Jangan Takut Berniat Umroh…!

Jam yang ikonik di Kota Mekkah. Dokumentasi Mekkah Madinah, Ari Kinoysan Wulandari.

“Mbak Ari, kalau hidup sehari-hari saja, gaji cukup untuk sebulan dan nggak ngutang itu kami sudah syukur banget, apa boleh kami punya keinginan umroh? Itu rasanya jauh banget dari jangkauan.”

Saya langsung jawab jangan takut berniat umroh!

Karena itu yang saya alami. Umroh itu seperti keajaiban yang ditentukan sendiri oleh Allah untuk hamba-hambaNya yang dipanggil ke Baitullah. Pas umroh tahun 2017 itu, jujurly saya juga nggak kepikiran untuk umroh.

Jelang 3 bulan terakhir 2016 itu keuangan saya pas down banget. Lepas kuliah S-3, saya inget betul, saldo di rekening nggak sampai sejuta; sementara belum bayar kos, biaya makan, dll hidup sebulan.

Sungguh serem bagi saya yang biasa punya saldo gendut (versi saya) lalu duit itu seperti menguap dengan cepat untuk studi S-2 dan S-3 beruntun selama 5 tahun (2011-2016). Padahal pas studi itu saya memutuskan untuk “nggak kerja”, jadi ya nggak ada pendapatan besar.

Tentu saya bisa aja “pinjam” saudara-saudara saya, dan pasti mereka nggak akan biarin saya kekurangan. Cuman untuk bilang utang bae, mulut saya itu rasanya nggak bunyi. Nggak sampai di pikiran saya untuk utang, meskipun pada saudara kandung.

Di tengah kondisi begitu, saya lewat Kosudgama (biro umroh). Ada banner besar-besar program umroh murah sekian juta. Saya njur inget Ustad di pengajian yang bilang kalau umroh haji itu panggilan; Allah tidak memanggil yang mampu, tapi memampukan yang dipanggil.

Saya nggerundel sendirian dalam hati. “Ya gimanapun tetap lebih gampang dipanggil yang punya duit. Umroh kan nggak gratis gitu. Piye siy….”

Sungguh membagongkan juga, di saat tahu nggak cukup duit gitu; saya ki yo mampir Kosudgama. Karena kantor biro umrohnya kan sebelahan selisih satu rumah gitu sama kos saya.

Nanya-nanya ini itu soal umroh. Semua dijawab runtut, jelas, mudah, dan CS-nya grapyak ramah banget. Pas saya ditanya kapan mau berangkat, saya bilang belum tahu. Pas ditanya mau pergi berapa orang, saya wes bilang 3 jamaah; saya, ibu, dan si bungsu. Beuuh, kenekaten niy saya.

CS-nya kok ya bilang mudah-mudahan segera tahu waktunya dan bisa berangkat bertiga. Sebagai kepatutan saya mengaminkan setiap doa baik.

Besoknya, saya ambil semua duit yang ada di ATM dan membagikan saja ke tukang parkir, pedagang kaki lima, tukang becak, tukang tambal ban, yang saya lewati dari ATM sampai balik ke kos saya. Lokasi ATM deket dari kos, hanya sekira 400 meteran dan sepanjang trotoar banyak pedagang kaki lima.

Mereka gembira betul. Saya merasa lebih happy melihat muka-muka cerah senang dapat duit dadakan. Padahal ya nggak seberapa, 50 rb an per orang. Eh tapi 50 rb tahun 2016 nilai daya belinya jelas lebih besar daripada tahun 2025 ya?

Kenapa saya berbagi begitu? Versi saya, sedekah itu memudahkan rezeki. Daripada saya mumet ngatur duit nggak seberapa untuk beragam keperluan yang jelas nggak cukup, biar Allah aja yang atur buat saya.

Jadi saya melakukan transaksi langsung dengan Allah. Saya masih ada stok bahan pangan lebih dari seminggu. Nggak bakal saya mati kelaparan. Tentu saya kudu cari kerjaan menulis dengan uang cepat.

Sampai kos, saya bilang, “Ya Allah uangku sudah habis. Pokoknya hidup matiku tergantung Engkau aja. Aku nggak mau pinjem-pinjem duit.”

Nggak lama, sorenya ada penulis senior nelpon. Minta saya ngecek ini itu alur cerita sinetron dan bilang wes transfer duit, karena dia butuh respon masukan cepet. Tahu jumlahnya berapa? Wes lebih dari 10x uang yang saya bagikan di siang hari. Alhamdulillah.

Disambung pula di malam yang sama, salah satu petinggi di Kementerian, minta saya beresin beberapa tulisan dan duit DP nya wes ditransfer duluan. Alhamdulillah.

Pokoknya kalau sampeyan mau rezeki lancar terus, sedekahnya yo nggak boleh nanggung. Ikhlas-ikhlasan aja. Kuat-kuatan keyakinan iman dan tawakal sama Allah.

Dan jangan coba-coba bermain kata dengan Allah. Bisa malu tenan kita.🙈🙏 Besoknya saya terima telpon dari Pegadaian Pusat Jakarta (yang semula saya kira penipuan) kalau saya menang hadiah umroh (karena saya punya rekening tabungan emas di Pegadaian).

Saya abaikan saja berhari-hari sampai saya dipanggil Pegadaian Jogja untuk datang. Dan di situ, saya baru percaya kalau niy hadiah umroh beneran. Jadi saya dapat umroh gratis?

Ya Allah malu tenan saya, ingat pernah nggerundel, “Ya gimanapun tetap lebih gampang dipanggil yang punya duit. Umroh kan nggak gratis gitu. Piye siy….”

Saya dapat duit 30 juta gratis itu dari Pegadaian; saya minta tunai saja dan duit itulah yang saya pake bayar DP umroh kami bertiga. Saya memutuskan memilih berangkat April 2017, karena ibu saya yang minta bulan itu.

Saya lupa persisnya berapa biaya umroh per orang, mungkin sekira 35 juta (ingat, Kosudgama layanan semi privat dan luxury, pokoke nyaman banget dengan jumlah jamaah hanya 20-an gitu).

Lalu biaya lainnya dari mana? Ya belum kepikiran. Tapi karena wes lulus studi S-3, saya wes bisa fokus kerja nggarap skenario dan buku-buku lagi. Bisa kerja full speed.

Nggak sampai 3 bulan, alhamdulillah saya wes punya duit lebih dari cukup, bisa untuk pelunasan dan biaya-biaya lain kruncilan umroh kami bertiga. Alhamdulillah.

Itu beneran umroh pertama saya yang bikin happy dan bikin kecanduan untuk datang lagi dan lagi. Dan saya wes gak berani bilang aneh-aneh lagi meskipun dalam hati; karena takut dijawab langsung sama Allah seperti itu.

Jadi nggak usah takut berniat umroh ataupun hal-hal lain yang versi kita besar dan sulit. Karena Allah itu Maha Segalanya. Allah memudahkan semua hal yang kita rasa sulit, kalau kita memintanya dengan sungguh-sungguh.

Yang terpenting versi saya, kalau sudah niat umroh, ya ikuti dengan tindakan riil; nanya ke biro umroh, mulai menabung sekecil apapun, banyak berbuat baik, dan banyak berdoa.

Semoga umroh dan haji menjadi ibadah yang dimudahkan Allah untuk kita semua. Amin YRA.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *