Wonderful Umroh (8) Haah?! Baju yang Dibawa hanya Dua Setel?!

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Malam harinya pas mau tidur, masalah pun muncul. Bu B bilang kalau dia tidur mendengkur, jadi kalau saya terganggu suaranya boleh setel musik atau video. Lampu mati dan bisa AC.

Saya tidur anteng, tidak mendengkur (saking tenangnya saya tidur, ponakan saya si Mail pernah membangunkan saya keras-keras dan sudah mau telpon bapaknya karena mengira saya sudah meninggal 😅), pakai AC, lampu mati.

Sementara Bu X, mendengkur super keras, nggak boleh lampu mati, nggak bisa pake AC, nggak bisa kebauan minyak urut (kayu putih, zaitun, dll). Beuuuh, saya yang tidur belakangan yang mematikan lampu, menurunkan AC ke sejuk, dan setel video biar nggak keributan dengkuran.

Kayaknya Dewangga perlu bikin form isian ke jamaah yang isinya siapa yang tidur mendengkur atau tidak, lampu mati atau terang, pakai AC atau tidak, bisa kena aroma minyak urut atau tidak; lalu digabungkan per kamar sesuai kondisi mereka. Tenan, ujian betul waktunya tidur saya nggak bisa tidur karena dengkuran dan panas ruangan nggak pake AC.

Pas di Madinah, negeri yang amat tenang, damai, sejuk di tengah panas matahari yang membara, rasa hati saya begitu tenang. Kegiatan saya yo pagi jam 3 ke mesjid, ibadah sampai Shubuh. Lalu balik ke hotel, sarapan.

Terus mandi, sholat Dhuha kalau nggak capek ke mesjid, kalau terlalu capek di hotel. Dhuhur di mesjid. Pulang makan siang, istirahat, mandi, lalu Ashar sampai Isya’ di mesjid. Pulang makan malam. Istirahat tidur. Bangun jam 3 pagi, beberes mandi, terus ke mesjid. Begitu selama di Madinah. Belanja di kiri kanan hotel saja. Ada waktunya city tour dan ke Kebun Kurma.

Saya kok lupa urutan city tour nya. Tapi yang jelas kami mengunjungi Masjid Quba, Jabal Uhud, Kebun Kurma (tempat belanja-belinji). Karena versi saya yang terpenting ibadah, minta pengampunan dosa dan pengabulan doa.

Bu X bagaimana? Ya masih dengan kerempongannya yang selalu bikin ulah, bikin kesal. Saya sudah memaafkan saja. Sakarepmu.

Kelihatannya Bu X itu kalau diajak ibadah, mageran, ada saja alasan. Tapi kalau belanja, tour, semua bisa. Saya ibadah di mesjid lebih banyak dengan Bu B.

Terhadap Bu X, saya sudah nggak ambil pusing. Termasuk ketika ybs ini tiap hari cuci gamis dan pakaian dalamnya. Sebenarnya mengganggu betul. Ya sudahlah. Cuma kok nyucinya itu tiap hari lho.

Rupanya Bu B sempat tanyain itu Bu X. Jawabannya sungguh membagongkan. Dia bawa baju cuma 2 gamis wajib, hitam dan putih, plus 1 seragam Dewangga, 1 daster; termasuk pakaian, kaos kaki, kerudungnya ya cuman 2 ndhil. Astaga…!

Sontak saja saya langsung menyeru dalam hati, “Haah?! Baju yang dibawa cuma dua setel?!” Padahal umroh 10 hari pake transit pula.

Ya ampun, bukannya sudah diterangkan di list bawaan dari Dewangga kalau pakaian yang dibawa sekurangnya 7-8 setel? Haish, beneran truwelu (terlalu) deh. Urusan dia lah. Saya cuman mikir, kopernya isi apaan? Embuh.

Saya bersangka baik. Mungkin Bu X akan belanja baju di Madinah Mekkah dan langsung dipakai. Ada kawan saya yang pernah umroh, cuma bawa baju yang dipakai, terus beli abaya murah meriah dipakai di sana, lalu dibuang. Pas pulang kopernya diisi oleh-oleh yang memang dia mau beli khusus.

Saya nggak merespon cerita Bu B. Wes malas dengar apapun tentang Bu X. Perjalanan masih panjang, drama Bu X pun belum selesai.

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *