Goes to Banyuwangi (1) Ikut Afrindo, Open Trip Serasa Piknik Keluarga

Bus yang kami gunakan untuk trip ke Banyuwangi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Saya nggak kenal Afrindo sebelumnya. Trip ke Banyuwangi ini, pertama kali saya ikut dengan Afrindo. Saya melihat flyer ke Ijen di IG itu masih awal Januari untuk bulan yang sama. Nggak mungkin saya ikut ke Ijen, karena mau trip ke Bromo.

Saya DM apakah ada jadwal di bulan Februari. Ternyata ada. Saya cepat daftar dan bayar DP itu karena Mas Andre yang merespon, ditanyai apa saja seputar trip ini jawabnya cepat, taktis, praktis, dan solutif.

Saya banyak bertanya ke Mas Andre, karena ya belum kenal Afrindo. Memastikan bahwa informasi yang saya peroleh itu benar. Terlebih kawasan Ijen ini sebenarnya bukan medan untuk piknik gegayaan 😂😁

Jalur yang dilalui cukup berat, curam, berbatu-batu tajam, sempit, nggak banyak pagar pengaman atau penjagaan, angin dingin, asap tebal belerang, kabut, gelap, licin saat hujan, dll. Orang sehat pun belum tentu bisa melaluinya. Apalagi kalau nggak sehat. Itu sebabnya ke sini wajib menyertakan surat sehat dari dokter atau RS yang baik.

Rombongan kami di Savana Bekol, Baluran. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Semasa belia saat saya SMP-SMA, nyaris seluruh gunung di Jawa sudah pernah saya samperin dengan teman-teman pecinta alam. Toh itu sudah hampir 30-35 tahunan yang lalu. Ingatan saya tentang Ijen pun sudah banyak yang bluur. Lupa.

Apalagi dulu nggak setiap orang punya kamera. Nggak setiap peristiwa ada fotonya. Nggak semudah sekarang urusan foto dan dokumentasi. HP pun multifungsi bisa untuk rekam dan motret. Tapi saya jelas tahu, medan-medan pendakian gunung-gunung di Jawa banyak yang nggak ringan dan berisiko tinggi.

Selain menanyakan charge di luar harga yang tercantum, hal-hal yang harus dibayar sendiri (makan di luar program, oleh-oleh, keperluan pribadi, dll), saya juga mencari tahu detail tentang persewaan alat-alat mendaki, tarif tandu, dll.

Kenapa ini saya tanyakan rinci, itu untuk menyiapkan jumlah uang tunai yang harus dibawa. Di berbagai tempat wisata domestik kita, masih banyak transaksi yang harus menggunakan uang cash. Mo e-walletmu penuh, saldomu gendut, banyak yang nggak bisa buat transaksi di tempat wisata. Lha sinyal HP bae sering ilang kok mikirin wifi untuk sarana transaksi pakai e-wallet😁

Kami di De Djawatan. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Saya menghitung uang tunai yang harus dipersiapkan. Saya pribadi selalu menyiapkan untuk operasional penggunaan tandu, kuda, ojek, dll sampai puncak gunung untuk berjaga-jaga. Kadang saat berangkat dengan fisik sehat, di tengah jalan tumbang. Kalau nggak siap dana, kita hanya bisa berhenti di tengah jalan. Sayang sekali.

Seperti pas kemarin ke Bromo, saya juga nyiapin dana untuk sewa kuda, ojek, pemandu lokal untuk PP ke puncak Bromo. Ternyata dana itu nggak terpakai karena saya sanggup jalan mendaki bersama teman-teman lain, itu alhamdulillah. Uangnya bisa digunakan untuk trip berikutnya.

Ke Ijen pun saya menyiapkan amunisi penuh. Saya terbiasa jalan dan piknik, tapi umur sungguh nggak bisa dilawan. Saya nggak percaya umur hanyalah angka. Sekarang saya sudah hampir 50 tahun. Penampilan fisik boleh saja “mirip sebaya” dengan mereka yang 20 tahunan; tapi jelas kekuatan saya nggak sama lagi dengan 30 tahun yang lalu. Jadi saya cukup tahu diri. Kalau sanggup jalan, ya jalan. Kalau nggak, cari bantuan untuk sampai tujuan.

Saya masih banyak nanya lagi tentang situasi Ijen. Termasuk dinginnya udara. Kata Mas Andre Ijen sangat dingin, lebih dingin daripada Bromo dan harus bawa baju hangat yang tebal. Jaket saya yang biasanya hanya keluar untuk ke negeri-negeri yang superdingin, kini saya keluarkan. Walah ternyata di Ijen nggak sedingin yang saya pikirkan. Weish…. Itu jaketnya beneran bikin backpack saya menggendut😂 Kalau lain-lainnya ya standar persiapan pribadi untuk piknik.

Di atas perahu, di lautan Pantai Bama. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Saya sangat berkesan dengan cara manajemen waktunya tim Afrindo ini. Open trip tapi berasa piknik keluarga. Jam 16.30 an saya wes di MP, 30 menit awal dari yang dijadwalkan. Karena rombongan besar 40 an orang, saya pikir akan telat lama. Eeh, jam 17.08 mereka sudah sampai di tempat saya. Waah, tepat waktu ini cuma selisih 8 menit di tengah padatnya lalu lintas Jogja.

Masuk bus, alhamdulillah. Ruang kursi lega, jarak kaki standar, AC dingin, ada bantal, selimut, charger USB tersedia, korden jendela wangi, wah. Pak kernetnya juga cepet praktis banget bantuin taruh bagasi. Saya langsung senang, karena pasti bisa tidur nyenyak 😊👍

Saya sebut serasa piknik keluarga, karena sepanjang perjalanan ada yang perlu makanan/minuman, ke toilet, ini bus bisa berhenti sewaktu-waktu; memberi kesempatan. Sekitar 30 an menit. Jadi nggak perlu nahan lapar, haus, atau pun ke toilet. Meskipun nggak tercantum di itenerary waktu sholat, alhamdulillah pas waktunya sholat dhuhur dan sholat ashar, bus juga berhenti di masjid. Sekira 40-50 menitan. Bisa sholat, makan, jajan, jalan ngelurusin kaki, ke toilet, dll. Tanpa mengganggu jadwal kepulangan. Karena saya turun Jogja jam 23.30 an. Sesuai jadwal banget.

Saya, Mbak Riefna, dan adiknya di Baluran. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Alhamdulillah teman-teman seperjalanan menyenangkan. Nggak saling kenal, tapi saling peduli dan ringan membantu. Bahkan, ada beberapa orang yang mungkin melihat saya kok thenguk-thenguk saja dan memotret banyak tanpa foto diri, mereka menawarkan diri untuk memotretkan.

Haha… ya di beberapa tempat, kadang saya cuma bisa berseru, Subhanallah…! Takjub dengan keindahan alam. Dan nggak terlalu ambil pusing dengan foto diri… yaha, saya bukan jenis narsistik yang apa-apa kudu mejeng dan diposting berbanyak di sosmed. Sudah ada dokumentasi dari biro, saya pikir cukuplah. Tetep saya berterima kasih atas kepedulian mereka. Karena dokumentasi diri itu juga penting 🙏

Saya secara pribadi menyampaikan terimakasih kepada Afrindo dan seluruh kru yang bertugas; Mas Adit, Mas Alvin, dkk satu timnya. Juga terima kasih untuk Mb Riefna dan adiknya, Mb Dinna dan kawannya, Mb Lita dan saudaranya, Mas Praba dan partner, Pak Wanto dan keluarga, dua Ibu Sepuh (saya lupa nggak tanya namanya), dan seluruh kawan yang memeriahkan acara trip ini. Maturnuwun atas segala bantuan, sampai jumpa di lain kesempatan 😀🙏

Jadi untuk Teman-teman dan sahabat-sahabat saya yang membaca tulisan ini, kalau mo ke Ijen dan sekitaran Banyuwangi, saya sangat merekomendasikan pake Afrindo nggih. Biaya ringan terjangkau, fasilitas dan layanan istimewa. ❤️

Catatan dolan saya ke Banyuwangi, akan saya tulis detail bersambung; setiap keseruan dan tantangannya. Biar bisa jadi ingatan di masa yang akan datang. Teman teman nanti bisa mengikuti di arikinoysan.com

Salam,
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *