Kalau Belum Mampu Berkurban, Bagaimana?

Sebelum sholat Idul Adha 1445 H atau 17 Juni 2024. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

“Kalau Belum Mampu Berkurban, Bagaimana?”
Ditanya begitu, saya menjawab lempeng. “Saya fakir ilmu tentang itu. Tanya saja guru atau ahli agama Islam yang bisa menjelaskan dengan benar.”
.
Namun, saya meyakini bahwa Allah Maha Penyayang. Allah lebih tahu kita “mampu” atau “tidak mampu” untuk berkurban. Salah satu makna besar adanya ibadah kurban adalah “memotong” keserakahan kita terhadap harta kekayaan dan nafsu duniawi. Mengajari kita untuk ikhlas berbagi dalam kondisi sadar dan mampu.
.
Melihat esensi itu, dulu sejak saya kerja menetap dan punya penghasilan tiap bulan rutin; tapi belum sanggup memenuhi aturan pokok berkurban: seekor kambing atau domba untuk satu orang, seekor sapi untuk tujuh orang atau seekor sapi untuk satu orang; maka saya ringan hati memutuskan untuk berbagi atau bersedekah semampu saya di hari raya kurban. Semaksimal yang saya bisa.
.
Saya mampunya beli seekor ayam, ya saya beli minta dipotongkan dibersihkan, lalu saya bagikan ke orang yang saya anggap membutuhkan. Mampu saya beli dua kg daging kambing atau sapi ya beli segitu, dibagikan.
.
Niatnya berkurban? Enggak. Niat berbagi, bersedekah, agar Allah memudahkan jalan dan pintu rezeki hingga pada gilirannya saya mampu membeli seekor kambing, sapi untuk bertujuh, hingga seekor sapi.
.
Jangan tanya ke saya masalah hukum-hukum agama Islam tentang ibadah kurban. Saya melihat semangat berbagi dalam berkurban untuk memotong keserakahan kita. Jangan sampai kita sebenarnya mampu, tapi merasa kurang terus hingga tidak mau berkurban. Dan itu, kudu saya latih dari berbagi hal-hal kecil yang saya bisa, hingga terasa ringan berbagi untuk hal-hal yang lebih besar.
.
Percayalah, mau kita diberi gunung emas; pasti kita akan minta dua, tiga, dst. Tidak pernah cukup. Ibadah kurban mendorong kita berbagi, tidak serakah pada duniawi, dan tetap eling bersyukur pada Yang Maha Memberi Rezeki.
.
.
Selamat Idul Adha 1445 H. Selamat Berkurban.
.
.
Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *