bawah laut untuk mengabadikan foto itu justru bikin saya stres. Saya memunculkan kepala ke atas dan berseru, “Mas, saya mau lihat ikan, tidak usah foto-foto tidak apa-apa.” Karena setiap mereka teriak hadap kamera, konsens saya buyar dan lepas alat napas itu, yang bikin saya gelagepan kebanyakan minum air laut. Yach, namanya juru foto tugasnya memotret dan memastikan semua peserta ada “potretnya” saya tidak bisa marah, tapi jengkel yes…. agak banget.  Toh mereka bisa dapat juga foto saya dengan ikan-ikan itu meski nggak menghadap kamera.

Saya dan ikan-ikan

Kalau diterus-terusin nggak akan puas rasanya berada di bawah laut Bunaken. Mengingat saya belum presentasi, sejam sudah cukup di air laut Bunaken.  Saya tetap senang ke Bunaken. Saya cinta laut dan senang sekali turun ke laut, meski sering juga rasa takut datang tiba-tiba. Tapi nggak apa-apa, takut itu menyadari bahwa kita tidak ada apa-apanya di tengah lautan yang bisa tiba-tiba ganas dengan ombak badainya yang bergulung-gulung.  Jadi, kapan anda mau ke Bunaken? Eh, boleh ajak-ajak saya lho…. apalagi kalau bersama-sama grup dalam program travelling writing 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

 

 

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *