Goes to Banyuwangi (4) De Djawatan: Misteri Hutan Magis

Gerbang De Djawatan. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Setelah dari Pantai Bama, kami kembali ke rest area. Bebersih, sholat, makan siang. Kami kembali ke bus besar dan melanjutkan perjalanan. Kini kami menuju ke De Djawatan. Hutan eksotis yang sudah lama viral.

Saya baru kali ini ke De Djawatan. Tempat ini dibuka sebagai areal wisata tahun 2018. Antara tahun 2016 s/d 2020 sebelum pandemi, medan kerja saya sebagai penulis profesional lebih banyak di Indonesia Timur (Maluku dan Papua). Jadi di tahun-tahun itu saya nyaris nggak pernah piknik di areal Jawa atau di luar Indonesia Timur.

Gegara itu, sebagian logat Jawa saya ilang karena intensnya berinteraksi dengan warga lokal (yang nggak semuanya jago berbahasa Indonesia). Pekerjaan yang membuat saya bisa turun ke tempat wisata-wisata luar biasa di Indonesia Timur; yang kalau suruh ragat biaya sendiri untuk tiket pesawatnya bae mikir berulang😁😅

Sisi lain De Djawatan. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Karena belum pernah datang ke De Djawatan itulah, saya jadi sangat antusias. Hutan yang sudah viral dengan sebutan Hutan The Lord of the Rings. Hutan magis dengan pesona luar biasa. Pasti sangat menyenangkan berada di lokasi tersebut.

Saya pikir, hutan ini lokasinya nggak jauh dari Baluran. Lho ternyata hampir 2 jam perjalanan dengan bus. Kalau di pantai berpanasan, kami di areal ini bisa berdinginan. Sejuk. Adem.

Lokasi De Djawatan berada di Dusun Purwosari, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sudah beda kabupaten dengan lokasi TN Baluran dan Pantai Bama.

Di bagian dalam De Djawatan. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Wah, saya beneran takjub dengan hutan ini. Pohon besar-besar dengan sulur panjang-panjang yang memenuhi hampir seluruh areal hutan. Saya merasa sedang berada di dunia fantasi. Indah banget. Subhanallah, Maha Suci Allah dengan Semua CiptaanNya. ❤

Hingga sekarang, baik warga lokal maupun pihak terkait (Perhutani) belum bisa memastikan asal usul atau sejarah De Djawatan ini. Sebagian menganggap kalau areal ini bekas markas TNI di masa penjajahan untuk transisi prajurit, logistik, dan senjata. Namun pihak TNI setempat atau melalui dinas penerangan TNI tidak pernah mengkonfirmasi hal tersebut.

Sementara pihak Perhutani menyebut bahwa areal itu dulunya tempat penimbunan kayu sebelum dijual, agar awet tidak mudah lapuk atau rusak. Pelindungnya dengan daun-daun trembesi.

Di manapun di De Djawatan bisa foto. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Saya pribadi cenderung mengamini pendapat Dinas Kehutanan. Karena nama De Djawatan sendiri diambil dari Djawatan Kehoetanan, sehingga kemungkinan besar areal ini untuk urusan industri kayu di masa lalu, bisa jadi lebih benar dibandingkan sebagai areal atau markas TNI. Luasan hutan yang hampir 10 hektare ini juga bisa dimaklumi sebagai daerah penghasil kayu-kayu besar di masa lampau.

Yang jelas, wisata ke sini adalah piknik yang luar biasa. Dengan tiket 5 rb saja per gundul sampeyan bisa eksplore sepuasnya dari pagi sampai sore. Pastikan bawa bekal cukup, pakai baju dan alas kaki yang nyaman, baterai HP/kamera harus full. Karena semua tempat bagus untuk spot foto.

Secara umum, di sini sarpras sudah memadai. Toilet, mushola, tempat parkir, orang jualan makan/minum, gazebo, spot foto, bahkan ada banyak jasa foto on the spot yang bisa kita sewa dengan harga murah meriah.

Terlihat perbandingan tinggi besar pohon dengan orang dewasa. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Saya cukup banyak eksplore dan nggak berhenti mengagumi “luar biasanya” keindahan tempat ini. Di tempat ini pohonnya sungguh besar-besar dan tinggi-tinggi. Hampir di semua tempat seperti itu keadaannya. Tuhan seperti sedang mengajak saya berbicara lewat keindahan alamnya yang nggak ada di tempat lain.

Saya bersyukur juga pas kami di sini, hujan hanya rintik beberapa saat. Kami masih bisa eksplore dengan cukup. Foto-foto di banyak spot. Naik turun panggung untuk foto. Lelarian sana sini menikmati alam sejuk yang indah luar biasa.

Oh iya, di sini kalau nggak mau terlalu capek pas keliling areal hutan; kita juga bisa menyewa andong, ATV ataupun jasa ojek motor. Cuman saya lupa nggak nanya berapa tarifnya. Yang jelas kalau sewa alat transportasi, areal jangkauan keliling kita bisa lebih luas dibandingkan kalau kita hanya jalan kaki. Spot foto yang bisa kita peroleh juga lebih banyak. Monggo diitung dan dipertimbangkan sesuai kondisi masing-masing.

Rombongan kami di De Djawatan. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Kalau sampeyan ke Banyuwangi, pastikan mampir ke hutan istimewa ini. Ikut trip dengan Afrindo juga lebih gampang. Tapi kalau mau arrange sendiri, tempat ini layak dijadikan destinasi wisata keluarga yang menyenangkan dan murah meriah.❤

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *